Satu kata buat Kai?
***Aku nggak netapin komen kali ini.
Silakan komen sebanyak yang kalian bisa :)***
Kita diujung perpisahan,
Namun selalu kurindukan
Kau luka yang kurindu 🌙Luka yang Kurindu - Mahen
***
"Kai," ucapku pelan."Ya?"
"Apa alasanmu nerima aku? Terpaksa, ya?" tanyaku dengan senyum getir. "Karena mukaku melas? Karena kau nggak enakan?"
"Ngomong apa, sih?"
"Kalo misal kau terpaksa nerima aku dulu, kau bisa mutusin aku." Kutelan salivaku. "Aku nggak semenyedihkan itu sampai harus dikasihani."
Jantungku berdebar tak karuan. Bahuku gemetar. Baru kali ini aku merasa setakut ini dengan kenyataan.
"Kau mau tau alasanku?" Kai bertanya dengan nada serius.
"Yoi."
"Ya, aku cuma kasihan denganmu." Kai natap aku lamat-lamat. "Ngaca, dong."
Aku nelen saliva.
Menohok. Hatiku serasa diakupuntur.
"Keluargaku kaya, nggak kayak kau. Aku ganteng, kau jauh dari kata glowing. Aku tim indomi, kau mi sedap. Kita beda." Kai berdecak. "Andai aku nggak nerima kau waktu itu, bisa aja aku pacaran dengan cewek cantik. Dinda Huaw, misalnya."
Aku diem. "Dinda Huaw nggak bisa masak mi."
"Seengggaknya, dia cantik dan kaya."
Cukup. Hatiku nggak bisa nahan kata-kata sepedes itu, lebih pedes dari bon cabe level tiga.
Aku yang nggak bisa masak, nggak cantik, dan nggak kaya, bisa apa?
Terakhir kali aku nangis adalah saat diimunisasi waktu SMP, aku manjat tembok kayak Spiderman saking takutnya.
Aku nggak mau nangis lagi. Cukup itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Unfaedah
HumorCover by @aliasvias "Satu, mengakuiku sebagai cowok yang paling ganteng." "Hah?" "Dua, mengakui bahwa cowok selalu benar." "Mana bisa gitu?!" "Ketiga, jangan menyentuhku berlebihan. Gimana?" "Syaratmu aneh, tapi baiklah!" Kisah aneh dua sejol...