FD - Lima

12 4 0
                                    

Kamu itu membingungkan. Kadang menyenangkan kadang juga menjengkelkan

-From Dachi-

***

Hari ini adalah hari dimana kita akan melakukan penjelajahan yang pasti diluar sekolah dan tidak terlalu jauh dari lokasi sekolah kami.

Satu persatu kelompok mulai keluar dari area sekolah, disusul kelompok selanjutnya, begitu seterusnya. Saat ini kami berada di lapangan yang kemarin malam digunakan untuk upacara api unggun.

Giliran kelompok kami yang mulai berjalan menyusuri jalan. Dalam perjalanan, ada 5 pos yang wajib kita kunjungi. Setiap pos memiliki perbedaan permainan.

Dalam hal ini aku tidak terlalu bisa diandalkan, karena yaa aku bukanlah anak ekstrakurikuler pramuka di Sekolah Menengah Pertama dulu. Hanya Ranti dikelompok kami yang dulunya adalah anak ekstrakurikuler pramuka.

Kini tibalah kami di pos terakhir, tubuhku menegang kala melihat sesuatu didepanku.

"Chi?"

Aku diam

"Ichiiii!! "

"Eh, iya kenapa?", ucapku setelah tersadar dari pikiranku

"Kamu-- kamu tak apa?"

Kuberikan senyuman seadanya. Sekarang, kurasakan mataku mulai berkaca-kaca. Tidak, aku tidak boleh menangis dan menjadi lemah. Kamu kuat Ichi!

Di pos ini kami diharuskan untuk merangkak tanpa boleh mengenai tali diatasnya. Cukup susah karena dibawahnya adalah rerumputan yang tidak bisa dikatakan sangat pendek. Mungkin bisa menimbulkan goresan ditangan?

Mataku bertemu dengan sepasang mata yang mungkin sudah melihatku sejak tadi? Entahlah. Aku merasakan dia mendekat kearahku sembari memberi senyuman. "Kamu pasti bisa, dek"

Lantas aku membalasa seyuman itu dengan senyum semangat, seolah melupakan kejadian malam itu.

Benar kataku, tangaku sedikit terasa perih ketika bersentuhan dengan rerumputan ini. Bahkan teman-temanku juga sudah mengeluh.

Akhirnya sudah terlewati, tanpa banyak kata, aku langsung memeriksa lengan bawahku. Sial, tanganku seperti tergores semak tajam.

Seakan tau keadaanku, tanpa dikomando dia datang kearahku dan melihat tanganku. Kurasakan semilir angin disertai sengatan hangat ditanganku. Rupanya dia meniup lembut tangaku seolah hal itu dapat menghilangkah rasa perih ditanganku. Aku terdiam, begitupun teman-temanku yang memenadang kearah kami.

Aku hanya menatap wajahnya dalam kediamanku. Semburat hangat mulai kurasakan dikedua pipiku.

"Ayo kita kesana, kita obati lukamu"

Aku hanya diam dan menurut ketika ia merangkul pundakku menuju tempat kesehatan. Disetiap pos memang disediakan tempat kesehatan, mengantisipasi bila ada yang terluka.

Perih semakin menjalar ketika obat itu mengenai lukaku. Ringisan pelan meluncur bebas dari mulutku.

"Apa sakit?", petugas perempuan itu bertanya kepadaku

"Sedikit perih Kak", namanya adalah Kak Devi, sempat kubaca di name tagnya.

"Daritadi memang banyak yang terluka seperti ini dek. Mungkin anak pramuka kurang teliti untuk memilih tempat. Apalagi kamu memakai baju olahraga pendek"

"Iya kak, saya rasa juga begitu. Winda yang berhijab dan mengenakan baju olahraga panjang saja tangannya juga masih bisa tergores"

Aku memandangi lukaku yang diobati, kurasa aku terlalu bersemangat hingga luka gorean itu banyak sekali mengias tanganku.

From DachiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang