***
"Lo jadi minta imbalan dari gue?" Dylan berjalan dibelakang May yang terlihat menuju ke arah kantin. "Permintaan pertam--" ucapan May terpotong oleh lontaran kalimat yang keluar dari mulut Dylan, "Satu permintaan!" sela Dylan. Terdengar pedas dan menuntut, namun tidak mempan mengubah ekspresi datar May.
"Permintaan gue yaitu--" May menggantungkan kembali ucapannya seraya menyeringai menatap Dylan dengan licik. Dylan mengangkat sebelah alisnya menunggu kalimat selanjutnya yang akan segera terlontar. "Banyak permintaan." imbuh May.
"Emang dasar manusia picik." cetus Dylan seraya berkacak pinggang merasa frustasi oleh jawaban super horor tersebut."Gue ga mau ngomong sama orang yang ingkar janji." ungkap May. Dylan hanya bisa pasrah.
May berjalan lebih cepat menuju kantin kemudian duduk di bangku paling dekat dari pintu masuk kantin. Sangat terlihat bahwa May sudah tak sabar mengisi perutnya. Dylan yang baru sampai di sana, menghela nafas kasar menerka hal yang akan terlontar jelas dari mulut May.
"Permintaan pertama yaitu... Jaminan Lo sebelumnya." Lontar May. Dylan mengerutkan dahi mencoba mencerna maksud ucapan May barusan. Tak lama kemudian, Dylan tersenyum seraya mengangguk seolah sudah mengerti maksud May.
May sedikit bingung melihat Dylan yang pergi ke arah ibu kantin bukannya bertanya dahulu makanan apa yang May minta sebelum pergi ke tempat itu.
Berlangsung cukup lama, akhirnya Dylan kembali dengan membawa satu buah mangkuk berisi sup yang entah apa namanya. May sama sekali belum pernah melihat sup tersebut.
"Sesuai permintaan." Dylan mengambil duduk di bangku yang berhadapan dengan May, hanya ada meja sebagai penghalangnya. Dylan menyajikan makanan di depan May. Bukannya senang karena merasa diperlakukan hormat, May justru kebingungan lebih tepatnya marah karena tingkah Dylan yang tiba-tiba menyajikan makanan asing untuknya.
"Kenapa? Gue kan udah bawain sayur lodeh. Terus, kenapa malah aneh gitu mukanya?" tanya Dylan seraya memasang raut wajah polos.
"Gue ga mesen lodeh!" May menyingkirkan mangkuk berisi makanan berkuah tersebut menggunakan telunjuknya.
"Jaminan gue sebelumnya... Gue sempet ngucap kalimat 'gue traktir Lo deh' apa yang salah? Lo--Deh!" beber Dylan dengan nada tekan di ujung kalimatnya.
May menghela nafas kasar menghadapi ketidakpekaan pria dihadapannya. Penjelasan Dylan tadi mungkin memang tidak salah atau bahkan hanya suatu gurauan, namun berhasil membuat May kehilangan selera makannya.
May beranjak dari duduknya setelah beberapa saat menatap mata Dylan sinis dengan tangan yang melipat di depan. May keluar dari kantin tanpa melontarkan sepatah katapun. Dylan sengaja tidak menyusulnya walaupun ia tahu bagaimana perasaan May kala itu. Namun, sayur yang sudah siap santap di depannya itu lebih menarik di matanya. Sangat disayangkan bila makanan lezat terbuang begitu saja, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDE ✎
Teen FictionWalau cantik dan manis, tetap saja bagi mereka di luar sana, May hanya seorang gadis biasa yang penuh dengan rasa angkuh. Bagaimana tidak, sifatnya yang kosong dan sulit ditebak menjadikan hadirnya seolah seperti mayat hidup. Hanya pria spesial yang...