FD - Tujuh

15 4 10
                                    

Bisakah aku mengakhiri sesuai keinginanku? Tanpa ada luka dan terpaksa

-From Dachi-

***

"Chi"

"Hm?"

"Ih, aku tanya dari tadi ngga dijawab"

"Apasi Ra, udah sana kerjain dulu tugasmu, tuh belum dipotong kecil-kecil juga", ujarku tak mau menatap wajah Bira.

Bukannya ngga mau cerita, tapi gimana ya? Aku saja bingung mau cerita gimana. Aihhh.

"Yang tadi itu.... " ucap Bira menggantung yang membuatku berhenti untuk menempel kertas.

"Heem"

"APA? JADI BENER?"

Sontak semua teman-temanku yang lain melihat ke arah kami. Mulut Bira minta di sekolahin lagi kayaknya.

"Ih, jangan teriak", ucapku pelan berharap banyak mata yang memandang ke arah kami segera mengalihkan pandangannya.

"Ya maaf, kan ga sengaja"

"Udah-udah, nanti aja bahasnya"

"Dari tadi nanti mulu, nanti tuh kapan?", gerutunya sebal

"Hm", jawabku pura-pura tidak memerhatikan Bira.

Mungkin karena kesal, akhirnya Bira tidak membahas tentang Kak Idan. Biarlah kesal, nanti juga hilang kesalnya, tunggu aja.

***

"Akhirnya, selesai sudah, tinggal pasang tali di masing-masing id card. Ra, udah, nanti aja dilanjutin. Pasang tali kan gampang"

"..."

Ah, sepertinya dia masih kesal kepadaku. Terlihat jelas raut wajahnya yang enggan menoleh ke arahku. Dasar!

Aku membuka layar ponselku, berniat untuk memancing Bira, semoga saja berhasil. Tapi, aku yakin pasti berhasil.

"Eh Kak Idan chat aku!" ucapku agak keras dan kupastikan teman-teman yang lain tidak mendengarnya, karena jarak kami duduk lumayan jauh.

"Ha serius? Mana-mana?"

See? Dia tidak bisa kesal terlalu kepadaku. Dipancing sedikit saja langsung makan umpan, dasar Bira.

"Tapi bohong", ucapku dengan mengulum senyum

"Ichiiiiiiiiiiii", teriaknya gemas disusul gelitikan di tubuhku.

"Hah... hah.... udah, geli Ra", ucapku dengan nafas tersegal karena lelah tertawa.

Aku masih mengatur nafasku, dan setelah nafasku mulai teratur aku mendekati Bira yang sekarang bermain ponsel dengan tampang yang kurang enak dilihat, "Udah jangan kesal lagi, sini aku kasih tau asal mulanya"

"Yaudah cepet"

"Yaudah sini, jangan main ponsel"

Setelah Bira meletakan ponsel di sampingnya, aku mulai bercerita tentang Kak Idan, mulai dari yang aku menyukainya hingga pertemuan kami tadi yang tak sengaja.

"JADI KAK IDAN UDAH TAU?! Ups, maaf kelepasan"

Aku hanya melotot kearahnya. Memang ya jadang suaranya itu mengalahkan suara toa masjid. Astaga Bira!

Aku menghela nafas sejenak, "Iya, dia emang sudah tau, tapi aku tidak tau apakah Kak Idan masih mengingat atau tidak"

"Siapa tadi namanya? Rahel? Rachel?"

From DachiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang