Perhatian sih, tapi gak usah bikin kesel juga kali!
_Meyluna Syibila_
Happy Reading❤
Sehat selalu all❤🍦🍦🍦
Luna berjalan melewati lorong sekolah yang masih sepi. Langkah kakinya terdengar jelas menggema di sepanjang lorong,
Hari ini Luna berangkat sekolah sangat pagi, itu pun tampa Candra. Ia sudah mengirim pesan kepada Candra, kalau Candra tak perlu kerumah untuk berangkat sekolah bersama.
Bukan apa, hanya saja pagi tadi Luna bangun ke pagian. Karena ia pun tidak bisa tidur lagi, akhirnya Luna memutuskan membersihkan rumah tampa sepengetahuan Tasya. Entahlah, jiwa rajinnya muncul ketika rumah sedang sepi.
Mulai dari membereskan kamarnya, nyapu, ngepel, nyuci piring, sampai nyuci baju Luna kerjakan. Masak? Maaf Luna terlalu amatir melakukan pekerjaan yang satu itu. Boro-boro masak, masak air juga suka gosong.
Langkah Luna berhenti ketika melihat siswi berpengawakan mungil sedang berlari kecil mengejar siswa dari ujung lorong. Tidak lupa juga umpatan kasar keluar dari mulut siswi itu.
"Ish, Reza balikin hp gue!" Bentak gadis itu. Suara yang tampak familiar batin Luna.
"Nyebelin banget sih jadi orang!" Teriak gadis itu sambil membuka sebelah sepatunya. "Balikin gak lo, atau gue lempar lo pake sepatu gue!"
"Anggi!" Panggil Luna, gadis itu menoleh. Dan benar saja, siswi yang sedang uring-uringan itu adalah Anggi sahabatnya sendiri. Sebentar, bukankah siswa yang Anggi kejar adalah Reza? Ketua geng Elang!
"Eh, na!" Anggi perlahan berjalan kearah Luna. "Bantuin ish na!" Setelah mengatakan itu, Anggi kembali berbalik dan mengejar Reza.
"Reza? Anggi? Tau ah pusing gue!" Batin Luna. Luna melanjutkan kembali langkahnya menuju kelas.
🍦🍦🍦
"Ish ngeselin banget sih jadi cowok!" Luna memijit pelipisnya, kepalanya serasa ingin pecah mendengar ocehan Anggi yang tidak mau berhenti.
"Kenapa sih nggi!"
"Handphone gue na!" Teriak Anggi. Luna langsung menutup telinganya, suara toa Anggi membuat gendang telinga Luna berdenyut.
"Hp lo kenapa?"
"Diambil Reza! Gila emang tuh cowok, katanya tajir tapi kok ngambil barang orang!" Gerutu Anggi.
"Lah kok bisa?" Tanya Luna. "Reza ketua geng elang itu bukan?" Anggi mengangguk membenarkan ucapan Luna. Sedikit aneh bagi Luna, Bukankah Reza sangat anti terhadap wanita. Tapi Anggi?
"Tadi gue berangkat sekolah pagi banget, soalnya buku diary gue ketinggalan di kolong meja. Kan gak lucu kalau buku pivasi gue dibaca orang!" Jeda Anggi. "Karena jenuh gue mutusin ke lapangan buat cari udara, kali aja kan ada cogan yang buat mood gue lebih bagus. Dan bener saja, di sana ada seorang cowok yang lagi mantulin bola basket."
"Terus?"
"Em... ternyata yang lagi main bola basket di lapangan itu Reza. Terus, diem-diem gue poto dia, kan bagus buat dikoleksi hehehe..." Cengir Anggi.
"Tampa gue duga lampu kameranya nyala njirr!" Teriak Anggi. "Malu gue! Gue ketauan!" Luna tertawa ngakak mendengar penjelasan Anggi yang menurutnya terdengar lucu. Luna tidak bisa membayangkan wajah malu Anggi saat tertangkap basah sedang memotret Reza. Dan yang ia potret adalah seseorang yang ditakuti dan dihindari banyak orang, cari mati emang!
"Kok ketawa sih!" Kesal Anggi. "Bantuin kek gimana cara ngambil hp gue!"
"Emang pas tadi pagi gak di balikin sama Reza?" Anggi menggeleng.
"Dia nyuruh gue nunggu di parkiran pulang sekolah." Nada bicara Anggi mulai memelan. "Apa iya hari ini, hari terakhir gue hidup ya?" Luna sudah tidak kuat lagi untuk menahan tawanya.
"Tadi pagi aja lo berani mau lempar Reza pake sepatu, kenapa sekarang malah takut?"
"Itukan gue lagi emosi, dianya juga gak marah." Anggi mengerucutkan bibirnya.
"Lah, masa?" Luna sedikit heran, setau Luna, Reza seorang yang mudah marah. Bahkan ia tidak akan segan untuk membalas mereka yang mengganggu ketenangannya dan lebih parahnya Reza tidak pandang bulu.
"Hooh, cuman senyum doang. Tapi senyumnya kaya mau nerkam!"
"Luna tuh ada Candra di luar!" Teriakan dari arah luar membuat tawa Luna sedikit mereda. Luna menatap keluar jendela, ternyata memang benar Candra sedang bersandar di tiang luar kelasnya. Luna berjalan kearah luar untuk menemui Candra.
"Kenapa?" Tanya Luna setelah berada di samping Candra. Candra menoleh, kemudian menyodorkan kantong plastik yang berisi nasi goreng dan minumannya.
"Thanks. " Luna menerima kantong plastik dengan senyum mengembang.
"Hm. Tadi kenapa berangkat pagi banget?" Tanya Candra dengan ekspresi datarnya.
"Gak tau, lagi mau aja."
"Oh."
"Em... lo pasti sibuk banget ya?" Tanya Luna.
"Kenapa emang?" Tanya Candra balik.
"Sekarang lo pasti sibuk belajar buat ujian, dan juga ngebimbing adik kelas yang mau lomba itu kan?" Candra mengangguk membenarkan ucapan Luna.
"Dari novel yang pernah gue baca, si cowoknya gak bisa nganter pulang ceweknya karena ngebimbing dulu. Dan akhirnya si ceweknya pulang sendiri sambil ujan-ujanan, terus tiba-tiba ada cowok yang bakal ngasih tumpangan." Oceh Luna gak jelas.
"Ngomong apa sih na?" Bingung Candra. Luna menggeleng.
"Em, berarti mulai sekarang gue pulang sendiri dong?" Luna menundukan kepala menatap lantai.
"Kenapa sendiri? Kan ada gue!" Luna mendongak menatap Candra, tapi kemudian menunduk kembali sambil memainkan roknya.
"Kan lo harus ngebimbing!"
"Gue anterin lo pulang dulu!" Lagi-lagi Luna mendongak, kali ini dengan senyum mengembang.
"Bener?" Tanya Luna memastikan.
"Hm."
"Aaaaa, makin sayang kan gue!" Teriak Luna sambil jingkrak-jingkrak gak jelas. Candra tersenyum tipis, kemudian mengacak rambut Luna pelan.
"Gue ke kelas, jangan lupa makananya di abisin." Luna mengangguk antuasi.
Tapi detik kemudian wajahnya berganti ekspresi menjadi seperti orang yang sedang bingung."Apa?" Luna menatap tangan Candra yang ter-ulur di depan wajahnya.
"Itu makanan gak gratis, dua puluh ribu!" Ucap Candra.
"Jadi lo gak ikhlas ngasih nih makanan?" Bentak Luna.
"Gak ada yang gratis di dunia ini!" Candra tersenyum jail kearah Luna yang sedang mencak-mencak gak jelas.
"Nih gue balikin, gak mau gue!" Luna mengembalikan kembali kantong plastik yang berisi nasi goreng itu kepada Candra.
"Bercanda sayang!"
🍦🍦🍦
Aku ngetik part ini dalam keadaan ngantuk all😪
Jadi maklumin ya kalau banyak typo😅
Jangan lupa tinggalkan jejak🙏
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Next Part👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Kampret
Teen FictionPertengkaran? Sudah biasa! Kata kasar? Sudah menjadi makanan sehari-hari! Romantis? Hanya sekedar mimpi! Kisah cinta Candra Pramudita dan Meyzaluna Syibila tidak seromantis di novel-novel. Tidak ada kata-kata manis selain perkataan kasar yang sering...