Rasa takut akan kehilangan dan sakit batin untuk merelakan, terkadang fisik pun ikut merespon. Namun keadaan memaksa untuk 'memakluminya'
🍦🍦🍦
"Luna ih, ayo pulang!" Luna mengucek matanya, dimana ini? Luna menatap sekeliling, ah ternyata ia masih berada didalam kelas.
"Jam berapa?"
"Udah jam empat! Gue nungguin lo tidur hampir setengah jam tau!" Kesal Anggi.
"Oh." Luna bangkit sambil membereskan peralatan tulisnya ke dalam tas. "Ayo!" Luna sangat menyebalkan, tidak bisakah mengatakan maaf karena Luna kan Anggi harus pulang sedikit telat. Teman yang satu ini memang no have akhlak!
Mereka berdua berjalan beriringan menuju gerbang sekolah, sekolah nampak sangat sepi, hanya satu dua orang yang masih berlalu lalang.
"Kenapa gak bangunin?" Tanya Luna menoleh sekilas ke arah Anggi.
"Gak tega." Tangan Luna ter-ulur mengacak rambut Anggi gemas. "Temen siapa sih." Anggi menepis tangan Luna dengan cepat.
"Lo pulang naik angkot kan?" Luna menaikan sebelah alisnya, tidak biasanya Anggi bertanya seperti itu.
"Jalan kaki ke halte." Jawab Luna santai.
"Ikut!" Rengek Anggi. Luna semakin bingung dengan sikap Anggi yang berubah seperti anak kecil, tapi memang dasarnya kalau Anggi itu manja.
"Kenapa lo? Kesambet?" Anggi buru-buru menggeleng. "Pacar lo emang kemana?" Tanya Anggi mengalihkan topik pembicaraan.
"Lagi ada urusan katanya, jadi gak bisa nganter pulang." Anggi mengangguk mengerti. Di sepanjanag langkah mereka, Anggi tidak berhenti bercoletah, sedangkan Luna hanya diam menyimak sambil memperhatikan jalanan. Tidak begitu lama, akhirnya mereka sampai juga di halte, tapi anehnya halte yang biasa ramai mendadak sepi sekali saat ini.
"Eh liat itu ada yang tauran!" Tunjuk Anggi, terlihat banyak remaja berseragam SMA saling memukul di seberang jalan. "Bukannya anak sekolah kita ya." Luna menoleh cepat, mengikuti arah telunjuk Anggi, dan benar saja di sana sedang terjadi tawuran.
"Candra?" Kaget Luna melihat Candra berada di antara anak-anak itu.
"Itu geng Elang!" Keduanya mematung melihat perkelahian yang amat sangat mengerikan. Mereka saling memukul tampa ampun, bahkan wajah mereka sudah babak belur. Luna tidak bisa tinggal diam, ia harus menghentikan perkelahian itu. Tapi bagaimana caranya?
Tampa berpikir panjang, Luna berlari kearah mereka. Namun tangannya di tahan oleh Anggi.
"Cari mati lo?" Luna menghentak kasar tangan Anggi dan meneruskan langkahnya tampa menghiraukan teriakkan Anggi.
"Stop!" Teriak Luna lantang. Seketika keadaan berubah hening dan mereka berhenti saling memukul. Hingga semua pandangan tertuju kearah Luna dan Anggi. Begitupula dengan keterkejutan geng Elang.
"Shit!" Umpat Candra. "Woy pergi dari sini! bahaya!" Teriak Zuan. Baru saja Candra dan Reza akan berlari ke arah dua wanita itu, tapi sayangnya terlambat karena salah satu musuh dari geng Elang sudah merangkul leher Anggi sambil menodongkan pisau ke leher Anggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Kampret
Teen FictionPertengkaran? Sudah biasa! Kata kasar? Sudah menjadi makanan sehari-hari! Romantis? Hanya sekedar mimpi! Kisah cinta Candra Pramudita dan Meyzaluna Syibila tidak seromantis di novel-novel. Tidak ada kata-kata manis selain perkataan kasar yang sering...