Curhatan Seorang Anak

808 330 183
                                    

Saat ini umurku menginjak 16 tahun Aku duduk dibangku SMA. Aku bersekolah di SMA favorit kebanyakan orang mengingkan bersekolah disini untuk mendapatkan pujian ataupun ketenaran. Yah meskipun kebanyakan siswa disini terdiri dari orang-orang elit.

Bukan itu sih tujuanku bersekolah disni. Tujuanku bersekolah disini karena ingin mendapatkan perhatian dari kedua orang tuaku itu saja sih. Mungkin ketika kata-kata tak bisa membuktikan keberadaanku maka pencapaianku yang akan membuatku diakui.

"Pagi Ayah Pagi Ibu,"sapaku sambil segera duduk di ruang makan.

"Pagi Eliza,"balas sapa Ayah dengan sangat cuek.

Hening sekali tanpa percakapan karena tidak ada satu orangpun yang membuka pembicaran dan hanya menikmati sarapan. Semua orang sibuk dengan ponsel mereka masing-masing membiarkanku hanya bisa diam.

Aku memberanikan diri untuk membuka obrolan. "Ayah Ibu hari ini hari pertama Aku masuk sekolah,"ucapku sambil memainkan jariku.

"Iya. Nanti Eliza diantar sama Pak Anton ya tadi pak Anton sudah Ayah suruh," ucap Ayah sambil terus melihat ponsel.

"Bagaiman kalo hari ini Eliza diantar Ayah atau Ibu,"ucapku dengan sedikit tersnyum.

"Ow maaf Eliza pagi hari ini Ibu ada pembukaan cabang butik. Lain kali aja ya Eliza,"ucap Ibu sambil buru-buru berkemas untuk segera berangkat.

"Ayah juga ada meeting untuk membahas tender yang akan diadakan selanjutnya,"ucap Ayah yang juga buru-buru berangkat.

Sekarang tinggal Aku saja dimeja makan sendirian kedua orang tua pergi meninggalkanku sendirian karena sebuah perkejaan yang menurut mereka lebih penting daripada seorang anak.

Aku melanjutkan makan meskipun sendiri. "hmmmmm sepi rasanya,"ucapku lirih.

"Den Eliza apakah sudah siap?"ucap Pak Anton yang menghampiri ke ruang makan.

"Belum Pak Anton masih sarapan ini,"ucapku tanpa semangat untuk hari pertama sekolah.

"Ow yaudah Den, Pak Anton tunggu diluar ya."

"Tunggu Pak Anton..."

"Iya Den ada apa?"

"Pak Anton sudah makan?"tanyaku.

"Nanti Aja Pak Anton makan setelah nganterin aden ke sekolah."

"Makan bersama yuk Pak Anton,"ucapku.

"Mau ya nemenin Aku sarapan disini ya,"rengekku.

"Yaudah deh Pak Anton temenin Aden sarapan."

"Silahkan Pak Anton makan,"Aku mempersilahkan makan kepada pak Anton.

"Bibik Marsih kemari sebentar Bik,"Panggilku dengan suara yang sangat keras.

Bibik Marsih berlari keruang makan. "Iya Den Eliza ada apa?"

"Sini deh Bik, silahkan Bibik duduk terus ambil piring, kita makan bareng-bareng,"ucapku sambil tersenyum.

"Ada apa Den apa masakan Bibik gak enak ya Den?"ucap Bibik yang ketakutan.

"Udah Bik makan aja,"ucapku sambil tersnyum.

"Iya Den,"jawab Bibik sambil mengambil sepiring nasi untuk dimakan.

"Emmmm rasanya gak ada masalah itu Den,"Bibik yang mencicipi masakannya yang tadinya mengira ada masalah dengan masakannya.

"Tenang Bik Aku gak complain soal masakan bibik. Aku hanya pengen ditemin makan Bibik Marsih,"ucapku sambil tersenyum.

"Oalah Den Den kirain tadi Masakan Bibik bermasalah,"ucap Bibik dengan lega karena tidak ada masalah dalam masakannya.

"Enggak Bibik, masakan Bibik selalu enak. Iya kan Pak Anton."

"Ya jelas dong Den masakan Bik Marsih ini tiada duanya,"ucap Pak Anton.

"Yaudah silahkan dimakan dan dihabiskan ya,"ucapku sambil tersenyum lebar.

Setelah selesai makan bersama bareng Pak Anton dan Bibik Marsih Aku segera berangkat ke sekolah yang dianter Pak Anton.

"Bik minta tolong dibereskan ya,"ucapku meminta tolong untuk membereskan meja makan.

"Iya Den."

Aku yang berangkat dan tak lupa mencium tangan Bibik pertanda saliman. "Aku berangkat ya Bik."

"Iya Den hati-hati di jalan."

"Ayo Pak Anton kita berangkat."

"Ayo Den."

Hari pertama Aku sekolah. Aku menulis buku catatan atau biasa disebut diary.

"Ayah Ibu Aku ingin sekali kalian memperhatikanku sebentar saja, atau kita bisa meluangkan waktu untuk beberapa hari saja karena aku sangat merasa kesepian.

Aku takut semua keinginanku berujung kegagalan, semoga Ayah dan Ibu memaafkanku saat semua itu terjadi, Ibu aku sangat takut untuk memandang masa depan, dan aku sangat takut untuk membuat sesuatu keputusan. Mungkin rasa takut ini berlebihan tapi sebenarnya Aku hanya ingin berbagi rasa takutku ini bersama kalian Ayah Ibu."

Yah mungkin sekarang orang tuaku belum melihatku karena belum ada apapun hasil pencapaianku saat ini. Aku bertekad untuk menghasilkan banyak sekali penghargaan untuk membuat kedua orang tuaku bangga.

Beberapa penghargaan telah Aku raih seperti juara 1 olimpiade Biologi, juara 1 turnamen bulu tangkis, selalu peringkat satu setiap semesternya dan Aku menjadi murid kesayangan hampir semua guru.

Tapi itu semua masih belum bisa membuat kedua orang tuaku bangga.

***

Pagi hari saat Aku disekolahan menyendiri tanpa berbincang-bicang dengan orang lain seperti robot yang tak memiliki teman.

Saat Aku melihat ke sisi lain Aku melihat seorang wanita yang terus menerus melihat kearahku dan tersenyum. Aku langsung memalingkan pandanganku karena Aku juga tak mengenalnya menurtku wanita itu pindahan dari sekolah lain karena seragamnya terlihat jelas berbeda.

Setiap hari selalu ditemani dengan rasa kesepian hmmmm menurutku mungkin enak ya kalo punya kakak atau adik bisa diajak maen ataupun membahas suatu hal.

Hari demi hari Aku lalui dengan semua perasaan sepi ini.

Setiap harinya menulis sebuah keinginan-keinginan dengan harapan semuanya bisa terwujud.

"Aku mengetahui semua kesibukan kalian , namun ketauilah Aku juga memerlukan waktu untuk kita tertawa bersama. Kita semua berjuang."

Orang tua berjuang untuk kita para anak, seorang anak juga berjuang untuk kalian dihari tua nanti. Jadi Aku juga berharap luangkanlah untuk menemaniku sebentar saja."

sebuah permohonan dengan setetes air mata.


Eliza Pranata

Buktikan semua pencapainmu dan tersenyumlah.

Senyum Anak Tunggal Dalam Sebuah PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang