Khawatir adalah bentuk perhatian kecil yang bisa membuat seseorang merasa masih diinginkan untuk hidup
🍦🍦🍦
"Aku kemarin beres-beres kamar mamah, terus nemu ini!" Luna menyodorkan sebuah kotak obat yang ia temukan di bawah kasur Tasya.
"Oh ini, mau?" Tanya Tasya sambil tersenyum kecil melihat raut wajah putrinya.
"Emang itu obat apa mah?" Tanya Luna curiga.
"Obat sakit perut!" Kekeh Tasya.
"Aku kan gak suka obat mah!" Luna mengerucutkan bibirnya. "Mamah sakit perut? Kok bisa?"
"Kemarin makan rujak pedesnya banyak."
"Ish mah gak boleh, gak baik!"
"Iya!" Tasya mengacak lembut rambut Luna sambil mencium kepala putrinya sayang.
"Ada kue yang harus di anter mah?"
"Em... ada! Tapi biar mamah aja yang anterin."
"Biar luna aja mah, sekalian ngusir bosen." Cengir Luna.
"Yaudah, bentar mamah ambil dulu kue nya."
Tasya pergi ke dapur untuk mengambil kue. Tasya memang bekerja sebagai tukang kue yang cukup dikenal karena rasa kuenya yang enak.
"Inih! Kamu anter ke rumah bu nani yang ada di persimpangan jalan anggrek ya!" Tasya memberikan kotak yang berisi kue itu ketangan Luna.
"Sip! Yaudah mah, aku anter dulu ya!"
"Hati-hati dijalan!" Pesan Tasya.
"Siap bos."
Luna berjalan dengan handset di telinganya. Sebenarnya ia sangat kasihan melihat ibunya yang setiap hari bekerja jualan kue. Luna ingin sekali membantu ibunya meringankan beban, tapi justru ia malah menambah beban ibunya.
Luna pernah berniat belajar dengan tekun untuk menjadi pintar, setidaknya ia bisa membuat Tasya bangga. Tapi otaknya memang tidak bisa di ajak damai, Luna bahkan sampai di bawa ke RS karena terlalu lelah berpikir.
"Hm, setidaknya gue harus belajar supaya lulus!" Gumam Luna.
Luna terus berjalan menyusuri trotoar. Tidak ada yang menarik di sore ini, jalan pun terlihat biasa saja tidak terlalu ramai maupun sepi.
"Capek juga ya!" Keluh Luna.
"Lebay!" Luna menoleh kearah suara yang membuatnya sedikit terkaget.
"Bagas?" Luna melepas sebelah handsetnya.
"Ngapain lo? Mau anter kue ke bunda nani?" Tanya Bagas.
"Lah kok lo tau?" Tanya Luna bingung.
"Yaiyalah tau, orang itu bunda gue!" Jeda Bagas. "Tadi gue niatnya mau kerumah lo buat ambil kue, eh gue malah liat lo di sini. Ya gue tebak aja lo mau anter kue pesanan bunda." Jelas Bagas.
"Oh! Nih." Luna memyodorkan kotak kue kearah Bagas yang kemudian langsung di terima oleh Bagas.
"Gue pulang dulu ya, bye!" Pamit Luna.
"Kuenya gratis?" Tanya Bagas.
"Hah?"
Tok
"Ish sakit bagas!" Tegur Luna.
"Kayanya lo kalau jualan pasti ruginya banyak!" Kekeh Bagas sambil menyodorkan uang lima lembar warna merah.
"Jiahahah gue lupa! Eh, tapi duitnya kebanyakan!"
"Gak papah itung-itung amal jariah."
"Lo kira gue jompo! Udah ah gue pulang dulu udah mau magrib!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Kampret
Teen FictionPertengkaran? Sudah biasa! Kata kasar? Sudah menjadi makanan sehari-hari! Romantis? Hanya sekedar mimpi! Kisah cinta Candra Pramudita dan Meyzaluna Syibila tidak seromantis di novel-novel. Tidak ada kata-kata manis selain perkataan kasar yang sering...