***
May beranjak dari duduknya kemudian melangkah menuju jendela kamar yang belum tertutup gorden. Sorot mata May tertuju pada tetesan embun yang menguap di jendela. Gemercik air yang beradu dengan genangan, menimbulkan irama khas kala hujan.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.40. Merasa tidak ada hal yang menarik di luar sana, ia berbalik dan menjatuhkan dirinya di ranjang kamar, melihat ke arah tempat yang sebelumnya ia duduki. Mata May membelalak melihat noda merah yang berada di kursi belajar tersebut. Dengan segera ia beranjak kembali dari baringnya kemudian melihat ke arah celananya yang juga menyisakan noda yang sama dengan di kursi.
Baru menyadari dirinya menstruasi, tidak lama-lama lagi May masuk kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dan keluar kemudian membuka lemari. May menghela nafas berat ketika mengetahui stok pembalut miliknya sudah habis dan tak tersisa satupun. May meneguk ludah sendiri setelah melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 22.59.
Setelah mempertimbangkan keputusannya, akhirnya May memilih pergi ke minimarket untuk membeli benda khusus tersebut. Di perjalanan, May hanya berbekal ponsel dan senter di tangannya. Cukup lama ia berjalan, akhirnya May melihat titik cahaya dari seberang yang tidak lain dan tidak bukan adalah minimarket. May harus menyeberang jalan raya untuk menuju bangunan tersebut.
Setelah beberapa menit di dalam minimarket, akhirnya urusan May selesai juga. May hendak menyebrang pulang. Namun baru beberapa langkah May berjalan, satu kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi datang dari arah kanan. May juga tidak sempat melihat kanan kiri hingga ia lengah. Mungkin karena May merasa tempat itu memang sudah benar-benar sepi. Kejadian yang berlangsung sangat cepat, hingga kesempatan untuk menghindar dari tabrakan nyaris tidak ada. May hanya bisa mematung dan berfikir bahwa kala itu merupakan detik-detik terakhirnya.
Tanpa diduga, bayangan hitam melintas secepat kilat membawa May langsung ke tepi jalan. Detak jantung May sontak berdegup kencang tak karuan. Kakinya mulai lemas dan tak kuat untuk berdiri. Sosok bayangan hitam tersebut menampakkan dirinya langsung di hadapannya. Wajah yang sering May lihat hampir setiap hari. Dyan memasang wajah datar yang tak mampu May terka apa yang sedang dipikirkannya.
Mobil yang tadi hampir membuat May meregang nyawa, berhenti mendadak lalu keluar seorang wanita dewasa dari mobil tersebut. Ia berlari menghampiri tempat May berada dengan wajah khawatir.
"Kamu gapapa dek, ada yang luka?" Wanita tersebut menyentuh pelipis May. May hanya mengangguk kemudian berkata singkat, "ga apa-apa"
"Maafin Tante ya, tadi nyaris aja nabrak kamu. Untung kamu cepet ngehindar. Sekali lagi maafin Tante, tadi Tante nyetir nahan kantuk. Tapi, serius kamu ga apa-apa? Tante anter aja kamu ke rumah sakit" ucapnya. "Engga, ga usah. Tadi juga sebenernya saya yang salah kok Tante, ga liat kanan kiri" jelas May yang mencoba menenangkan. Wanita itu membalas dengan senyuman. "Lain kali hati-hati ya. Maaf, Tante lagi buru-buru. Ditinggal ga apa-apa kan?" May mengangguk. Wanita itu langsung berlari menuju mobilnya yang sempat terparkir asal di tengah jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDE ✎
Teen FictionWalau cantik dan manis, tetap saja bagi mereka di luar sana, May hanya seorang gadis biasa yang penuh dengan rasa angkuh. Bagaimana tidak, sifatnya yang kosong dan sulit ditebak menjadikan hadirnya seolah seperti mayat hidup. Hanya pria spesial yang...