Heeseung kurang ajar. Tidak biasanya pemuda itu memulai percakapan apalagi sampai pap. Gimana hera bisa tidur?
Hera malah menenggelamkan muka di bantal dan berteriak. Pipinya merah gak karuan. Lebih dari setahun kenal, dan rasa suka hera gak berkurang sama sekali. Hampir tiap hari boncengan, dan deg-degannya juga gak berkurang sama sekali. Fatal.
Ya walaupun sekarang udah lumayan jarang ketemu. Fokus ujian.
Hera duduk, mengambil udara banyak-banyak sebelum kembali menghembuskannya. Tangannya mengambil buku tebal di atas nakas.
Pengalihan aja biar otaknya gak cuma berisi seorang heeseung.
---
Sorenya setelah ujian, ternyata heeseung tiba-tiba datang ke rumah hera. Bukannya dipersilahkan masuk, heeseung malah disambut oleh delikan.
"Lo ngapain sih?? Kok gak bilang-bilang mau dateng?!" cecar hera. Pasalnya, heeseung benar-benar tidak menghubungi hera sama sekali seharian ini.
"Maaf, sengaja."
Mata hera semakin membola. "Sengaja?"
"Keluar, yuk?"
"Gak mau."
"Ih? Waktu itu siapa yang bilang kangen?"
"Gue. Tapi lo ngeselin, jadinya gak jadi."
Heeseung terkekeh lalu berbalik. "Yaudahhh, ini aku pulang."
"Tuh kan, ngeselin."
"Katanya kamu gak mau keluar?"
"Heeseung!"
Heeseung tertawa sambil menusuk pipi hera gemas. "Ga usah ngambek. Ayo ah, keburu malem."
"Mau ngapain, sih?"
"Aku mau nembak."
"HEH?!"
Heeseung terkekeh.
"Beneran gak?"
"Ikut dulu. Aku udah izin sama papa." Heeseung menyodorkan tangannya.
Tapi hera berjalan duluan, membiarkan tangan heeseung menggantung di udara. "Gak usah pegang-pegang lo. Ayo, cepetan."
Ternyata, heeseung membawa hera ke alun-alun kota. Lumayan jauh, jadi heeseung memutuskan untuk menggunakan motornya.
"Kenapa?" tanya hera saat mereka duduk di salah satu bangku yang cukup jauh dari keramaian dengan heeseung di sampingnya.
Heeseung tertawa. "Kita terakhir jalan berdua kapan ya? Kok jadi agak canggung."
Hera mendengus. "Gak tau."
"Gimana ujiannya tadi?"
"Susah."
"Padahal udah aku ajarin beberapa."
"Orang pinter ga usah sombong."
Heeseung manggut-manggut. Detik selanjutnya, mereka terjebak keheningan seiring langit berubah jingga.
"Langitnya bagus."
"Langit gak pernah jelek tau. Kayak gue kan."
"Iya. Tapi kamu jelek kalo lagi nangisin aku."
"Gue gak pernah nangisin lo ya."
"Bohong."
"Bener. Ngapain juga gue nangisin lo?"
"Aku udah pernah bilang belom sih? Kuping kamu tuh jadi merah kalo lagi bohong."
"Apasih!" Hera buru-buru menutup daun telinganya dengan rambut.
"Tuh kan, merah!"
Hera menyerah. "Yaudah, iya pernah. Sering sih, abisnya lo ngeselin! Tau gue baper malah di friendzone-in."
"Hahahahahah."
"Dih, malah ketawa."
"Maaff" Heeseung masih tertawa.
"Maaf gak diterima."
"Abis gimana lagi? Kamu belom boleh pacaran kalau belom lulus."
Hera menoleh cepat sambil mengernyit. "Kok lo tau? Gue gak pernah cerita loh."
"Papa sendiri yang bilang." Heeseung mengangkat bahu. "Kamu kira anter jemput kamu setiap hari itu gampang izinnya?"
Hera mengerjap. Iya juga. Papa hera protektifnya akut. Cuma heeseung satu-satunya temen lawan jenis hera yang awet, biasanya kabur duluan habis sekali ketemu papa.
"Tapi lo tetep minta izin? Hayo kenapa?"
"Ya kan gak mungkin aku bawa kamu diem-diem? Nanti gak direstuin?"
"Gak gitu-" Sangkal hera sebelum menyadari ada sesuatu yang mengganjal. "Bentar... Lo ngomong apa tadi?!?!"
"Hera."
Hera bergidik. "Sumpah, heeseung. Jangan dilanjutin gue deg-degan."
"Kata papa karena sekarang kamu udah selesai ujian, jadi gak apa-apa."
Hera menggigit bibir sebelum bertanya dengan hati-hati, "Lo... Beneran mau nembak gue ya?"
Heeseung tertawa renyah sebelum kembali bersuara. "Pede."
"Serius!"
"Yaudah iyaa. Mau, ya? Jadi pacar aku?"
Manik hera membola sempurna. Nyawanya merosot ke inti bumi. "Lo bercanda pasti, kan?"
"Nggak dong."
"Coba.. Coba tanya sekali lagi."
"Hera mau yaa.. Jadi pacar aku?"
Hera tersenyum lebar. "MAU LAH!! Ya kali nolak! Ya Tuhaaan."
"Hug?" Heeseung merentangkan tangannya kecil dan dibalas dengan gelengan oleh hera.
"Ini kita di alun-alun ya, gila lo? Nanti diliatin orang, malu ah." Tolak hera sambil melihat sekeliling. "Eh tapi udah sepi sih, udah gelap juga."
"Yaudah ayo pulang aja deh. Papa udah chat aku, katanya jangan kemaleman." Heeseung berdiri terlebih dahulu lalu menyodorkan tangan meminta hera ikut berdiri. "Ayo?"
Hera kemudian menerima sodoran tangan itu dengan senang hati. Setelah berdiri, hera menubruk badan heeseung tiba-tiba dan memeluk pemuda itu erat. "Makasih ya."
"Katanya takut diliat orang?" Heeseung terkekeh di tempatnya berdiri.
"Tadi basa basi, masa ga ngerti. Lagian udah ga ada orang." Jawab hera melonggarkan dekapannya dan menatap heeseung lekat. "Lagi deh, makasih ya."
"Buat?"
"Semuanya." jawab hera singkat lalu mengecup bilah bibir pemuda itu singkat tanpa aba-aba dan beralih menggenggam tangannya erat. "Ayo pulang!"
- the story started.
---
akhirnya jadian juga😭
Vote + komen
KAMU SEDANG MEMBACA
troli - lee heeseung
Fanfictionheeseung x oc (hera) : lokal Berawal dari troli ketuker. Yang satu berusaha sabar yang satu emosian. enjoy ya, engene!!