Hi, guisssssssssss akhirnya kita bisa bertemu lagi di sequel ALTAZORA.
Mana nih suaranya para pembaca ALTAZORA? //maksa scream, wkwk
Okaii, kuylah merapat kita kembali ikuti kisah cinta dari Altair Gibran Mahendra dan Zora Syafira Lathisa.
Semoga enjoy dan suka sama ceritanya.
Well, sebelum itu kami anjurkan untuk membaca ALTAZORA series pertama dulu. Because what? Karena di dalam work ini akan ada yang menyinggung something di work sebelumnya.
•
•HAPPY READING!
Sirius LoeveSuasana siang ini sangat panas ditambah lagi dengan ramainya keadaan sehingga membuat udara menjadi semakin panas. Banyak orang berlalu lalang di lapangan dan berdesak-desakan di acara tersebut.
Berbeda dengan orang lain, seorang gadis cantik sedang duduk sendiri di bangku yang berada di pinggir lapangan. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam untuk menjernihkan pikiran. Salah tempat memang, ingin menjernihkan pikiran di tempat ramai. Tapi itulah cara untuk menjernihkan pikiran bagi Zora Syafira Latisha.
Zora berusaha menjernihkan pikirannya yang saat ini sedang kacau. Jika gadis itu berada di tempat sepi sudah pasti akan terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. Zora tak mau sifatnya yang dulu keluar lagi. Ia ingin hidup seperti biasa.
Mencoba menghilangkan ingatannya kala itu. Menyesal pernah melakukannya. Tapi apalah daya, semuanya sudah berlalu.
"Gue nyesel, tapi gue nggak bisa berbuat apa-apa. Sekarang semuanya udah beda, nggak ada yang berpihak sama gue. Bahkan, dunia pun nggak mengharapkan gue ada," lirih Zora. Semua orang tidak ada yang memperhatikannya, semuanya sibuk dengan dunia mereka sendiri.
Zora merasa haus, gadis itu berniat untuk membeli sebuah minuman di salah satu stand. Namun, saat Zora berdiri—
Bruk
"Awshhh," rintih seorang cewek yang tak sengaja Zora tabrak saat ia hendak berdiri tadi.
"Sorry-sorry gue nggak sengaja, gue nggak lihat ada lo lewat." Zora berjongkok di hadapan cewek itu.
"Lo sengaja kan?" Cewek itu mendongak menatap Zora dengan tatapan tajam.
"Maaf Kak Cilla, gue nggak sengaja sumpah." Zora mengulurkan tangannya bermaksud ingin membantu Cilla.
"Zora!" teriak seorang cowok di sana membuat Zora menarik kembali tangannya.
"Kak Alta," gumam Zora. Cewek itu menatap Alta berharap laki-laki itu tak salah paham.
"Lo apain Cilla, hah?" Alta berjongkok hendak membantu Cilla berdiri. Alta memeluk pinggang ramping Cilla agar tak terjatuh.
"Gue tanya sekali lagi lo apain Cilla?!" bentak Alta membuat semua orang memusatkan perhatiannya pada mereka.
"Gue gak seng—"
"Dia dorong aku, Al. Kenceng banget lagi, apa salah aku sama dia coba. Tiba-tiba pas aku lewat di depan dia, aku di dorong gitu aja," adu Cilla memotong ucapan Zora.
Zora mengernyit mendengar pernyataan dari Cilla yang berkebalikan dengan fakta. Apa Cilla berniat mengadu domba Alta dengannya? Ah, entahlah Zora tidak tahu apa mau cewek itu.
"Bener itu Zora?" Alta menatap tajam Zora tepat di matanya.
"Itu bohong, mana mungkin gue tiba-tiba dorong orang yang lewat depan gue gitu aja. Lagian ada masalah apa juga gue sama dia." Zora menunjuk Cilla.
"Bisa jadi lo cemburu, 'kan." Cilla malah bergelayut di lengan Alta.
"Gue nggak bohong, Kak. Sumpah." kali ini Zora sudah putus asa, tidak tau lagi harus berbicara seperti apa agar Alta percaya padanya.
Alta tak melihat kebohongan pada mata Zora. Namun, kini hatinya sudah tertutup oleh kebencian terhadap Zora. Alta menganggap semuanya hanya sandiwara Zora.
"Lo kalau nggak suka sama gue, nggak usah bawa-bawa temen gue. Kalo ada masalahnya sama gue ngomong, jangan malah ngelampiasin ke temen gue."
Owh cuma temen— batin Zora
Gue, 'kan bilang sama temen-temen gue kalo lo pacar gue. Mampus!— batin Cilla.
Zora tersenyum kala mengetahui fakta Alta dan Cilla hanya berteman. Hatinya serasa berbunga-bunga. Beban masalahnya perlahan terangkat sedikit.
"Kenapa malah senyum-senyum? Yang harus lo inget ya, jangan pernah gangguin temen-temen gue. Kalo ada masalah sama gue, ngomong langsung." Setelah itu Alta pergi sambil menggandeng tangan Cilla. Sejujurnya Alta tak kuat dengan senyum Zora, ia masih tak bisa melupakan gadis itu.
Sementara Zora terdiam di tempatnya. Seharusnya tangan Zora yang berada di genggaman Alta, bukan cewek lain. Seketika hatinya terasa kosong, sudah tak ada lagi harapan untuk kembali memiliki Alta.
Tidak terasa air mata lolos begitu saja melewati pipinya.
"Zora!" Delvin langsung berlari menghampiri Zora yang sedang menangis. Cowok itu langsung memeluk tubuh Zora.
"Lo digangguin siapa, Zo? Bilang sama gue. Gue nggak tega liat lo gini. Hati gue sakit liat lo nangis" Delvin mengusap punggung Zora. Hatinya serasa tercabik-cabik melihat orang yang ia sayang menangis.
Zora diam tanpa menjawab pertanyaan Delvin, ia takut terjadi hal yang tak diinginkan.
Sementara itu seorang laki-laki menatap tajam kedua insan yang sedang berpelukan tersebut. Emosinya sudah di ubun-ubun.
A L T A Z O R A 2
-To be continue-
Part ini ditulis oleh MutiaraA Story By Team : Sirius Loeve
Our Member :callmeRIES
arichan08_
incess_alay
lenifitrianii
putriaisyah028
frostxangel©SiriusLoeveProject
Terimakasih
Vote, comment, and share guys
See you in next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAZORA 2
Teen FictionMereka Alta dan Zora, mantan kekasih yang sedang mempertanyakan hati masing-masing. Masihkah perasaan yang disebut cinta mendapatkan tempat? Atau telah lebur di setiap detiknya? Ketika orang baru satu-persatu muncul menemani hari-hari mereka. Menul...