06. Rumah pohon

12 3 0
                                    


Suara hujan dan petir di tengah malam ini menjadi tidak karuan, ia pergi mengenakan kuda sebagai kendaraannya, ia kabur dari rumahnya sendiri dan sekarang pergi tanpa tujuan,hujan membasahi tubuhnya

ia memperlambat kecepatan kudanya dan menemukan sebuah rumah pohon, ia berniat bermalaman di rumah pohon itu, rumah pohon itu terlihat tidak berpenghuni dan nyaman.

aku meletakkan kudaku pada pohon yang tumbuh tinggi menjelang agar dia tidak kabur.
aku memasuki rumah itu dan berjalan pelan menelusuri setiap sudut rumah pohon tersebut, rumah itu bersarang dan basah, sepertinya merupakan ide yang sangat buruk jika aku bermalaman disini, hanya saja sekarang keadaan ku sedang sangat susah mau tidak mau aku harus tetap bermalaman disini.

aku melepaskan jas yang sedari tadi aku pakai dan meletakkannya di sebuah tempat gantungan khusus yang sudah tersedia di rumah pohon itu, hujan sudah mulai mereda dan hanya tersisa rintij rintik rinai hujan dan matahari mulai menunjukan cahaya arunikanya sedikit demi sedikit

aku melepaskan baju kaos ku dan memerasnya hingga air hujan yang tadi membasahi kaos itu terkuras habis, kulihat melihat keluar dari jendela rumah ini, terlihat sangat indah ditambah lagi dengan matahari terbit dari sebelah timur tersebut.
lalu ku turuni tangga pohon rumah yang sedari tadi menjadi tempat ku berteduh itu.

"Pangeran bagaimana hari ini? apa kau lapar?" tanyaku pada kuda ku sendiri yang ku namai pangeran, dia kuda yang sangat penurut sepertinya dia berspesies kuda andalusia

dia hanya bergumam, aku tidak mengerti apa yang di bilangnya tetapi aku yakin dia lapar, sama aku juga sekarang sangat lapar.

"kalau gitu aku akan mencari makanan dulu, tunggu yaaa" ucapku pada pangeran, dan dia kembali bergumam

aku melewati sebuah hutan dan menemukan kebun apel disana, aku berlari menuju pohon apel tersebut dan memetik sebuah apel yang terlihat sangat lezat, lalu aku memberikan satu gigitan pada apel itu rasanya sangat lezat sepertinya karna aku sangat lapar sekarang

aku memetik apel sebanyak yang aku bisa petik

"Hei anak muda apa yang kau buat disini?!"
tiba tiba ada suara ada yang memanggilku dari arah belakang ku, aku terkaget dan langsung segera menoleh ke arah suara yang berada di belakang ku

"maafkan aku paman,aku -"

dia tiba2 terlihat kaget, raut wajah pria tua itu berubah.

"e-eh?!" ucap pria tua

apa dia tau jika aku adalah anak dari yang mulia? pikirku

"maafkan aku tuaann" ucap pria tua itu lalu bersujud padaku.

apa apaan ini, bukan kah disini sudah terlihat jelas jika aku yang salah tetapi mengapa dia yang bersujud padaku bahkan aku bukan tuhan, bukan kah sudah aku bilang menjadi anak raja itu menyebalkan

"aaah- tidak usah sampai begitu, ini salahku maafkan aku yang telah mencuri buah hasil panenan mu" ucap ku tidak tega melihatmya

"yang mulia kau sunggu rendah hati, maafkan aku ambil saja sesuka hatimu, izinkan aku pergi" ucapnya lalu berlari dari ku, apakah aku terlihat semenakutkan itu? aku bahkan belum sempat mengucapkan terimakasih padanya

"i-iya ?" ucapku yang sedikit bingung lalu mengambil beberapa makanan untuk pangeran.

aku berjalan menuju tempat tinggal ku yang sedang ku tempati,

"pangeran ini makanan untukmu"
ucapku pada pangeran lalu memberikan sejumlah apel padanya.




"kau bisa bersembunyi tapi kau tidak akan pernah bisa lari tuan muda"

aku mendengar suara di sebelahku, dan ternyata itu adalah cedrick , penyihir kerajaan.

"Mister cedrick kamu ngapain di sini mister?"
tanyaku penuh dengan tanda tanya kepada mister cedrick

"aku di panggil raja untuk membawamu pulang jadi lebih baik sekarang kau pulang!"
ucapnya yang dipenuhi oleh tekanan

"t-tapi -"

"tidak ada tapi tapian" mister cedrick pergi membawaku keistana, ia mendorong dan memaksaku kesana. dan sekarang ia bahkan menghipnotisku agar aku terdiam, aku bahkan tidak ingat apa saja yang ia lakukan padaku sekarang, sepertinya aku sudah terpengaruh mantranya

sial aku langsung balik di kamarku dan bahkan sekarang aku menggunakan baju pengantin pria

"Hei lihat ini siapa yang datang, Tuaan mudaa" ucap bianca dengan menambahkan suara menggoda di akhir ucapannya.
menjijikan.

SYMPHONY ; Lee Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang