Kebersamaan bukan hanya dengan keluarga saja, bahkan dengan orang asing sekali pun. Kadang orang asing lebih mengerti dari mereka yang mengaku keluarga tapi hanya memikirkan keuntungan!
🍦🍦🍦
Riuh dilapangan membuat gempar sekolah. Pasal nya geng Elang yang di ketuai oleh Reza si pereman sekolah sedang ngamuk. Tidak biasanya Reza semarah itu, bahkan pria itu sangat jarang menampakkan wajahnya.
"Luna, ayo ih penasaran tau!" Anggi terus saja mendesak Luna untuk ikut serta menonton pertunjukan marahnya pereman sekolah.
"Males!" Luna kembali memejamkan matanya.
"Ish luna, gak setia lo!" Kesal Anggi.
"Hm." Luna bangkit, kemudian berjalan melewati Anggi. "Ayo, katanya mau nonton!"
"Thanks." Cengir Anggi.
Luna dan Anggi berjalan keluar kelas, mereka hanya menonton dari atas. Dari sini terlihat geng Elang sedang menggeledah satu persatu tas yang di tata di tengah lapang. Terlihat juga Candra sedang ikut menggeledah.
Candra memang satu geng dengan Reza, hanya saja Candra tidak terlalu banyak ikut-ikutan kalau masalah yang dialami gengnya tidak terlalu penting. Tapi kalau masalahnya memang menyangkut harga diri gengnya, maka Candra dan Reza lah yang akan turun tangan langsung.
"Cepet ngomong siapa yang ngambil!" Suara berat Reza membuat bulu kunduk jadi merinding.
"Kalau gak ngaku, gue mampusin lo semua!" Tidak ada yang berani mengeluarkan suara, semuanya terdiam.
"Oke, pilihan yang bagus!" Reza tersenyum sinis.
Semua geng Elang berjalan meninggalkan lapangan. Mereka yang berkerumun pun seketika langsung bubar. Tidak ada yang berani menatap mereka, bahkan sekedar melirik pun mereka tidak berani.
Jika di tanya siapakah yang paling tampan di geng Elang, maka jawabannya adalah Reza si ketua geng. Tapi ia terlalu tinggi untuk di gapai. Bukan hanya karena sikap nya yang keras dan dingin, tapi Reza juga dikenal dengan sebutan si pria tidak punya hati.
Candra? Ia pun tidak kalah tampan dari Reza, Candra juga mempunyai otak cerdas dan tentu terlahir di keluarga berada. Bahkan orang-orang sering memanggilnya si paket lengkap. Sikap Candra memang sebelas dua belas dengan Reza, tapi ia tidak sedingin Reza. Candra menjabat sebagai wakil ketua di geng Elang.
Haidar dan Bagas? Jangan ditanya, dua pria ini orang yang paling dekat dengan Candra. Mereka juga masih satu kelas dengan si wakil ketua. Haidar mempunyai kulit sowo mateng, tapi wajahnya sangat manis untuk di pandang. Sikapnya sedang, tidak terlalu cuek maupun humor. Sedangkan Bagas, pria ini mempunyai daya tarik tersendiri. Bukan hanya wajahnya yang baby face, tapi kelakuannya yang bobrok membuat banyak orang nyaman dengannya.
Zuan dan Zean si kembar yang wajahnya sangat susah untuk di bedakan. Untung saja Zean mempunyai gigi ginsung, jadi tidak terlalu susah untuk membedakan. Si kembar ini mempunyai kepribadian yang berbeda, sikap Zuan Kalem dan tidak terlalu banyak bertingkah. Sedangkan Zean, entahlah sikap nya tidak bisa di tebak.
🍦🍦🍦
Markas sudah penuh dengan anggota Elang. Bau asap rokok sangat menyeruak memenuhi markas. Hampir semua angggota Elang merokok, terkecuali Candra dan Bagas.
"Gimana?" Tanya Reza masih menghisap rokoknya.
"Udah gue cari tau, kayanya masih orang dalem!" Ucap Zuan.
"Gue curiga sama retno. Dia kan benci banget sama geng kita!" Tambah Haidar.
"Kayanya orang suruhan. Bisa jadi mata-mata dari geng Boster kalau enggak geng Cadas, mereka masih punya dendam karena kalah balap motor yang waktu itu." Jelas Zean.
"Menurut lo ndra?" Tanya Reza.
"Ya, Kayaknya orang suruhan dari luar!" Jawab Candra.
"Bentar," jeda Zean. "Kalian merasa ada yang aneh?"
Semua terdiam, ya memang sedikit ada yang aneh. Tapi apa?
"Bentar gue absen!" Zean mengambil secarik kertas dan balpoin.
"Zuan." Panggil Zean.
"Hadir!"
"Reza." Panggil Zean.
"Hadir!"
"Candra." Panggil Zean.
"Hadir!"
"Haidar." Panggil Zean.
"Hadir!"
"Gue hadir! Dan terakhir bagas!" Hening, tidak ada sautan sama sekali. Akhirnya semua mata tertuju kearah sofa paling ujung dekat kamar mandi.
Lihatlah dengan santuinya Bagas tertidur dengan kaki di simpan diatas meja. Semua orang dengan seriusnya membahas masalah pencurian, dan dengan damainya Bagas tertidur.
"Si bangsat satu ini!" Geram Reza.
"Tau nih bos, kenapa gak kita kubur saja?" Ucap Zean. Acara memanas-manasi akan segera di mulai.
"Masi nafas bego!" Timpal Haidar.
"Berdoa saja semoga tidur untuk selamanya!" Tambah Zean.
"Masih temen lo!" Zuan ikut bergabung dengan percakapan unfaedah ini.
"Emang gak guna!" Kesal Reza.
"Bener tuh, gorok aja bos biar mampus!" Sambung Zean.
"Kayanya lo punya dendam banget sama bagas?" Tanya Haidar.
"Mana gue gak dendam coba, gue dijailin sama tuh kecebong. Masa ia gue boker, gayungnya malah gak ada! Ngajak gelud kayanya nih human!"
"Pantesan aja, banyak rumor kalau lo lagi main sabun di toilet!" Zuan membaringkan tubuhnya.
"Anjir! Padahal gue lama di dalem, nunggu orang yang masuk toilet. Eh, yang di tunggu malah gak ada. Masa ia gue kaluar gak pake celana!"
"Tinggal keluar, ribet amat hidup lo!" Timpal Candra.
"Hm! Ngapain harus malu? Pantat lo budugan?" Gelak tawa memenuhi markas. Ucapan Zuan berhasil memecahkan suasana.
"Bangsat lo wan! Bilangin bunda lho!" Kesal Zean.
"Wih, ternyata masih ngumpet di ketek ema nya!"
"Diem lo dar!"
"Udah gak usah ribut!" Lerai Candra.
"Udah sore, besok bahas lagi!" Reza menyambar jaket kulitnya. "Bangunin tuh tumila!" Setelah mengucapkan itu Reza langsung pergi meninggalkan markas.
"Bos, nanti malem harus aktif ya! Kita malmingan!" Teriak Haidar.
"Najis!"
Semua tertawa, lihatlah bahkan Haidar pun ternyata berani untuk bercanda dengan Reza. Reza memang tidak pernah marah dengan lelucon semua teman se-gengnya kalau memang itu masih di anggap wajar.
Bagi mereka, Elang adalah tempat kedua yang menjadi tujuan untuk pulang setelah rumah. Mungkin siapa saja yang melihat geng Elang akan mengira bahwa kebersamaan mereka sangat kurang karena jarang terlihat bersama. Padahal bagi Reza, Candra, Haidar, Bagas, Zuan dan Zean kebersamaan adalah segalanya.
🍦🍦🍦
Next part 👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Kampret
Teen FictionPertengkaran? Sudah biasa! Kata kasar? Sudah menjadi makanan sehari-hari! Romantis? Hanya sekedar mimpi! Kisah cinta Candra Pramudita dan Meyzaluna Syibila tidak seromantis di novel-novel. Tidak ada kata-kata manis selain perkataan kasar yang sering...