***
"May Farhika"
"Tidak hadir pak"
"May bolos lagi?" Semua murid yang ada di kelas 13 IPA 1 hanya bisa terdiam dan celingak-celinguk mendengar pertanyaan pak Andre.
May sudah jangan ditanya. Baginya sekolah adalah tempat paling membosankan yang hanya akan membuatnya pusing karena bisingnya keramaian. Yang ia tunggu-tunggu ialah pulang serta tidur nyenyak sepuasnya.
"Sialan, sialan, sialan! Kenapa mesti hari ini sih? Gue kan harus ngumpulin tugas." May menendang-nendang motornya yang terstandar tanpa bensin. Ya, walaupun sering bolos, May tetap disiplin bila ada tugas yang harus dikumpulkan. Karna itu sangat berpengaruh baginya.
Sebenarnya, May masih bisa untuk berjalan sekitar 0,5 km dan dari sana tinggal naik angkot atau taksi. Tapi bagi May, itu sangatlah tidak mungkin karna May benci harus bertemu dengan orang-orang apalagi yang tidak ia kenali.
"Oke May, Lo rileks. Gak usah dibawa emosi. Yang perlu Lo lakuin sekarang cuma tinggal nyari solusi" ucap May menepuk-nepuk dahinya berusaha mengeluarkan ide yang biasanya timbul kala butuh.
"Yaelah, kenapa gak kepikiran dari tadi sih?, Gue kan punya nomornya pak Andre" May mengeluarkan ponselnya kemudian mengabarkan bahwa hari ini May harus ikut pergi ke pembukaan Pameran Seni di Jakarta karena May selaku peserta yang salah satu karya lukisannya ikut dipajangkan disana.
May yakin bahwa kali ini pak Andre tidak akan marah seperti bulan lalu ketika May bolos jam pelajaran terakhir hanya karena ia lupa mengisi daya ponselnya. Ya, terdengar konyol bukan? Tetapi diam di rumah tanpa ponsel sangat terasa menjengkelkan baginya. Sedangkan kali ini May mengirimkan tugas-tugasnya lewat email.
Walaupun May pendiam, dan terkesan sangat dingin, tidak menutup fakta bahwa May cewek yang multitalenta dan mandiri. Bayangin aja, cewek seusianya mampu hidup sendirian sejak usia sekitar 11 tahun tanpa seorangpun yang menemani, serta mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendirian.
Tapi, jangan kagum dulu. Semua penghasilan itu bisa ia dapatkan dari cafe peninggalan ayahnya. Dari cafe yang cukup besar dan terkenal, May mendapatkan uang sekitar 13 juta lebih setiap bulannya, May hanya perlu menandatangani daftar transfer keuntungan. Hanya pekerjaan sepele baginya.
Walaupun begitu, May tidak pernah boros dan selalu menyimpannya baik-baik. Sebelumnya May tinggal di rumah milik keluarganya. Namun, setelah kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan lalu lintas kala May masih duduk di bangku TK (taman kanak-kanak), ia memilih untuk pindah ke rumah sederhana yang hanya ada satu kamar, dapur kecil, kamar mandi, dan ruang tamu.
Dulu, May adalah gadis yang periang. Namun, sejak 6 tahun terakhir, tepat di hari ketika pengasuh angkatnya berhenti bekerja, May berubah menjadi sosok yang pendiam.
<>0<>
Satu siswa berseragam rapi bermotif kotak-kotak di celananya yang berwarna merah dengan rompi selaras. Sudah dapat dipastikan bahwa siswa tersebut bukanlah siswa dari SMA PRABADI. karena di sekolah ini, semua murid memakai seragam umum putih abu-abu, tengah berjalan cepat menuju ruangan kepala sekolah. Melewati setiap siswa-siswi di sepanjang koridor sekolah, menyorot perhatian mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDE ✎
Teen FictionWalau cantik dan manis, tetap saja bagi mereka di luar sana, May hanya seorang gadis biasa yang penuh dengan rasa angkuh. Bagaimana tidak, sifatnya yang kosong dan sulit ditebak menjadikan hadirnya seolah seperti mayat hidup. Hanya pria spesial yang...