Selamat Membaca Kisah
(Bukan) Si Manis KaixaNow playing : Dewa 19 - Risalah Hati
***
Hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga, bagai malam tanpa bintang dan bagai panas tanpa hujan.
***
Malam ini memang malam yang biasa saja, namun bagi yang berpacaran malam ini adalah malam istimewa walaupun bukan malam Minggu, tapi malam-malam lain akan terasa istimewa bagi orang yang mencinta. Dan sekarang Kai menginginkan sesuatu, makanan yang gurih tapi lebih ke arah martabak.
Dengan mengenakan baju putih dan celana jeansnya ia berjalan keluar dari kamar mengabaikan kedua orang tuanya yang sedang asik di ruang tamu. Mami sedang asik menonton televisi sementara papi sedang asik membaca koran dengan kacamata plusnya.
Seolah tidak mengetahui keluar dirinya, Kai bergegas keluar dan memilih jalan kaki untuk mencari makanan yang ia inginkan. Kebetulan jalan kompleks perumahan dengan jalan raya tidak terlalu jauh, hingga ia melihat dari sebrang jalan gerobak martabak terlihat di sana.
"Bang, martabak telur nya satu porsi," ucapnya yang membuat Kai heran seolah ada suara lain yang memasuki gendang telinga nya.
"Kai,"
"Ika,"
Mereka saling pandang dan menunjuk satu sama lain. Seperti sebuah mimpi mereka bertemu di tempat ini seolah ada ikatan yang membuat mereka tertarik ke dalam sebuah magnet yang kuat dan mungkin ini tempatnya kutub itu.
"Jadi martabak telur dua bungkus, gitu?" tanya Abang tukang martabak.
"Iya," mereka berdua kembali berucap bersamaan seolah-olah mereka serasi. Mereka salah tingkah karena dilihat oleh Abang tukang martabak itu. Akhirnya mereka duduk untuk pesanan martabak matang.
"Kamu lagi pengen martabak ya," ucap Kai kepada Ika yang sibuk dengan ponselnya.
"Ah, iya apa?" tanya kembali Ika yang mendengar Kai bertanya namun tidak sejelas mungkin.
"Aku tanya kamu lagi pengen martabak?" pertanyaan diulang Kai, sesuai permintaan Ika. "Iya, dan aku pengen sekali martabak ini udah lama banget," ucap Ika.
"Emang udah berapa lama kamu gak makan martabak," ucap Kai penasaran. "Sebenarnya sudah lama sih, maklumlah di luar negeri gak ada yang seperti ini." Ika membayangkan seperti apa rasa martabak itu.
"Ini martabak neng, A," ucap tukang martabak menyerahkan dua bungkus martabak dalam satu plastik. Kai mengambil plastik itu dan menyerahkan satu lembar lima puluh ribu.
"Kembaliannya ambil aja bang," ucap Kai yang langsung menarik tangan Ika menjauh dari tempat itu. Sementara itu Abang tukang martabak itu hanya tersenyum dan sujud syukur karena mendapat uang lebih hari ini.
Mereka akhirnya berjalan bukan kembali ke rumah masing-masing, akan tetapi mereka malah menjauhi tempat itu sampai akhirnya mereka sampai di sebuah cafe yang bernama 'AL' di sana mereka berdua langsung masuk.
Saat masuk mereka disambut oleh pelayan di sana. "Permisi ada yang bisa saya bantu, atau kalian mau pesan apa?" tanya pelayan itu kepada Kai dan Ika.
"Maaf, kami tidak sengaja masuk dan sekali lagi saya minta maaf kami tidak mau makan di sini karena kami bawa makanan dari luar," ucap Kai memelas. "Kalau gitu kalian tahukan pintu keluar dari mana!?" teriak pelayan itu.
"Tapi setidaknya izinkan kami istirahat sebentar sini," sahut Ika yang ikut memelas. "Maaf ya Mba, Mas. Kalian bisa keluar dari sini gak?!" ucapnya lagi.
Akhirnya adu mulut terjadi di sana, sebenarnya mereka tidak ingin membuat keributan di sini, namun gara-gara mereka sudah tidak punya tempat untuk duduk secara tidak sengaja memasuki cafe itu. Kai dan Ika sebenarnya tahu bahwa tidak boleh membawa makanan dari luar, namun sekarang dalam keadaan darurat.
Hingga akhirnya orang yang ada di ruangan khusus itu keluar mendengar orang keributan di sana, untuk membubarkan mereka. "Ada apa ini?" tanya cowok itu yang merupakan pemilik cafe ini.
Mereka menatap orang yang bertanya kepada mereka Ika dan Kai sama sama terkejut dengan kedatangan orang itu apalagi sang pelayan itu. "Sigma!" teriak mereka bersamaan.
"Lho Kai?" tunjuk Sigma kepada nya.
"Bos kenal sama mereka?" tanya pelayan itu. Lalu Sigma menatap pelayan itu " Iya teman sekelas saya. Biarkan saja ini urusan saya, kamu kembali bekerja," ucap Sigma menyuruh pelayan tadi pergi.
"Silahkan duduk Kai, " ajak Sigma yang langsung dituruti oleh mereka berdua. "Kayaknya kita pernah bertemu, tapi di mana ya?" tanya Sigma memastikan.
Seketika itu Ika sedikit salah tingkah. Namun kayaknya Sigma merasa tidak enak karena telah berbicara seperti ini di depan Kai. "Oh sorry, ya, ini siapa ya?" tanya Sigma mengulangi ucapan yang pertama.
"Perkenalkan nama saya Ika, saya siswi baru di sekolah tempat Kai," ucap Ika mengulurkan tangannya kepada Sigma. "Saya Sigma Aditya, salam kenal." Sigma membalas uluran tangan itu tanda perkenalan.
"Oh ya, ngomong ngomong kalian bawa apa ke sini," ucap Sigma melihat dua kantung plastik di atas meja. "Oh tadi kebetulan kita gak sengaja beli martabak di depan kompleks eh gue gak sengaja narik tangan dia dan malah datang ke cafe ini," jawab Kai yang langsung membuka plastik itu yang terdapat dan langsung diberikan kepada Ika satu bungkus.
"Kalau makan martabak minumnya teh manis, kalian mau minum teh manisnya," tawar Sigma yang membuka buku menu di sana. "Emang gapapa nih, Sigma," ucap Ika menyakinkan.
"Gapapa lagian gue udah lama gak neraktrir orang," ucap Sigma. "Kalau gitu gue pesen teh manis 2 aja," ucap Kai.
"Baiklah. Pelayan!" teriak Sigma memanggil pelayan tadi. "Iya ada bos," ucap pelayan itu.
Mereka menunggu pesanan itu dengan percakapan ringan dan sampai akhirnya minuman datang yaitu teh manis dan juga teh Thai. Namun setelah minuman datang mereka Sigma tampak khawatir seperti ada yang ia cari. Aksi tersebut di ketahui oleh Kai.
"Ada apa Sigma?" tanya Kai.
"Sebenarnya gue lagi nunggu Rainy, katanya dia mau nyanyi di cafe ini tapi dia belum datang datang," ucap Sigma bingung.
Tak lama berselang tiba tiba lampu cafe itu mati dan hanya tersisa satu lampu menyala satu dan itu di sorotkan kepada satu tempat. Hingga akhirnya datang satu suara instrumen musik, mereka bingung di buatnya hingga akhirnya mereka terkejut rupanya sosok Rainy dengan membawa sebuah alam musik—biola.
Hingga terbang lah sepucuk surat yang entah dari mana datangnya. Baik Sigma, Ika dan Kai mengambil satu surat itu sampai akhirnya mereka membuka masing-masing surat itu. Yang pertama membuka surat itu adalah Ika dan isi surat itu adalah.
'Simpan mawar yang ku beri, mungkin wanginya mengilhami Susilah dirimu kenali aku dulu.'
Sementara itu di orang berbeda yaitu Ika. Ia membuka dan matanya terbelalak melihat isi surat itu. 'Aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku meski kau tak cinta padaku, beri sedikit waktu karena cinta datang karena terbiasa'.
Dan Kai tidak kalah terkejut, seolah surat itu mewakili perasaan nya. kai seakan ingin menangis di buatnya teringat akan adiknya, namun ia mencoba tahan sampai akhirnya membaca satu persatu kata yang ada dalam surat itu. "Hidupku tanpa cintamu bagai malam tanpa bintang, cintaku tanpa sambut mu bagai panas tanpa hujan, jiwaku berbisik lirih aku harus memilikimu."
***
Tbc.
Yeyeyeye akhirnya Lis bisa update. Bagaimana dengan bab ini? Sebelum Lis akan kasih tahu ini adalah hari terakhir Lis upload cerita satu hari 3 part, karena mulai Minggu depan Lis akan update satu hari 2 part. Jadi maafkan Lis bukan maksud mau PHP hanya saja itu strategi Lis.
Jangan lupa untuk vote and coment 👧
Tinggalkan Jejak 👣Lis_author
KAMU SEDANG MEMBACA
[SBS : 1] (Bukan) Si Manis Kaixa [TERBIT]
Novela Juvenil[Book One Sweet Boy Series] [Cover By Reb] Highest Rank : #3 on Simanis #6 on Fisika _______ "Pantang Jatuh Cinta Sebelum Mencintai Saudara sendiri." Kata kata itu mungkin sudah menjadi janji bagi seorang cowok bernama Kaixa, dimana hanya dirinya y...