Malam ini seorang haechan haphaestus sedang berdiri di balkon kamarnya sambil menatap langit, dia bingung, dia tidak paham dengan perasaanya, wanita itu selalu menghantui pikirannya lalu ia mengambil music box yang ada di sebelahnya.
kotak itu sangat berharga bagi haechan karna itu milik ibundanya, jika ia sedang merasa ada hal yang janggal ia selalu memainkan kotak tersebut, suaranya sangat indah.
sepertinya itu hanya halusinasinya saja tetapi ketika ia memainkan kotak music tersebut saat dia sedang dalam perasaan bingung, sedih dan perasaan yang tak bisa di ungkap lainnya itu membuat hatinya tenang
Tok Tok Tok
"Haechan"
"masuk saja pintunya tidak di kunci"
dan theo pun masuk ke kamar haechan yang bisa di bilang lumayan besar itu.
"Haechan" kata theo dan berdiri di balkon sebelah haechan
"iya tuan" tanya haechan me ayahnya sendiri
"kau bisa memanggilku sebagai ayah malam ini"
"untuk apa tuan?" tanyanya lagi penuh bingung
"tidak usah begitu"
"tapi aku belum terbiasa" balas haechan
"panggil saja aku dengan senyaman mu saja" balas theo tristan putra axton yang membungkan haechan
"besok hari pernikahan mu, kau ingat?"
"aku, tidak ingin menikah " bantah haechan kepada ayahnya sendiri,
"tapi kau harus!" theo mulai menaikan nada bicaranya
"Enggak, aku sudah memutuskannya aku akan selalu berpegang teguh dengan ucapanku, aku tidak ingin menikah dan menikah lagi di kemudian harinya"
"bagaimana bisa kau membantah perintah seorang raja" ucap theo yang nada bicaranya berubah menjadi tidak beraturan, itu adalah nada marahnya theo dan haechan tau itu
"aku hanya menginginkan menikah dengan seseorang yang aku cintai yang bisa membimbingku sepenuhnya, cinta yang sesungguhnya dan aku akan setia mencintainya untuk selamanya, aku tidak menginginkan cinta palsu seperti kau, yang hanya mementingkan nafsu dan harta"
"dan juga aku ingin bertanya" tanya haechan dengan ekspresi datarnya, theo menatapnya penuh dengan kesal mulutnya terbungkam
"bagaimana bisa kau menikahi ibuku? jika kau tidak menikahinya mungkin dia masih ada sekarang dan aku tidak akan terlahir dan hidup di kerajaan yang ketat ini, bahkan aku tidak bisa keluar dari kerajaan hingga umurku 10 tahun? peraturan gila macam apa itu, apa kau tidak tau bagaimana tersiksanya kehidupan anak seorang raja, dan aku tidak pernah memiliki teman seumur hidup ku, kau? kau bahkan tidak seperti ayahku sendiri setiap aku dekat dengan mu aku selalu muak, bagaimana bisa kau hidup tenang di dunia ini saat semua anak mu, enggak maksudnya hanya aku yang tersiksa di istana ini, kenapa kau tidak membuangku saja dari dahulu!"
ucap haechan tegas dan setetes air mata dayuh turun dari mata kirinya,tanpa ia sadari ia berbicara seemosional itu
"kau?! tidak pernah di ajarkan sopan santun dari ibu mu yaaa?! mulut mu itu harus di jaga jangan seenaknya membentak raja semudah ituu!" bentak theo ke haechan lalu menampar pipi putra nya itu .
haechan hanya tersenyum tipis, dan sekarang mulutnya berdarah akibat pukulan ayah kandungnya sendiri
"bagaimana bisa sikap sopan santun ku ada jika kepala keluarganya saja tidak becus seperti ini"
"Aku akan pergi dari sini terimakasih telah memberikan ku semuanya ayah" ucap haechan
dan itu adalah pertama kalinya haechan memanggil ayahnya dengan sebutan ayah.
tidak, semenjak umurnya memasuki 11 tahun ia terbiasa menggunakan kata tuan dibanding dengan ayahitu di karnakan semua pasukan kerajaan memanggil theo dengan sebutan tuan sebab itu juga haechan memanggilnya tuan .
ia tidak merasa pantas memanggil ayahnya sebagai seorang ayahia pergi keluar dari kamarnya dan meninggalkan theo sendiri di kamarnya dan membanting pintu kamarnya, ia tidak punya tujuan, ia hanya ingin menenangkan pikirannya dan menjauhkan diri dari pria tua gila yang hanya memikirkan hartanya itu
KAMU SEDANG MEMBACA
SYMPHONY ; Lee Haechan
Фанфик"bukan kah semua telah di atur oleh takdir bukan ?" Bagaimana cara Dewa besi hephaestus dan Dewi Athena bisa bersama? jika ini bukan sebuah kebetulan bukakah ini lebih terlihat seperti sebuah takdir? apakah kita bisa mengubah sebuah lagenda? Ak...