3. Sepakat

10.6K 812 82
                                    

Hubunganku dengan Kai belum seminggu, tapi udah tersebar luas kayak berita Rio dengan Kekeyi. Bedanya, aku nggak pacaran settingan. Catat.

Semuanya gara-gara Kai yang ember mulutnya. Iya-iya aja pas ditanyain pacaran atau enggak denganku. Aku sih owh aja dengan status itu, toh Kai meski dodol nggak jelek-jelek amat, meski gara-gara itu aku jadi digosipin.

"Eh, kau." Seorang cewek gebrak mejaku, membuatku refleks latah. "Kau serius pacaran dengan Kai?"

Aku jengah. Ini sudah tiga puluh kali aku ditanyain dan aku bosen jawab terus.

"Iya."

"Serius? Kau yang nolep, nggak punya temen, jelek dan dodol ini?" Cewek ini mulutnya bener-bener minta ditampol sepatu.

Cewek berdomisili neraka ini namanya Mila Maheswari, cewek sultan yang kebetulan aja dikasih otak pinter sama Tuhan. Jadinya belagu bin sombong kuadrat.

  Mana bangkunya tepat di depanku, lagi! Jelek-jelekin pemandangan aja.

"Iya!" jawabku agak ngegas. "Lagian, aku nggak dodol-dodol amat, ya! Gini-gini, aku pernah ranking satu!"

"Ranking satu?" Mila nggak percaya.

"Iya!"

"Kapan?"

Bener aku pernah ranking satu, tapi waktu PAUD. Nggak mungkin kan, aku bilang gitu ke Mila? Bisa-bisa dia ngakak dan aku jadi keki.

"Pokoknya ada, deh!" jawabku jengah. "Sejak negara api belum menyerang!"

"Aku nggak percaya. Gimana kalo kita bikin kesepakatan?"

"Apa?"

"Kalau kau nggak ranking tiga besar semester ini, kau putus."

Aku melotot.

"Sinting. Kayaknya otak kau ketuker sama garem," cibirku sebel.

"Dia bilang mau."

Ucapan itu bikin aku kaget, lantas menoleh pada si suara laknat. "Kai?!"

Kai bahkan tak menoleh padaku. "Mil, katanya dia mau."

Mila tersenyum licik, mirip karakter pelakor dari sinetron Suara Hati Istri yang rutin kutonton. Cewek itu melenggang pergi, ninggalin aku dan Kai.

Ketimbang Mila, aku lebih nafsu buat nyumpel mulut Kai pake sepatu yang belum kucuci seminggu. "Kau itu apa-apaan? Kau emang pengen putus, ya?!"

Kai mengendikkan bahu. "Enggak, sih."

"Terus?"

"Aku nggak mau aja punya pacar oon."

Menohok.

Sebenernya aku pengen jewer telinganya dan bilang bahwa dia nggak kalah oon dariku, tapi kutahan emosi karena Kai pacarku. Ganteng lagi, mana boleh disia-siain.

"Kau ngapain ke sini?" tanyaku kzl.

"Oh ya, sampe lupa ngomong. Liat PR biologi, dong."

"Nih!" Kuserahkan buku tulisku padanya dengan muka asem.

"Yang ikhlas," titah Kai.

"Iya, ikhlas ini."

"Makasih." Kai senyum ke aku.

Aku meleleh kayak es batu dikasih matahari.

Kuberitahu. Sengeselin apapun Kai, kalo dia udah ngeluarin senjata andalannya yakni senyum dan nunjukin lesung pipi, aku langsung baper lagi.

Dan seterusnya sampe kiamat.

***

"Kai, aku boleh ngerayain sebulan anniversary?" tanyaku, kayak bocah lagi ijin main ke rumah temen.

"Alay. Mending duitnya buat top up FF."

Kadang-kadang, aku ngerasa game FF itu pelakor sejati. Bayangkan, Kai sering mengabaikanku demi mainin game burik satu itu.

"Tapi, Kai..."

"Mending kau belajar, biar nggak putus."

"Kau sih, pake acara ngeiyain omongannya Mila."

Kai menoleh sinis, enggan disalahin. "Jangan-jangan, kau nggak pernah ranking satu?"

"Pernah! Tapi waktu PAUD!" ujarku keki.

Kai ngakak. "Salah kau sendiri."

"Iya, iya, cowok selalu benar." Aku mencebikkan bibir sambil melipat kedua tangan.

"Memang, Dinosaurus."

Kai itu nggak bisa jauh-jauh dari yang namanya narsis, ngambek dan ngomong terserah. Catat.

"Btw, kenapa sih Dinosaurus? Namaku itu Najwa. Panggilan kesayangan boleh, tapi yang normal dikit, kek." Aku cemberut.

Kai menaikkan kedua alis. "Contohnya?"

"Bebeb, sayang, darling, baby, princess, dear, cinta, sweetheart--" Aku mengabsen nama-nama kesayangan yang sering kubaca di wattpad.

Kai menguap. "Alay banget."

"Dinosaurus lebih alay!"

"Suka-suka, mulut-mulutku."

Mukaku ngeflat. Kalau udah debat gini, bisa ditebak siapa pemenangnya. Iya, Kai. Cowok aneh yang punya prinsip bahwa cewek selalu salah.

"Kai."

"Hm?" Kai bahkan tak beralih dari ponselnya.

Aku diem bentar. "Tapi... Ngerayain anniversary setahun sekali, boleh kan?"

"Terserah."

Aku senyum rada ga ikhlas.

Pengen nampol, sumpah.

Untung pacar. Untung ganteng.

Aku ngelus dada, berharap ga serangan jantung mendadak. Kami benar-benar nggak pernah ngapel di malam minggu, uwu-uwu apalagi gandengan tangan kayak drama-drama Korea.

Aku curiga Kai bukan manusia tulen, tapi alien yang sengaja diciptakan buat bikin aku kesel.

Ya, siapa tau aja, kan?

Aku ini kan S3 teori konspirasi.

***

Bersambung ajalah gajelas.

Wkwkw~

Iyain aja yekan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iyain aja yekan. Iyain aja meski dia hobi ngomong terserah 👌

Nastarzf<3

Pacar UnfaedahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang