Sahur Pertama

40 6 0
                                    

SAH."

Satu kata yang membuat hidup Anna Rosheina berubah seketika. Perjodohan menyebalkan ini tentu sangat menghancurkan rencananya. Rencana untuk berlibur ke Eropa bersama teman-temannya sekaligus pendekatan dengan pria yang sudah tiga tahun ia nanti-nanti untuk melamarnya. Sekarang hanya penyesalan dan kesia-siaan saja.

Pemikiran orangtua jaman sekarang masih saja sepeti dulu. Kolot, pikir Anna. Ia begitu kesal ditambah lagi pria yang telah mengucapkan ijab-kobul itu senang-senang saja menerima perjodohan mendadak ini. Bayangkan dalam lima hari Anna dipaksa menerima keputusan sepihak dari keluarganya.
ayah dan ibunya menginginkan jodoh yang terbaik untuk puterinya terlebih lagi Anna adalah orang yang mudah bergaul dan sering membawa teman laki-lakinya ke rumah. Menurut orangtuanya Anna sudah seharusnya berhenti bermain dengan laki-laki hidung belang. Maka dari itu ayahnya segera mencari calon yang pas untuk menuntun Anna. Untuk menjadi imam yang baik baginya. Untuk mendaptkan ridha Tuhan dalam hidupnya.

Setelah acaranya selesai. Anna diboyong ke rumah Faiz. Dalam perjalanan ia terus memalingkan wajah ke arah jendela. Ia meremas hijab yang ia kenakan. Anna tidak terbisa memakai kain ini, hanya membuat dirinya gerah. Ia ingin sekali melepasnya. Namun, ibunya mengingatkan jangan sampai ia melepas hijabnya. Karena akan berpengaruh buruk pada Faiz. Ya, karena pria itu adalah ustadz. Bagaimana pikiran orang tentang dirinya jikalau tidak memakai hijab? Yang sudah jelas-jelas suaminya bukan sembarang orang. Ia adalah ustadz. Ustadz yang Anna umpati dalam hati, sampai kapan pun Anna tidak akan memberi tubuhnya untuk Faiz. Meski sekarang ia berhak. Anna masih tidak ikhlas keputusan Faiz yang begitu saja menerima perjodohan ini.

Pria paruh baya memasukan barang-barang tuannya ke dalam rumah baru yang berukuran sederhana namun terlihat nyaman. Beberapa pasang mata memandang ke arah Anna dan Faiz yang baru saja akan masuk ke dalam.

"Selamat ya Ustadz Faiz. Istrinya cantik sekali," kata wanita berhijab ungu dengan sapu di tangannya. Wanita itu adalah tetangga Faiz.

"Alhamdullilah, terima kasih. Namanya Anna, semoga kita bisa menjadi tetangga yang saling membantu," balas Faiz lemah lembut.

Wanita itu membalas dengan senyuman hangat kepada sepasang pengantin itu lalu kembali melanjutkan aktivitasnya. Menyapu halaman rumahnya yang dipenuhi dedaunan kering yang berjatuhan.

Anna langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur sebelum itu ia juga langsung membuka hijabnya dan dilempar ke sembarang tempat. Sementara Faiz ia membereskan baju-baju miliknya serta milik Anna ke lemari.

"Eh! Jangan sentuh barang-barang aku!" cegah Anna seraya terduduk menyanda. Faiz menatap dengan tatapan teduh lalu menutup kembali koper milik Anna.

"Sebentar lagi maghrib, kamu siap-siap gih. Kita shalat berjamaah," seru Faiz masih dengan koko silvernya.

Anna tak mau ambil pusing. Ia segera pergi ke kamar mandi dan mengambil wudhu.

Faiz sudah menggelar dua sajadah. Untuknya dan untuk istrinya. Ia berdiri menunggu Anna selesai memakai mukena. Istrinya itu memang sangat cantik sekali.

"Kenapa liat-liat?" tanya Anna menciduk Faiz yang sedang menatapnya. Kemudian Faiz mengalihkan pandangannya, ia memulai takbir.

Setelah selesai Faiz sedikit menyerongkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya. Anna menyeringai bingung.

"Mau ngapain?" tanya Anna dengan polosnya.

"Cium tangan."

"Jangan mentang-mentang kamu Ustadz yah. Kamu bisa seenaknya aja nyuruh aku buat cium tangan kamu."

"Aku suamimu."

"Pahala," lanjut Faiz. Anna mengecup singkat tangan Faiz. Kemudian Faiz berbalik berhadapan, dan mencium kening Anna.

Romansa Cinta AnnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang