OO5

17.1K 2.2K 56
                                    

— maho —

jongsuk menggenggam ponselnya dentan erat. lawan bicaranya sangatlah memguras kesabaran.

"jadi lo mau apa?" tanya jongsuk masi dapat menahan emosinya.

"yeah, lo tau kan waktu gue cerai kemarin cuma dapet seperempat," sangjoon menjeda ucapannya lalu bersenyum miring walau sang lawan bicara tidak dapat melihatnya. jongsuk masih menunggu kelanjutannya. "gue mau ambil haechan."

jongsuk terkekeh remeh mendengar ucapan sangjoon. "ga bisa, lee. meskipun haechan anak lo, tapi dia tanggung jawab gue. gue bakal lindungin dia."

sempat hening beberapa saat lalu terdengar suara tawa yang membahana berasal dari sangjoon. "gue ayah kandung dia, bisa dong gue ambil hak asuh haechan lagi?"

jongsuk memejamkan matanya lalu membuang napas secara berat. saudara iparnya ini benar-benar, inilah alasan dulu jongsuk tidak setuju kakaknya menikahkan dengan sangjoon.

"gue ga bakal biarin lo ambil haechan."

"well, kata-kata lo ngga ada pengaruhnya buat gue. gue tetep bakal ambil haechan gimanapun caranya—

—termasuk hancurin keluarga kecil lo." sangjoon tertawa kesetanan dengan ucapannya barusan.

"sialan!" tidak. tidak ada yang boleh menghancurkan keluarga kecilnya ini.

bruk!

jongsuk menoleh dan menemukan haechan terduduk dengan pandangan kosong. matanya langsung membelak terkejut, jadi haechan mendengar semuanya. jongsuk langsung mematikan sambungan telponnya lalu berlari menghampiri haechan.

"haechan!"

— maho —

tadi saat waktu makan malam, jongsuk ijin menerima panggilan telpon, namun hingga makan malam selesai dia tidak lekas kembali. haechan khawatir lalu mengajukan diri untuk memeriksanya. tidak biasanya ayah menelpon selama ini. apakah sangat penting?

"ga bisa, lee. meskipun haechan anak lo, tapi dia tanggung jawab gue. gue bakal lindungin dia."

deg!

jantung haechan rasanya berhenti berdetak. dia tau siapa yang di maksud 'lee' oleh jongsuk. siapa lagi kalo bukan papanya, sangjoon.

"gue ga bakal biarin lo ambil haechan."

"sialan!"

haechan terjatuh. lututnya lemas, kakunya seakan seperti jeli yang lembek. jongsuk dikenal orang yang sangat baik dan ramah. dia tidak pernah berkata kasar kepada siapapun. dan apa tadi, sangjoon mau mengambil hak asuhnya. tidak tidak, dia tidak mau.

jongsuk menoleh karena mendengar seperti sesuatu jatuh. matanya membelak begitu melihat haechan dengan pandangan kosong. dia memutus panggilanbdengan sepihak lalu bergegas menghampiri haechan.

"haechan!"

— maho —

haechan terduduk di atas kasurnya sambil melamun. ia memeluk sebuah pigura yang berisikan fotonya sewaktu kecil dan ke dua orangtuanya. ingatannya kembali saat dirinya masih kecil. sewaktu keluarganya masih lengkap dan tidak ada masalah apapun.

"haechan?"

terdengar suara jongsuk dari luar di susul suara ketukan pintu. haechan membiarkannya, pikirannya kosong dan otaknya tidak berfungsi. satu-satunya yang dipikirkan haechan hanyalah, kenapa keluarganya seperti ini, apa dia tak pantas bahagia?

"haechan?" karena tidak kunjung mendapatkan jawaban jongsuk memasuki kmar haechan langsung. dilihatnya mata sembab haechan sambil memeluk pigura dan pandangan kosong.

jongsuk duduk di samping haechan lalu merangkulnya dan mengusap pundaknya menenangkan. "haechan..."

"yang kamu denger tadi, lupain aja, ya. anggep angin lalu." kata jongsuk berusaha menenangkan haechan.

"tapi ayah, bunda sama kak haknyeon nanti juga kena. lagian, dulu kenapa dia buang aku sama mama sampe mama sakit dia aja ngga peduli." haechan mengigit lidahnya menahan tangis. topik mengenai mamanya sangat sensitif menurutnya.

"dia malah pergi ngga tau kemana. sehabis cerai aja dia masih gangguin mama. sampai mama bunuh diri dia baru berhenti. tapi tiap kali aku bilang mama bunuh diri karena dia, dia ada aja cara licik buat ngelabuhin orang-orang."

haechan menoleh ke arah jongsuk dengan air mata yang sudah menuruni pipinya. "dia bilang mama meninggal gara-gara sakit, padahal mama bunuh diri. dan bodohnya lagi polisi percaya." lalu setelahnya dia langsung menangis tersedu-sedu. haknyeon yang sedari tadi hanya mengintip melalui pintu kini masuk dan ikut menenangkan haechan.

haknyeon menggertakkan giginya pertanda emosi. dia baru tahu kenyataan jika tantenya meninggal secara bunuh diri. begitupun dengan jongsuk, dia baru mengetahui hal gila ini.

"aku takut ayah, aku takut orang itu ganggu kak haknyeon sama bunda, yang paling parah nyelakain."

jongsuk menggeleng lalu mengeratkan pelukannya, seakan mengatakan kepada haechan tidak perlu khawatir walaupun sebenarnya hatinya membenarkan ucapan haechan.

"ada ayah disini. ayah bakal ngelindungin kamu, haknyeon, sama bunda kalian. jadi haechan, kau tenang saja, ya."

"mulai besok, lo berangkat atau pulang sama gue, khusus besok gue bakal teraktir lo jajan."

haechan menoleh ke haknyeon lalu dengan polosnya bertanya, "trus euiwoong gimana?"

badan haknyeon langsung tegang, aduh kenapa haechan tanya waktu ada ayah. dan kenapa dia ngga bilang waktu ayahnya pergi aja sih.

"euiwoong itu siapa?" kata jongsuk mengintrogasi.

"pacar kak haknyeon." jawab haechan dengan polos.

"engga! bukan!" aduh haknyeon merutuki kebiasaan haechan yang akan berucap polos sehabis menangis. haechan menatap haknyeon lalu berkata, "euiwoong ngga di anggep kak?"

sial. sial. sial.

"bukan gitu..." haknyeon menunduk lalu menggaruk tengkunya. ah makin rumit saja.

"haknyeon..." panggil jongsuk dengan suara rendah. haknyeon menoleh lalu memandang kikuk ke arah jongsuk. "apa ayah?"

"akhir pekan, bawa euiwoong kesini."

— maho —

tbc

saran nama mamanya haechan sama bundanya haknyeon dong.

have a nice day, owkiee 💛

maho ⑅ markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang