2| Pengecut!

124 64 29
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Nafas May seketika tertahan merasa terkejut sekaligus bimbang mendengar jawaban pria tidak dikenal tersebut.

"Iya, nyawa Lo. Gimana?" May semakin gemetar dan ketakutan. Sedang, pria itu hanya terkekeh renyah melihat ekspresi May. Baginya memang lucu namun sebaliknya dengan apa yang ada di benak May. Ia kebingungan harus berbuat apa kala itu.

"Ya kali. Gue kesini--mau minta tolong. Gue minta bantuan Lo, untuk menyelidiki kasus kematian gue. Karna cuma itu satu-satunya jalan keluar buat gue. SMA PERTIWI adalah sekolah lama gue, dan yang gue ingat, di tempat sekolah Lo gue meninggal. Hanya itu yang gue ingat sekarang, dengan mengetahui alasan gue meninggal, itu udah cukup buat gue tenang. Terakhir kali gue masih hidup, gue datang ke SMA PRABADI untuk menyelidiki kasus kematian nyokap gue. Dan untuk menyelesaikan itu semua, gue butuh bantuan Lo" jelasnya.

May masih terdiam dengan perasaan tegang. Karena yang dimaksud pria tersebut bukanlah suatu hal yang biasa seperti masalah anak muda pada umumnya, melainkan tentang pembunuhan. Tentang suatu hal yang serius. Hanya orang dewasa yang mampu menangani kasus tersebut. Sedang May, ia hanya seorang siswi biasa yang masih sibuk memikirkan nilai rapor. May bukanlah detektif yang cerdik dan mampu menangani hal paling berbahaya apapun itu.

"Lebih baik Lo cari orang lain, karena gue gak bakal bantuin Lo" ucap May mengalihkan pandangannya ke arah lain. Pria tersebut berbalik hendak pergi setelah melontarkan satu kalimat "ga peduli, dan satu lagi yang perlu Lo tau. Nama gue Dyan" ucapnya yang langsung menghilang, berhasil membuat May terkejut untuk kesekian kalinya.

'semoga dia benar-benar pergi, dan gak pernah datang lagi' batin May. Pikiran May sempat teralihkan pada sosok pria yang tadi siang membuatnya terjatuh dari motor setelah mendengar nama yang baru saja pria misterius tadi lontarkan dari mulutnya.

0o0

PLAAAK!!!

satu tamparan mendarat di pelipis Dylan yang mulai mengeraskan rahangnya menunjukkan emosi yang belum terlampiaskan. "Kamu tidak puas membuat papah malu di depan para staf sekolah?. Semua yang kamu inginkan papah kabulkan, tapi papah hanya minta satu. 'bersikap baiklah dengan sistem sekolah' hanya itu!." Tegas Adi.

"Tapi yang papah lakukan itu salah!, Bukan itu yang Dylan mau. Dylan juga gak maksa papah untuk memfasilitasi semua kebutuhan Dylan" ucap Dylan dengan nada datar.

"Baik, kamu jangan pernah lagi memakai fasilitas yang papah kasih ke kamu. Puas kamu?, Dan jika kamu ingin semua itu kembali, dengarkan kata papah, dan patuhi semua perintah papah" ucap Adi dengan senyum licik yang terpancar di wajahnya.

"Itu lebih baik" ucap Dylan sedikit berbisik.
Merasa puas dengan apa yang baru saja mereka debatkan, Dylan memilih pergi dari rumah tanpa berkemas dan memilih untuk tidak pernah kembali ke rumah berbau licik itu.

SOLITUDE ✎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang