Kebersamaan

313 26 1
                                    

Bukannya enggan untuk menyapa duluan, hanya saja takut mengganggu

_Meyluna Syibila_



Happy Reading ❤
Sehat selalu all❤

🍦🍦🍦

Sudah hampir satu minggu ini, Luna jarang bertegur sapa dengan Candra. Candra begitu sibuk, ia jarang mengirim pesan kepada Luna, bahkan Candra sering kali tidak membalas pesan Luna.

"Kenapa sih na?" Luna menggeleng. Luna dan Anggi saat ini sedang di perpustakaan. Karena jamkos, mereka memutuskan untuk membaca buku di perpustakaan.

"Lo keliatan murung banget akhir-akhir ini, lo sakit?" Tanya Anggi lagi.

"Gue gak papah kok nggi!" Luna tersenyum, tapi hanya senyum paksa.

"Gue tau lo lagi ada masalah, kalau lo belum siap buat cerita ke gue, gue akan tunggu nyampe lo siap. Inget na jangan merasa sendiri, disini ada gue!" Anggi memeluk tubuh Luna. "Kita kan teman!"

"Thanks nggi." Senyum Luna melebar, ia senang mempunyai teman seperti Anggi. Walaupun sering bikin kesel, tapi bagi Luna itu biasa dalam pertemanan.

Mereka kembali membaca buku yang dipinjam. Tapi pandangan yang awalnya fokus ke buku, beralih ke pintu masuk perpustakaan. Luna melebarkan senyumnya ketika melihat Reza, Bagas, Haidar, Zuan dan Zean. Candra? Senyum Luna seketika hilang ketika melihat dua insan berbeda kelamin sedang berbicara akrab. Candra dan Aleta.

"Eh neng Luna," sapa Zean, kemudian duduk di samping Luna. "Kita gabung disini boleh." Luna mengangguk. Reza, Bagas, Haidar, Zuan, Candra dan Aleta ikut duduk di meja yang di tempati Luna dan Anggi.

Pandangan Luna bertemu dengan Candra yang menatapnya datar. Senyum Luna kembali terbit, kali ini sangat lebar ketika Candra tersenyum kecil kearahnya. Entahlah ia sangat merindukan kekasihnya.

"Na, gue kemarin liat ibu lo di RS, ngapain?" Luna mengernyit bingung dengan ucapan Bagas.

"Kemarin? Kok gue gak tau! Lo gak bohong kan?" Bagas menggeleng cepat seolah ia memang berbicara fakta.

"Ngapain bohong?" Luna terdiam untuk beberapa saat. Banyak pertanyaan dibenak Luna saat ini, untuk apa ibunya ke RS? apa ibu sakit lagi? Atau apa?

"Tumben lo baca buku pelajaran?" Tanya Zuan tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan.

"Lo katarak, dia bukan baca buku pelajaran tapi buku novel!" Balas Zean dengan mata yang terlihat curi-curi pandang kearah Anggi.

"Ngapa lo lirik-lirik gue!" Sinis Anggi tidak suka. Zean hanya terkekeh dengan mata yang ia kedipkan sebelah ke arah Anggi.

"Baru nyadar kalau lo cantik!" Bukannya tersipu mendengar pujian Zean, Anggi malah memukul keras kepala Zean dengan buku yang ada di tangannya.

"Ya iyalah cantik, masa iya gue ganteng!" Debat antara Anggi dan Zean masih saja berlanjut. Tampa mereka sadari sepasang mata melihatnya tidak suka. Entah itu karena ia merasa risih dengan suasana berisik, atau mungkin cemburu?

"Kenapa bos, lo kepanasan?" Tanya Haidar. Reza terlihat mebuka dua kancing bajunya, dengan tangan yang di gibaskan keudara. Semua mata tertuju kearah Reza yang hanya menatap datar ke layar handpone.

"Hm."

"Padahal disini ber-AC." Gumam Candra.

"Mungkin kebanyakan dosa! Masih didunia aja udah kerasa api nerakanya, apalagi nanti kalau di akhirat." Cicit Anggi, tapi masih bisa terdengar oleh teman-teman semejanya. Semua yang ada disana menahan diri untuk tidak tertawa mendengar ucapkan Anggi. Gadis ini memang cari mati, tidak sadar kah yang sedang ia bicarakan adalah Reza si monster sekolah.

Pasangan Kampret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang