"Halo, lo dimana sih? Katanya depan gerbang?" cecar hera pada seseorang di sebrang telepon sana sambil mengedar pandangan. "Kok gak ada?"
"Kamu dimana?"
"Ck. Malah nanya balik." Hera merotasikan maniknya. "Di depan gerbang."
"Rambut kamu diiket?"
"Iya."
"Pake boomber?"
"Iyaaa. Lo dimana? Pegel nih gue."
"Coba balik badan."
Hera menurut. Matanya kembali merotasi kala melihat pemuda berhidung lancip itu di atas motor, hanya berjarak beberapa kaki darinya. Hera berjalan gontai mendekati pemuda yang juga memakai seragam itu.
"Heeseung kan? Kenapa gak manggil?!" protes hera saat sampai di samping motor si empunya.
"Gak usah marah-marah. Saya cuma takut salah orang."
Hera mendengus. "Yaudah, mana? Gue mau pulang."
Heeseung memberikan kantung yang sedari tadi ia genggam pada hera. "Jangan sampe ketuker lagi."
"Iyaa. Makasih."
Heeseung mengangguk. "Sama-sama. Kamu dijemput?"
"Naik ojek online."
"Mau saya anter?"
Hera berjengit. "Emang tau rumah gue di mana?"
"Ya enggak."
"Yaudah, gak perlu. Papa gue galak. Nanti lo balik-balik patah tulang."
Heeseung terkekeh sebelum kemudian menyodorkan helm pada gadis itu. "Naik. Udah mau gelap ini. Nanti saya yang ngomong sama papa kamu."
Alis hera bertaut was-was. "Lo emang sengaja pengen deketin gue, ya? Niat amat sampe bawa helm dua."
"Bukan gitu. Saya emang selalu bawa helm dua. Saya paling anti bonceng orang gak pake helm soalnya."
Hera masih menatap heeseung dengan tatapan awasnya. "Masa? Emang bagasi motor lo cukup?"
Mandengar itu, heeseung tiba-tiba berdiri membuat hera berjengit dan melangkah mundur. "Mau saya buka?"
Hera menggeleng cepat, membuat heeseung kembali duduk di jok motornya. Gadis itu akhirnya mengambil helm tadi dan memakainya. "Yaudah, ayo deh. Lumayan gue gak keluar ongkos."
"Naik."
Hera menurut. Setelah duduk dengan nyaman, hera memanggil pemuda di hadapannya ini. "Heeseung."
"Apa?"
"Nanti ke tempat nasi goreng di perempatan dulu ya."
"Mau beli makan malem?"
"Bukan."
"Oh, kamu belom makan siang?" tebak heeseung lagi.
"Iya belom, gue mau makan sama lo sekalian."
"Hah?" Heeseung menengok ke belakang walaupun tidak bisa sampai melihat wajah hera. "Makan sama saya?"
"Iya. Mau gak? Gue traktir. Ceritanya ini gue lagi berterima kasih karena lo udah balikin belanjaan gue."
"Aneh." Heeseung terkekeh lalu mengangguk. "Boleh deh. Kebetulan banget saya juga belum makan."
"Yaudah, ayo." Hera tersenyum. Bisa heeseung lihat dari pantulan kaca spion, membuat pemuda itu ikut mengangkat sudut bibirnya kecil.
---
"Bang, nasi gorengnya dua!" seru hera sambil duduk dengan heeseung di depannya.
"Gak pedes kayak biasa, neng?"
"Lo pedes gak?" Hera bertanya pada heeseung. Heeseung menggeleng membuat hera kembali berseru, "Enggak, bang. Dua-duanya gak pedes."
"Kamu sering kesini? Akrab banget sama abangnya." Heeseung tertawa.
"Lumayan, biasanya sama papa sih. Btw, lo gak suka pedes?"
"Suka. Tapi gak terlalu kuat. Saya lagi gak mau beser."
Hera mangangguk-angguk. "Lo kelas berapa sih?"
"Sebelas. Sama kan?"
Mata hera membola. "Gue kira lo kakak kelas! Astaga. IPA atau IPS?"
"Sama kayak kamu."
"IPA? Wah, kemukaan sih. Pasti tau dari jungwon?"
Heeseung mengangguk. Cewek bar-bar ini asik juga ternyata.
"Heeseung." panggil hera tiba-tiba.
"Apa?"
"Lo ganteng."
Kali ini giliran heeseung yang menatap hera awas kemudian kembali tertawa. "Tiba-tiba banget?"
"Tapi lo emang ganteng. Minta gue liatin terus."
"u teasing me?"
Si gadis mengangkat bahu dan alisnya bersamaan. "Lo salting."
Heeseung mengulum bibir. "Nggak gitu. Kaget aja saya kamu blak blakan banget."
"Hehe, sengaja."
---
"Nggak gitu."
---
Vote + komen!!
KAMU SEDANG MEMBACA
troli - lee heeseung
Fanfictionheeseung x oc (hera) : lokal Berawal dari troli ketuker. Yang satu berusaha sabar yang satu emosian. enjoy ya, engene!!