Bab 7 | Pertemuan

19 3 0
                                    

Selamat Membaca Kisah
(Bukan) Si Manis Kaixa

Now playing : Yuni Shara - Pertemuan

***

Terkadang sebuah takdir tidak bisa di pungkiri di mana ada sebuah perpisahan ada awalnya sebuah pertemuan.

***

Waktu istirahat pun tiba. Mereka seperti biasa pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka karena habis berpikir, konon katanya bahwa pikiran tidak akan berfungsi kalau tida makan. Maka dari itu mereka memutuskan untuk pergi ke kantin.

Mereka menyantap bakso yang ada di sekolah keabanggaan mereka. Kala cewek yang bernama Ika itu sedang bersama Omega, sang pustakawan cewek dan juga cewek satu lagi yang tidak tahu namanya siapa, berjalan melewati mereka dan duduk di samping meja mereka.

Kai terus memperhatikan Ika, sesuatu perasaan aneh mulai muncul di hatinya entah perasaan suka atau perasaan seorang kakak kepada sang adik. Kai tidak bisa memprediksi hal itu, sampai akhirnya aksinya itu diketahui Faiz dan langsung menyadarkan nya.

"Woy! Makan dulu, jangan lihatin cewek itu Mulu. Lama-lama gue perhatiin, lo makin gila sama cewek itu," sentak Faiz. Kai yang bingung langsung menatap Faiz. "Bukannya gue gitu. Tapi gue penasaran sama cewek itu apa jangan-jangan itu adik gue, karena gue paham banget wajah adik gue seperti apa. Maka dari itu gue harus cari tahu," ucap Kai panjang lebar.

"Iya dah, serah lo. Tapi habisi dulu makanannya jangan gara-gara cewek itu, lo sampai lupa segalanya," sahut Delta. Kai mendengus kesal, "Iya iya." Kai mulai menghabiskan makanannya sampai akhirnya ia mulai pergi meninggalkan temannya kala makanannya sudah habis.

"Gue udah habis, ini bayaran gue," ucap Kai sambil menaruh uang satu lembar lima ribuan. "Elo mau kemana?" tanya Faiz heran.

"Gue mau cari info dulu, bye." Pergilah Kai dari hadapan mereka berdua, lalu sempat menatap Ika sekilas sampai akhirnya ia tidak sadar satu cewek sebelah Omega sempat tersenyum kepada nya.

Kai mulai berlari di koridor sekolah itu, sampai akhirnya ia kembali terhenti di papan Mading. Bayangkan artikel satu tahun yang lalu terngiang ngiang di pikirannya. Seolah-olah hari kelahiran dirinya dirayakan begitu saja oleh dunia. Namun Kai tidak mempermasalahkan hal itu hanya saja siapa yang berani menempelkan artikel itu.

Kai mengabaikan pertanyaan yang timbul tenggelam di pikiran dan lebih memilih berjalan kembali sampai akhirnya, ia sampai di perpustakaan tempat di mana dirinya dan Mega bertemu. Kai tahu Mega sedang ada di kantin namun Kai lebih memilih menunggu Mega di sini sambil membaca buku.

Kala Kai asik membaca buku, ia sampai lupa bahwa besok ada pelajaran olahraga dan Kai belum mempersiapkan semuanya padahal besok adalah hari di mana pelajaran yang paling ia sukai dan Kai lupa akan hal itu. Sampai akhirnya ia memilih mengeluarkan ponsel dan mencoba menghubungi seseorang dan saat itu juga ia sempat membaca salah satu peraturan di sana yaitu tidak boleh menerima telepon atau menghubungi lewat telepon.

Menyadari akan hal itu, ia lebih baik keluar dulu dan saat sibuk dengan panggilannya, ia tidak sengaja menabrak seseorang. Baik dirinya ataupun korban sama sama kaget, Kai berusaha membantu nya dan hingga akhirnya tatapan mereka bertemu satu sama lain.

Kai terpesona dengan raut wajah Ika, sangat lembut dan imut sama persis dengan adiknya itu namun yang membedakan cuma gaya rambutnya saja adiknya suka tatanan rambut pendek sementara Ika itu memiliki rambut panjang.

"Sorry, saya gak sengaja." Kai membantu Ika berdiri.

"Iya gapapa, lagi telepon seseorang ya, maaf  jadinya panggilan kamu terputus," ucap Ika sesal. "Gapapa kok, lagian cuma panggilan gak penting. Oh ya, Ika mau kemana?" tanya Kai basa basi.

"Saya mau ke perpustakaan,"jawab nya. "Kalau gitu sama, gue tadi dari perpustakaan tapi ada telepon ya, udah gue keluar dulu," ucap Kai yang lebih ke alibi.

"Kalau gitu masuk bareng, yuk," ajak Ika. Merasa disambut oleh baik oleh Ika, Kai hanya mengangguk.

Mereka berdua masuk ke dalam sana. Dan di sana Kai kembali mengambil buku yang sempat ia baca tadi, lalu kembali mengejar Ika yang kayaknya lebih memilih membaca buku novel. "Kamu suka sama novel?" tanya Kai kepo.

"Iya, kalau kamu," tanya balik Ika.

"Kalau aku lebih suka ke sejarah sih, tapi kalau ada novel tema sejarah pasti gue baca," ucap Kai ramah. "Ternyata kamu asik juga orangnya. Tapi kata teman yang lain kamu itu tipe orang yang dingin dan sombong," ucap Ika.

"Sebenarnya itu sifat luar aku. Tapi, kalau mau lebih dekat dengan aku mungkin mereka juga akan tahu sikap aku yang sebenarnya, hanya saja mungkin kebanyakan orang hanya melihat sisi luarnya saja," jawab Kai seadanya tanpa mau membeberkan masalah nya.

"Katanya kamu percintaan philosofis, ya?" tanya Ika penasaran. "Bukannya cinta sih, tapi lebih ke suka saja. Oh, ya, kebetulan aku senang kalau guru sejarah kita lagi bahas philosofis," jawab Kai.

"Pelajaran tadi ya, siapa nama gurunya itu. Bu siapa itu?"

"Bu Tika,"

"Iya iya Bu Tika. Kayaknya di kelas kamu hanya kamu yang antusias sama philosofis, namun kayaknya bukan kamu saja deh," ucap Ika yang tidak sengaja membuka fakta baru. "Maksudnya?" tanya Kai.

"Teman sebangku aja suka sama philosofis aku gak tahu siapa namanya tapi yang jelas, dia suka banget walaupun gak sehebat kamu," jawab Ika.

"Oh, murid yang suka duduk di belakang itu, sebenarnya siswi itu jarang akrab. Sekali akrab kalau sudah satu kelompok sama dia, kalau aku sih belum pernah ya, karena gue selalu punya kelompok sendiri dan tidak bisa diganggu gugat,"

"Kayak tadi ya," tebak Ika.

"Bisa jadi, oh ya pustakawan tadi itu teman kamu." Kai mulai mengalihkan topik pembicaraan. "Oh Mega, aku ketemu dia di parkiran tadi, awalnya Mega kaget disangkanya aku itu Ranika kalau dilihat dari rambut," ucap Ika yang tidak menyaring kata-katanya dulu.

"Jangan ucapakan nama itu di telinga saya," ucap Kai dengan nada tinggi. Ika menaikkan alisnya bingung. "Lho kenapa?"

"Nama itu telah membuat hati sahabat gue jadi sedih dan patah hati, maka dari itu aku perintah sama kamu jangan sebut nama itu," ucap Kai yang tidak sengaja telah mengejek nama itu.

"Sorry, aku gak tahu," ucap Ika lemas. "Sorry, aku udah ngomong kasar sama kamu," jawab Kai dengan nada sesal juga.

Akhirnya tidak ada percakapan lagi disana karena mereka sudah memilih buku masing masing dan kalau berlama-lama di sini akan menimbulkan berita heboh dan kayaknya namanya akan kembali dimuat dalam Mading sekolah gara gara menjalani hubungan dengan siswa baru.

Dan Kai tidak mau hal itu sampai terjadi.

***

Tbc.

Yeyeyeye akhirnya Lis bisa update. Bagaimana dengan bab ini? Kalian masih penasaran siapa yang menempelkan artikel Mading di sekolah Kai beberapa tahun yang lalu.

Mau tahu kelanjutan seperti apa?

Jangan lupa vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣

Lis_author

[SBS : 1] (Bukan) Si Manis Kaixa [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang