"Bila cinta yang kurasakan ini sebuah kesalahan, lalu mengapa saat aku berusaha memperbaiki kesalahan itu justru tak kunjung menemukan perbaikan?"
•
•
•SELAMAT MEMBACA
•
•
•Zora berlari dengan tergesa keluar dari dalam Cafe. Ia sakit hati atas ungkapan Trisha beberapa menit lalu. Ia paham, ia sangat paham bila apapun yang diucapkan Trisha bisa benar adanya. Namun, hatinya masih terlalu rapuh untuk menerima kenyataan.
Setelah berada di depan Cafe, Zora memutuskan untuk berjalan kaki mengelilingi jalanan ibukota. Hari yang telah malam tak membuat Zora takut, justru ia pikir malam adalah waktu terbaik berteman dengan sepi.
Lagipula jalanan yang ia lewati tak kunjung lenggang, justru semakin malam tetap saja ada keramaian sejauh mata memandang.
'Srett ....'
Zora menghentikan langkahnya. Pandangannya terfokus pada obyek di depan matanya. Satu sosok lelaki yang baru-baru ini ia kenal. Kakak tingkat sekaligus teman barunya, Delvin.
Ingatannya seketika melayang di waktu ketika terakhir kali mereka bertemu. Bagaimana ia meninggalkan begitu saja cowok itu tanpa penjelasan. Zora menepuk pelan dahinya. Kemudian dengan langkah cepat Zora menghampiri Delvin yang saat ini sedang menunggu pesanan di penjual hamburger tepi jalan.
"Hi, Kak El," sapa Zora. Delvin terlonjak kaget akibat seruan Zora yang tiba-tiba.
"Zora? Kok lo bisa di sini?" tanya Delvin. Sebelum Zora menjawab, cewek itu menarik kursi di sebelah Delvin lalu duduk di atasnya.
"Em ... tadi ada janjian sama temen. Kakak sendirian aja?" tanya Zora menyambung percakapan.
Delvin mengangguk, "Lagi pengen makanan siap saji, jadi gue keluar buat beli."
"Ini, Kak pesanannya," ujar mbak-mbak penjual.
Delvin menerima sebungkus plastik berisi 2 hamburger pesanannya, lalu memberikan selembar uang 50.000 untuk membayar.
"Habis ini lo mau ke mana, Zo?" tanya Delvin seraya menoleh pada cewek di sebelahnya.
Zora terlihat berfikir sebelum menjawab pertanyaan dari Delvin, karena sebenarnya ia pun bingung mau menjawab apa. Bisa dibilang ia sedang pergi tanpa tujuan, pulang pun ia malas.
"Nggak tau."
Sebelah alis Delvin terangkat pertanda tidak paham dengan maksud Zora. Kemudian dengan inisiatifnya sendiri, ia menarik Zora menuju motor vespa modern miliknya yang terparkir tak jauh dari tempat ia membeli hamburger.
"Gue ajak lo ke suatu tempat," ujar Delvin sambil menyerahkan helm bogo merah agar dipakai Zora.
Tanpa bertanya Zora mengikuti Delvin. Tidak ada yang perlu Zora khawatirkan terkait Delvin, sebab cowok itu memang orang baik.
Di perjalanan malam itu Zora melupakan sejenak kesusahannya akibat seorang cowok bernama Alta. Membebaskan pikirannya dari beban-beban memberatkan, dan berakhir bebas. Biarlah perjuangannya ia lakukan nanti, sekarang biarkan Zora menikmati waktunya.
Sekitar 15 menit perjalanan mereka sampai keduanya berhenti di depan gedung tinggi nan megah di pusat ibukota. Sambil melepas helmnya, Zora bertanya pada Delvin.
"Ngapain kita ke sini, Kak?"
Namun, Delvin tidak membalas, justru ia segera menarik Zora mendekati gedung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAZORA 2
Teen FictionMereka Alta dan Zora, mantan kekasih yang sedang mempertanyakan hati masing-masing. Masihkah perasaan yang disebut cinta mendapatkan tempat? Atau telah lebur di setiap detiknya? Ketika orang baru satu-persatu muncul menemani hari-hari mereka. Menul...