Aneh

4 2 0
                                    


Keesokan hari nya, Suasana kelas sangat menegangkan sekarang, semua murid diam tak berkutik. Karena semua siswa kelas sepuluh Ipa satu tahu bahwa bu Bita sangat lah tegas dan disiplin.

"Sekarang kita akan memilih perangkat kelas"

Seluruh murid kelas sepuluh Ipa satu pun mendongak kala mendengar kalimat bu Bita barusan. Sepertinya cukup seram dan sulit untuk menjadi perangkat kelas nya, karena guru di depan nya ini sangat mengerikan untuk seorang guru perempuan yang masih muda.

"Siapa yang akan mengajukan diri sebagai ketua kelas angkat tangan" ujar bu Bita lantang.

Semua murid pun menunduk takut kecuali Azka, hem dari dulu orang satu ini tak ada benalu nya. Semakin semua orang takut semakin ia menantang.

"Saya Bu" ujar Azka percaya diri seraya mengangkat tangan kanan nya.

Bu Bita mengangguk "Okeh, siapa nama kamu?" Tanya nya.

"Azka Alexi"

"Ada lagi yang ingin mencalonkan diri?" Tanya bu Bita lantang.

Disaat semua orang sedang menunduk ketakutan tak percaya diri makhluk satu ini di samping Aurel malah asik tidur dengan alas tangan di atas meja tanpa memperdulikan keadaan yang menegangkan sekarang.

"Hei sapi bangun" Aurel pun menyenggol-nyenggol lengan Daviee.

Namu usaha nya seperti sia-sia karena tak ada satu pergerakan pun dari makhluk di samping nya ini. Malah sepertinya ia semakin nyaman di tidur siang nya.

Karena geram pun Aurel menggebrak meja di samping nya dengan keras hingga menimbulkan suara yang nyaring di kelas.

Braaak

"Sapi bangun" teriak nya nyaring.

Otomatis Daviee bangun dengan wajah santai tak terlihat seperti bangun tidur. Oh jadi dari tadi ia hanya pura-pura tertidur untuk membuat Aurel naik darah.

"Ada apa di belakang sana?" Tanya bu Bita.

Aurel sontak membulatkan matanya karena seluruh perhatian mengarah pada meja nya dan Daviee.

Karena gugup pun ia berpikir cepat untuk mencari alasan agar bisa selamat dari musibah yang sudah di depan matanya ini.

"Anu bu, ini, apa namanya...ehh..."

Bu Bita pun mengangkat alisnya bingung tak mengerti dengan apa yang di ucapkan Aurel.

"Daviee mau nyalon jadi ketua kelas" ucap Aurel spontan tanpa menoleh ke muka singa yang ditampilkan Daviee.

"Ohh, benar itu Daviee?" Tanya bu Bita memastikan.

"Eng...."

"Iya bu benar cuma Daviee lagi sariawan aja makanya nyuruh aku buat ngewakilin bilang sama ibu" kekeh Aurel setelah memotong ucapan Daviee.

Bu Bita hanya mengangguk setelah mendengar ucapan Aurel. Akhirnya setelah terjadi voting pemilihan ketua kelas, yang resmi menjadi ketua kelas adalah Azka dan Daviee wakilnya.

Azka dan Daviee hanya beda dua suara saja, tetapi tak heran kalau Azka yang menang. Dikelas itu saja siapa coba yang tak mengenal dirinya. Bahkan banyak sekali ciwi-ciwi yang meminta foto kepadanya.

"Puas lo" ujar Daviee di sela kegiatan menulisnya dengan mata yang terfokus pada buku di depan nya.

Aurel yang merasa dibicarakan pun menoleh ke samping "Salah sendiri ngapain lo pura-pura tidur bukan nya merhatiin guru menjelaskan"

"Urusan sama lo?" Jawab Daviee sinis.

"Gue gak mau yah punya temen sebangku bodoh"

Daviee yang mendengar itu hanya tertawa sinis, mungkin karena dirinya sudah biasa mendapat hinaan seperti itu.

Begitulah manusia, dia hanya bisa menilai apa yang ia lihat bukan apa yang ia dengar. Karena buah durian yang lembut terdapat di dalam kulit yang tajam. Mungkin ada alasan di balik itu, namun kita akan bisa mengerti setelah merasakan nya.

Begitu juga dengan manusia, kita tidak akan pernah bisa mengerti jika belum pernah mendengarkan nya. Semua orang pasti punya alasan atas apa yang mereka lakukan, Dan yah ada banyak hal yang tidak bisa di ceritakan namun hanya ingin di mengerti.

Kriiing

Bel pulang sekolah pun berbunyi nyaring di ruang kelas. Setelah guru mata pelajaran terakhir keluar, semua murid pun sibuk berkemas untuk pulang.

Sangat berbeda dengan Daviee, dirinya tak begitu rumit. Memasukan satu buah buku kedalam tas kemudian langsung menenteng tas nya melenggang pergi keluar kelas.

Aurel yang melihat nya pun hanya tercengang "Aneh, niat sekolah gak sih" tanya nya pada diri sendiri.

"Yuk Rel" ajak Azka yang sudah di depan meja Aurel.

Aurel yang tersadar pun mengangguk "Eh, yuk" lalu berdiri berjalan di samping Azka.

*****

A DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang