The Real Prince [Prolog]

3.7K 309 44
                                    

PROLOG
.
.
.

TAUKAH kalian dibalik kehidupan bangsa manusia yang normal ada keseimbangan yang harus dijaga? Keseimbangan antara cahaya dan kegelapan , antara aura negatif dan aura positif.

Disana, jauh di atas langit tanpa diketahui siapa pun berdiri dua bangsa yang mengatur keseimbangan tersebut.

Bangsa Altara sang pengatur kegelapan dan Bangsa Nigar sang pengatur cahaya. Walaupun sama-sama menjaga keseimbangan tapi mereka tidak pernah berdamai.

Khalxa, Pangeran dari Kerajaan Altara dengan segala kesombongannya menuntut agar manusia jatuh ke dalam kegelapan.

Seperti saat ini Khalxa beserta pasukannya kembali melakukan peperangan dengan Bangsa Nigar. Mengalahkan Bangsa Nigar akan mempermudah tujuannya

Trangggg.....

Pedang milik Ray dan Khal beradu, membuat gelombang hebat diudara. Keduanya sama-sama menunjukkan potensi masing-masing.

"Kau berkembang dengan baik Khal" ujar Ray menatap remeh lawannya

"Hahaha... benarkah? Aku sangat tersanjung dengan pujianmu Pangeran Nigar, sebentar lagi akan ada kejutan yang menantinya" ucap Khal dengan senyum liciknya

Ray, mengerutkan alis siapa yang Khal maksudkan? Sampai satu nama terlintas di pikirannya.

"Apa yang kau ren-"

Belum selesai dia membalas perkataan Khal, sebuah kilatan petir muncul dipedang Khal. Dengan refleks yang bagus Ray menghindar dengan sempurna. Tapi tubuhnya tidak mampu menahan sapuan angin yang timbul dari petir itu.

Brukkk.....

"Arghh..."

Ray terhempas ke arah tebing dengan keras membuat kesadarannya mulai menghilang. Sekujur badannya remuk bahkan untuk berdiri saja Ray harus bersusah payah. Khal yang melihat itu lantas tertawa

"Menyenangkan sekali melihat kau sekarat Ray" ucapnya dengan seringai yang mengerikan

Sedangkan disisi lain petir itu kini berubah menjadi Badai Petir yang dahsyat. Menyambar ke mana-mana dan menerjang semua yang menghalangi nya. Tidak peduli kawan ataupun lawan petir itu menyerang semua orang

"PERGI!!" Perintah Khal kepada pasukan Altara dan langsung dipatuhi oleh mereka.

"Selamat tinggal pangeran, aku rasa petir ini cukup untuk melenyapkan kau dan bangsamu" ucap Khal lirih dan menghilang hanya dengan satu kedipan mata.

"Menyingkir dari sana, Kak!!"

Damn.

Tubuh Ray seolah-olah terpaku, dia tidak bergerak. Bahkan untuk berbicara pun dia sedikit kesusahan. Kekuatan apa ini? Apa yang terjadi dengan tubuhnya. Matra apa yang kau gunakan Khal.

Sementara itu, Zefan yang melihat Kakaknya tidak berkutik pun segera melesat dan menghampiri Ray.

"Kenapa kau disini Ze!!?" ucap nyalang Ray

"Aku-"

"Pergi!!"

"Tidak!"

Zefan meneliti keadaan Ray yang diam tak berkutik. Mantra pengunci tubuh, sial. Sedangkan disana sekitar 10 meter, Badai itu semakin ganas dan beringas. Tidak salah lagi, itu senjata Garda Langit.

Zefan sangat paham betul tentang Garda Langit, senjata yang sangat berbahaya dan mematikan. Hanya dengan sekali serangan saja maka musuh-musuhnya akan kehilangan nyawa.

"Pergilah Zefan, tidak ada waktu lagi!!"

Ray adalah putra mahkota Kerajaan Nigar tidak mungkin Zefan membiarkan Ray mati begitu saja. Ray adalah masa depan bangsa Nigar, tanpanya bangsa Nigar akan hancur dikemudian hari. Lagi pula sudah tugas Zefan melindunginya

"Maaf kak, tapi nyawamu lebih berharga daripada nyawaku. Dulu kau selalu melindungiku, sekarang akulah yang akan jadi perisaimu" ucap Zefan dengan nada penuh keyakinan.

Zefan tiba-tiba terkejut saat Ray berada didepannya. Seolah menjadi tameng agar Zefan bisa terlindungi dan tidak terluka sedikitpun.

"KAK RAY!!"

Drtttt.....drttt...

Velix segera terbangun dengan nafas yang tersengal-sengal matanya tak berhenti untuk melotot, keringat dingin menetes di pelipisnya.

Bukankah itu hanya sebuah mimpi? Tapi Velix merasakan ada hal yang aneh dengan mimpi itu.

Drttt... drtt....

Kembali lagi, ponsel di samping nakas tempat tidur Velix berbunyi. Dengan malas dia mengambil ponselnya dan memutuskan untuk mengangkatnya.

"Halo" Sapa Velix dengan suara khas orang baru bangun tidur

"Ehh.. bege lo baru bangun?" Tanya seseorang di seberang.

"Hmm..."

"Udah jam delapan woy gak sekolah lo?"

"Cihh.. masih pagi.."

"Big bos suruh anggota inti ngumpul, lo cepetan dateng"

"Hmm..."

Pip

Velix memutuskan sambungan sepihak, diraihnya jam beker di samping nakas dan benar saja waktu telah menunjukkan pukul 08.03 artinya dia terlambat.

Tidak, dia tidak menyesal justru dia akan melanjutkan tidurnya jika tidak ada acara. Membolos sudah menjadi hobinya dari dulu

THE REAL PRINCE (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang