FD - Enam

15 5 2
                                    

Sekalinya suka susah lupa. Itulah jatuh cinta yang sesungguhnya

-From Dachi-

***

Orang bilang kelas sepuluh itu masih masa penyesuaian, tapi kenapa justru aku merasa kalau kelas sepuluh itu sebuah tempat tingkat awal untuk bertempur ditingkat akhir. Memang seperti itu 'kan?

Aku suka menyanyi tapi aku tidak mahir menyanyi. Aku juga suka menari tapi masih terkesan kaku, kuakui itu. Aku memutuskan untuk ikut esktrakurikuler Palang Merah Remaja, karena di Sekolah Menengah Pertama aku adalah anak PMR.

"Kau yakin ikut PMR lagi?", di kelas ini, hanya Taris yang paling dekat denganku.

"Tentu saja, kenapa tidak?"

"Tidak mau ikut yang lain?"

"Tidak"

"Tidak mau satu ekstrakurikuler dengan Kak Idan?"

"Tidak"

Bisa-bisa aku sulit mengontrol perasaanku jika satu ekstrakurikuler dengannya. Apalagi jantungku nanti akan keterusan marathon.

"Kemarin lusa saat selesai kemah, Kak Idan mencarimu", ucapnya random yang membuatku terdiam.

"Aku tau"

"Kenapa ia mencarimu?"

Sial, apa iya aku harus mengatakan sejujurnya? Kurasa sedikit memberi clue tak apa.

"Hanya memberikan barang", ucapku seadanya. Memang benar bukan? Ia memberiku barang.

"Barang apa?"

"Suatu barang"

"Iya barang apa?", ucapnya gemas karena aku tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Ada-lah pokoknya", ucapku tersenyum mengingat kejadian kemarin lusa.

"Terserahlah", ucapnya kesal dan berlalu dari hadapanku.

"Hei, kau ini kenapa? Tunggu aku", aku tertawa melihat wajah kesalnya dan segera menyusul langkahnya.

***

Pulang sekolah adalah waktunya untuk kumpul sesama anggota PMR tentunya didamlingi oleh para senior kelas sebelas dan duabelas. Sambutan silih berganti dilayangkan dari para pengurus lama organisasi ini. Setelah itu kami dipersilahkan untuk memperkenalkan diri. Seperti pepatah 'Tak kenal maka tak sayang', walaupun ada yang sebagian kenal karena beberapa dari mereka bersekolah di Sekolah Menengah Pertama yang sama sepertiku.

"Nama saya Abira Sativa, bisa dipanggil Abira atau Tiva"

Itulah namanya, semenjak sering bertemu dengannya untuk membuat id card dan buku khusus bersama, kami menjadi dekat. Seperti aku dan Taris.

Dia orang yang baik dan aku suka berteman dengannya. Satu esktrakurikuler membuat kami semakin dekat. Kami sering untuk saling mencurahkan hati dan pikiran masing-masing, sekedar untuk berbagi dan mencari solusi.

Dua minggu telah berlalu dan aku tidak pernah sekalipun bertemu dengan Kak Idan. Aku tidak tau dia kemana. Ingin mencari tapi aku terlalu takut karena untuk apa aku mencari?

Hari Sabtu kami memang libur sekolah, anggota PMR yang masih junior melanjutkan membuat id card dan buku khusus untuk melakukan pelatihan kecakapan atau semacam tes mengenai PMR.

"Jadi sejak kelas tujuh kau menyukainya?"

"Ehm... yaa", agak kikuk menjawabnya karena tanpa sengaja aku keceplosan bahwa aku menyukai seseorang yang dua tingkat diatasku. Tenang, dia belum tau siapa yang kumaksud. Syukurlah mulutku bisa sedikit terkontrol. Karena aku hanya malas saja membahas tentang dia, sehingga Abira belum tau bahwa aku selama ini menyukai seseorang.

From DachiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang