[Chapter 3: Cie, Mulai Kenalan]

176 32 0
                                    

--

“Waah, jadi itu si Jennie? Gak ngada ngadi emang pilihan Bang Ergi.”

Tyan sempat terpana sesaat. Tapi seketika akhirnya ia sadar matanya sudah berdosa karena memandangi wanita lain dengan rasa kagum, parahnya lagi, wanita itu adalah pacarnya temannya sendiri.

Astaghfirullah.. Tyan, jaga mata lo!” Tyan menepuk kedua matanya pelan. Ya Tuhan, Tyan mohon ampun sudah menatap kagum lawan jenis yang bukan muhrimnya.

Dan setelah Tyan merasa sudah cukup menepuk-nepuk matanya, pria itu kembali melihat sosok Jennie yang sekarang sedang berdiri menunggu di depan pagar rumah. Sepertinya, Tyan harus berinisiatif melambaikan tangannya agar gadis berstatus kekasih Bang Ergi itu dapat mengenalinya.

Lalu, Tyan melambaikan tangan kanannya ke arah Jennie. Tapi sayangnya, si Jennie sama sekali belum menyadari lambaian tangan Tyan. Berkali-kali Tyan melambaikan tangannya kesana kemari, namun hasilnya tetap sama. Jennie tidak sadar akan hal itu.

Karena sudah terlalu kesal, akhirnya Tyan memutuskan untuk menyerukan nama Jennie. Toh, di sekitar Jennie tidak terlihat anggota keluarganya yang lain.

“Jennie!” Sejujurnya, Tyan tidak begitu keras meneriaki nama Jennie. Mereka saja tidak saling kenal, pasti rasanya akan canggung sekali kalau Tyan memanggil nama Jennie dengan volume yang kencang.

Tyan berdecak. “Haduh ampun deh. Si Jennie denger gak sih gue manggil-manggil dia daritadi?”

Pria itu memanggil nama Jennie lagi.

“JENN--...nie..??”

Dan tebak apa yang terjadi? Yap, ada wanita lain yang menyusul Jennie di tempat. Tyan juga yakin, itu bukan Ibunya Jennie. Wanita di sebelahnya terlalu muda untuk dikatakan Ibu.

“Ya Allah, mata guee. Duh, itu siapa coba yang di sebelah Jennie? Gak mungkin Tantenya, 'kan?”

Tyan serius. Wanita itu terlihat cantik. Sangat cantik. Bahkan jika mau dideskripsikan saat wanita itu datang dan Tyan melihatnya, rasanya kedatangan wanita cantik itu seperti efek slow motion.

Waah, sesaat mulut Tyan sedikit terbuka.

Ketika Tyan yang masih sibuk menatap wanita di sebelah Jennie, gak tahunya Jennie sendiri sudah menyadari presensi Tyan yang berdiri di samping mobil.

“Ooh itu! Assalamualaikum.. Ini Bang Tyan bukan, ya?” tanya Jennie.

Ya Gusti untung cepet sadar.

Tyan mengerjapkan matanya lalu terkekeh canggung. “Waalaikunsalam. Eh iya, gue Tyan. Temennya Bang Ergi.” katanya lalu tersenyum.

Jennie tersenyum. “Gue Jennie. Oh iya... Ini, kenalin. Kakak gue,” jelas Jennie sambil melirik Kakaknya-- jelas saja Ayra-- memberi isyarat untuk memperkenalkan dirinya.

Ayra tersenyum tipis. “Hai..?” sapanya.

Tyan lagi-lagi terpana. Tapi untung dia bisa mengontrol dirinya sendiri dan juga pandangannya.

“Ya, hai juga. Saya Tyan, kamu?”

Ayra tersenyum ramah namun jauh lebih lebar dari sebelumnya. “Aku Ayra.”

Yeh, dasar Tyan. Giliran kenalan sama Ayra aja bilangnya saya kamu-an.

Lalu keduanya sama-sama diam. Eskpresinya juga saling kebingungan. Kerutan di dahinya samar terlihat. Seperti sedang menyidik sesuatu.

Ayra ternyata lebih dulu menyadarinya. Ia membuka mulutnya cukup lebar karena kaget. Benar-benar kaget.

“Loh?? Mas yang waktu itu mau bunuh diri di jembatan, 'kan??” tanyanya sambil menunjuk Tyan.

Sundream [ Vrene Lokal ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang