4. BARATA DAN SINTA

3.9K 80 6
                                        

Sanpai di Ayodya, Sinta disambut baik oleh keluarga suaminya. Prabu Dasarata tersenyum puas melihat menantunya, anggun dan cantik, sangat cocok menjadi ratu mendampingi putranya.

Sinta mendapatkan sebuah kamar di Kaputren, berjauhan dengan kamar untuk para pangeran. Setiap malam Rama mengunjunginya, skidipapap, lalu kembali ke kamarnya sendiri. Lewat tengah malam, Laksmana menyelinap dan melanjutkan beberapa sesi sampai pagi.

Suatu hari Barata bercengkerama dengan ibunya --Kekeyi-- sampai larut malam dan tertidur. Menjelang pagi saat kembali ke kamarnya ia melihat Laksmana keluar dari salah satu kamar di Kaputren. Sikapnya mencurigakan, Barata menduga kakaknya punya hubungan khusus dengan salah satu selir ayahnya.

Rasa ingin tahunya membuat pemuda itu memata-matai Lalsmana dan menguntitnya. Pemuda itu bethasil masuk ke kamar dan berdiri di sudut yang gelap, menyaksikan pergumulan panas kakakmya dan penghuni kamar itu ... yang di luar dugaannya adalah istri kakaknya.
Barata sudah lama tahu Rama dan Laksmana sering berbagi perempuan, tak diduganya sang kakak sulung juga berbagi istrinya.

Besoknya ia mebemui Kekeyi, kebetulan ibunya sedang berbincang dengan Sinta. Selama di situ, Barata sering mencuri pandang ke kakak.iparnya. Wajahnya anggun, cantik berseri, sungguh berbeda dengan tingkahnya yang jalang tadi malam. Tutur katanya halus dan sopan, sedangkan saat bercinta, desahan dan erangannya membangkitkam birahi.
Menatap Sinta, yang diingat Barata adalah kebinalannya bergumul dengan Laksmana, tak disadarinya ada bagian tubuhnya yang menggeliat.

Kekeyi yang tahu. Selir kesayangan raja Ayodya ity berpamitan beristirahat ke kamarnya, mengajak Barata untuk memijat kakinya. Dengan enggan sang anak menuruti permintaan ibunya, meninggalkan Sinta di ruang besar.
"Kau menyukai Sinta, anakku?" tanyanya begitu hanya berdua di kamar.
Barata tersenyum malu, "Kanda Sinta cantik, Bunda, dan tubuhnya sangat molek."
"Karena itu kejantananmu tergerak?" Kekeyi tertawa menunjuk tonjolan di tubuh anaknya.
"Silakan Bunda berbaring, kaki mana yang perlu dipijat?" Barata berusaha mengalihkan perhatian.
"Itu hanya alasan, bodoh! Kau kuajak pergi sebelum Sinta melihat matamu memandang penuh nafsu, sebelum ia melihat bukti tubuhmu terangsang melihatnya."
Barata tertawa, ia tak bisa berkelit, ibunya maha tahu.

Putra ketiga Prabu Dasarata tak punya nyali untuk mendekati Sinta, ia hanya bisa memandangnya saja, dan bila nasibnya baik, ia bisa mengintip Laksmana bergumul dengannya. Setelah itu ia akan mendatangi salah satu dayang dan melampiaskan hasrat kepadanya.

Suatu dini hari, Kekeyi kembali ke kamar setelah melayani suaminya. Ia melihat Barata keluar dari kamar Sinta dengan senjata teracung. Langsung dipanggilnya.
"Kau meniduri Sinta?" tanyanya.
"Bunda," Barata tertawa, "kalau menidurinya, pasti si kecil ini sudah tidur. Hamba hanya menontonnya, Kanda Sinta sangat hot."
"Siang saja kita bicarakan, hamba bereskan dulu si kecil ini," pemuda itu beranjak ke pintu.
"Dengan siapa?"
"Selalu ada dayang yang dengan senang hati membantu."

Kekeyi tak bisa tidur, otaknya bekerja keras mencari cara supaya anaknya bisa mendapatkan Sinta. Tentu saja dengan menyingkirkan Rama, anak tirinya. Sekalian mendapatkan tahta untuk Barata. Ia tersenyum membayangkan kedudukannya sebagai Ibusuri.

*

Kekeyi menunggu waktu yang tepat. Ketika gilirannya melayani Prabu Dasarata lagi, ia mengingatkan lagi janji lama belasan tahun lalu.
"Apakah Kanda masih ingat? Apakah janji tersebut masih berlaku?"
Sang Prabu yang sudah dikuasai nafsu, tak sabar lagi ingin menuntaskan hasrat, tanpa berpikir panjang mengiyakan.
"Tentu saja, juwitaku, aku akan mengabulkan permintaanmu."
Diposisikannya dirinya di pintu masuk.
"Apapun itu?" Kekeyi menggeliat sedikit, tembakan Prabu Dasarata meleset.
"Ya, cintaku. Walaupun yang kauminta nyawaku sekalipun," jawabnya gemas, kali ini langsung mendorong masuk, tanpa ancang-ancang seperti tadi.

Terkapar puas, sang Prabu meraih Kekeyi ke dalam pelukan, mengelus rambutnya. Kekeyi adalah istri kesayangannya, ia lebih sering melampiaskan hasrat kepadanya dibandingkan kepada dua istri yang lain.
"Sekarang katakan, apa permintaanmu," katanya sambil mengecup keningnya.
Kekeyi mengelus dada suaminya yang berbulu, itu kegemarannya saat bermesraan.
"Hamba ingin Barata yang menjadi raja menggantikan Kanda Prabu kelak."
"HAH?"
Mendung langsung menerjang wajah raja Ayodya itu, "Rama adalah putra pertama, bagaimana caranya aku mengatur Barata yang menjadi raja?"
"Perintahkan Rama berkelana selama empat belas tahun. Saat ia kembali, masyarakat sudah lupa siapa dia. Mereka akan menerima Barata yang menggantikan Kanda."
"Kau memang cerdas!" puji Prabu Dasarata menciumnya, dan Kekeyi mengelusnya, membawanya ke langit ke tujuh lagi.

*

Rama seorang yang penurut. Perintah ayahnya untuk meninggalkan istqna selama empat belas tahun diterimanya tanpa membantah, tanpa bertanya alasannya.

"Kanda, Dinda ikut," kata Sinta.
Gadis itu tak ingin berada di Ayodya bila tak ada Rama di sana. Ia risih setiap hari bertemu dengan Barata dan dipandangi dengan sorot mata ingin menerkamnya. Pemuda itu juga tampan dan gagah, tapi kebetulan Sinta tak tertarik kepadanya.
Gadis itu sulit menghindari Barata, karena Kekeyi sering mengajaknya mengobrol, sehingga ia selalu hadir saat pemuda itu mengunjungi ibunya.
.
Rama tak pernah menemaninya sampai pagi, setelah melampiaskan hasrat ia akan kembali ke kamarnya di bagian lain istana itu. Lewat tengah malam, Laksmana akan datang memuaskannya, melewatkan sesi asmara yang hot bersama adik.iparnya sampai pagi.
Selama ini Barata hanya memandangnya dengan pandamgan tidak sopan, sudah diduganya apa yang akan terjadi bila tak ada suaminya. Apalagi Rama pergi bukan sebulan dua bulan, ia akan pergi selama empat belas tahun. Perempuan jalang mana yang tahan ditinggalkan begitu lama?
Ada Laksmana? Kalau ia hamil ketika Rama tidak ada, bisa-bisa ia mati dirajam.
Apapun itu, tak ada pilihan yang lebih baik selain mengikuti suaminya. Dan bukankah tempat seorang istri di samping suaminya?

"Sebaiknya Kanda Sinta menunggu di istana," bujuk Barata, "banyak bahaya di luar sana, Kanda Rama susah repot melindungi dirinya sendiri, janganlah memberatkannya dengan kehadiran Kanda Sinta."
Rama ikut membujuk istrinya, tak ingin Sinta ikut menderita bersamanya. Gadis itu sedikit bimbang, hampir saja ia mengiyakan ketika dilihatnya Laksmana berjalan ke arah mereka.

"Kanda, Dinda juga ikut!"
Tak sanggup pemuda itu membayangkan berjauhan dengan perempuan yang dicintainya.
"Terima kasih, Dinda," Sinta tersenyum, "ada yang akan membantu Kanda Rama melindungiku."
Maka pergilah Rama bertiga dengan Sinta dan Laksmana meninggalkan kerajaan Ayodya.

Barata menangis di pelukan ibunya.
"Malah Sinta ikut pergi!" keluhnya.
"Yaaa ... Ibu mana tahu gadis itu memilih hidup susah demi cinta daripada hidup mewah di istana." Kekeyi mengedikkan bahu, tak habis mengerti dengan pilihan Sinta.

Surabaya, 15 Juli 2020
#NWR



SINTA JALANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang