[Chapter 2: Gagal Malam Mingguan]

158 28 0
                                    

--

Hari ini hari Sabtu. Biasanya, Selgi suka berinisiatif mengajak Ayra untuk malam mingguan. Maksudnya, mereka sama-sama jomblo. Kalau mau ajak Jennie, anak itu pasti akan pergi bersama Ergi. Sedangkan Ayra? Dia tidak mau merusak moment romantis adiknya bersama sang pacar.

Jadi sambil menunggu Selgi yang men-chatnya lewat WhatsApp, Ayra memutuskan untuk mengunjungi kamar Jennie. Adik tukang dietnya itu pasti sedang sibuk berdandan untuk nge-date sama Ergi.

Tok, tok.

"Jenn, Teteh boleh masuk gak?" tanya Ayra.

"Masuk aja, Teeh! Sekalian bantuin aku milih bajuu." sahut Jennie sedikit berteriak dari dalam kamarnya.

Setelah mendapat jawaban dari Jennie, akhirnya Ayra pun membuka pintu kamar Jennie dan masuk ke dalam sana. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Jennie yang diam berdiri di hadapan cermin sambil memegang baju di depan tubuhnya.

Jennie menengok. "Teh, iiih~ bantuin aku dongg. Aku bingung mau pake apa. Takutnya bentar lagi Kak Ergi jemput." adu Jennie.

"Emang gak takut ketahuan sama Bunda, Jen? Bunda 'kan protektif banget kalo kita mau pergi keluar. Pasti suka ditanya-tanyain pergi sama siapa."

Jennie terkekeh bak putri tak berdosa. "Hehehe, ya tinggal bilang mau main sama Rasya, Teh. Aku udah Line dia kok, biar rencananya muluuss."

"Jamin aman, nih? Aku gak bakal tanggung jawab ya kalo sampai ketahuan Bunda atau Ayah." nasihatnya.

Jennie mengangguk mantap. "Sumpah aman deh, Teeh. Gak bakal ketahuan, seriusss. Sekarang mending bantuin aku pilihin bajuuu. Ayooo~"

Ayra menggeleng kecil lalu terkekeh. "Yaudah, ayooo. Sini, sini. Teteh pilihin yang cocok tapi tetep tertutup buat di luar."

Ayra itu kalo soal urusan baju Jennie, kadang sedikit selektif. Ayra gak mau pakaian yang Jennie pake itu terlalu terbuka. Minimal, kalo Jennie mau pake rok juga gak boleh yang di atas lutut.

Kalo enggak? Ya enggak kenapa-kenapa sih. Cuma, Ayra serem kalo menyangkut soal baju dan segala macamnya buat Jennie-- jadi, anak itu malah takut sendiri. Ya mending nurut aja. Selain karena memang di agama mereka gak boleh pakai pakaian yang menyetak bodi, memperlihatkan aurat-- Ayra juga mau Jennie terhindar dari tatapan haus nafsu cowok-cowok di luaran sana.

Cuma jika ditanya soal hijab, Ayra akan menjawab kalau dia akan berhijab saat dia sudah menikah.

Aneh, ya? Nggak sih. Tapi kenapa nggak dipakai dari sekarang aja gitu loh.

Thats it. Itu urusan Ayra, doain aja semoga dapat hidayah cepatnya. Bareng Jennie juga tentunya. Dan semoga, jodoh mereka di masa yang akan datang, entah kapan menghampirinya-- bisa membimbing kedua Kakak Beradik itu ke jalan yang benar. Insyaallah, Sah.

Teng neng neng neng neng... Tudung tudung...

Nada dering ponselnya Ayra. Maaf ya, hehehe.

Jennie yang sedang sibuk mengganti bajunya dengan baju pilihan sang Teteh pun menatap Ayra.

"Teh, telpon,"

Ayra mengangguk. "Itu aja gapapa ya?"

Jennie mengacungkan jempolnya. "Gapapa, Teh. Aku suka kok, thanks ya!"

Ayra tersenyum lembut dan mengangguk kecil. "Iya sama-sama."

Lalu Ayra berlari kecil keluar dari kamar Jennie untuk mengangkat panggilan telfonnya.

Ayra meraih ponsel pipihnya yang berada di meja riasnya.

"Halo, Gi?"

Memakan sekitar 5 detik, Selgi tidak menjawab sapaannya. Yang Ayra dengar hanya kebisingan cakap-cakap orang dan musik western yang bergema di mana-mana.

Sundream [ Vrene Lokal ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang