Hey Ayah Ibu Aku tak memiliki cita-cita yang pasti namun Aku memiliki pilihan pasti untuk tumbuh dan menjadi dewasa.
Ketauilah Aku tumbuh dan menjadi dewasa membutuhkan bimbingan kalian Aku tau jika kalian sibuk bekerja untuk Aku, Aku sangat paham betul tentang itu semua tapi Aku mohon sedikit saja perhatikan Aku.
Waktu demi waktu telah berganti dan hanya menyisakan ingatan.
Ingatan ketika kecil Ayah dan Ibu sangat memiliki banyak waktu untuk bersamaku meskipun dulu dalam keadaan yang serba kurang. Namun ketauilah itu adalah masa-masa yang indah untuk diriku karena kalian memiliki banyak waktu untuk bersamaku.
Mungkin sekarang Aku sudah mulai dewasa dan sudah mulai terbiasa dengan semua rasa kesepian ini.
Sekarang Aku mulai tumbuh dan menjadi dewasa melihat dengan sudut pandang lain dan mengkhawatirkan semua hal kedepannya.
Aku seorang anak tunggal pundak ini membawa beban yang besar dan Aku harus berhasil apapun yang terjadi, karena Aku adalah anak satu-satunya dari keluarga Prananta.
Sekarang Aku sudah kelas 3 SMA dan sebentar lagi Aku harus memilih mau melanjutkan kemana.
Aku akan berhadapan dengan suatu pilihan untuk masa depanku nanti. Begitu banyak pendapat dan begitu banyak pilihan yang membuatku pusing. Kenapa waktu bergerak dengan sangat cepat tak terasa sekarang aku sudah menginjak masa dewasa yang harus membuat suatu pilihan dengan cepat dan tepat.
***
Malam hari saat makan malam bersama.
"Bu Yah sebentar lagi Eliza akan kuliah menurut kalian Eliza harus masuk dalam jurusan apa ya?" tanyaku.
"Ambilah jurusan manejemen bisnis,"ucap Ayah sambil meminum segelas air putih.
"Bagaimana kalo jurusan psikologi ataupun sastra Yah,"tawarku.
"Udahlah ambil manejemen bisnis aja,"ucap Ayah dengan tegas.
"Iya Eliza turuti apa kata Ayahmu saja,"sahut Ibu.
"Iya Yah Bu,"ucapku pertanda setuju dengan pilihan kedua orang tuaku.
Aku menyadari mungkin pilihan kedua orang tuaku tepat untuk diriku. Aku tau tentang konsep jika orang tua tak akan pernah membuat anak jatuh kedalam jurang. Namun terkadang seorang anak juga memiliki mimpi sendiri bukan mimpi yang dipilihkan.
Semoga saja apa yang dipilihkan kedua orang tuaku bisa cocok denganku, semoga saja.
Hari-hari kelulusan adalah hari dimana mereka merayakan awal kedatangan masa depan yang absurd. Melihat mereka yang mencoret-coret baju kelihatan sangat asik tapi entah kenapa Aku tak merayakannya dan hanya duduk di depan kelas melihat para siswa mencoret-coret baju mereka.
Tanpa Aku sadari seorang wanita menarik tanganku dan bertanya. "Bolehkah Aku memberikan nama di bajumu?" Tanya wanita cantik itu.
"Eh jangan dibaju ya tulis aja disini,"Aku yang reflek tiba-tiba menyodorkan buku diaryku.
Wanita itu hanya menandatangi buku diaryku tanpa ada keterangan nama. Dan langsung meningalkanku.
"Dasar wanita aneh,"ucapku lirih.
"Tapi menurutku wanita tadi cantik juga sekilas Jadi pengen tau namanya,"ucapku lirih.
***
Beberapa hari setelah perayaan kelulusan. Akhirnya pengumuman lolos seleksi untuk masuk universitas sudah diumumkan. Hasilnya Aku diterima di salah satu universitas ternama yaitu Universitas Negri Surabaya dengan jurusan Fakultas Ekonomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum Anak Tunggal Dalam Sebuah Perjalanan
Teen FictionPernah gak sih kalian dalam hidup ini merasakan kekecewaan? Apapun itu tentang perasaan kecewa terhadap suatu pilihan. Mari sejenak melihat ceritaku tentang semua penyesalan yang pernah aku lalui. Pertama namaku adalah Eliza Pranata aku hanya manusi...