"Lama banget lu berdua." semprot Kenas waktu Clinton sama Vito ikut gabung bareng mereka.
"Jadi orang bego gue lama-lama di tempat Vito." dumel Clinton. Tangannya ngambil alih minuman yang mau di minum Marcus sembari duduk di sampingnya.
"Kenapa emang si Vito?" tanya Marcus.
"Masa mobil rusak dikira di guna-guna."
"Masalahnya mobil gua tuh udah di benerin, rusak lagi. Di benerin, rusak lagi. Gak sembuh-sembuh."
"Lu benerin mobil dimana? Tukang bubur?"
"Tukang jepitan." jawab Vito nyolot. "Bengkel lah anjing."
"Ya tanya lah sama yang benerin kenapa rusak rusak terus."
"Nggak ah, ntar gua di sangka kepo lagi."
"Taik."
"Berantem mulu lu berdua. Gua kawinin lama-lama." Fajar yang baru balik dari dapur bawa tiga botol soda buat mereka bikin Clinton sama Vito berenti adu mulut. "Lu gimana tinggal di rumah Vito, Ton?"
"Biasa aja sih, untungnya gue tidur di ruang tamu nggak di kamarnya." Clinton ngusap kepala Vito yang duduk di sisi sebelah Marcus. "Kalo di kamar Vito laba-laba aja pensiun bikin sarang. Kehabisan lahan."
"Ye kampret. Gak separah itu juga." Vito protes. "Kita mau jalan jam berapa? Jar, lu ikut?"
"Nggak. Adek gue lagi di sini."
"Lu tinggal sendirian disini, Jar?"
Yang lain senyum-senyum sambil liatin Fajar waktu Clinton nanya gitu. Bayu sama Jonatan malah udah nopang dagu nunggu jawaban Fajar.
"Nggak." jawabnya males-malesan. "Gue sama Rian."
"Rian? Rian mana?"
"Rian mantan lo."
"Oww, kirain gak bakal jujur." goda Bayu.
"Ya, ngapain juga. Lu udah gak suka sama Rian, kan?"
Gak ada jawaban.
Jonatan yang sadar suasananya berubah buka suara. "Wahyu chat nih, udah sampe katanya. Mau langsung jalan?"
"Jar!" Fajar ngedecak, baru di redain tapi suara Rian malah nyaring. "Sayang!"
Dia ngedengus sebelum berdiri lagi buat masuk ke kamarnya nemuin Rian. "Apa, Baby?"
"Gua mau ke tempat yang lain, Panji ngamuk nih."
"Gak mau bareng Reza? Reza ikut juga kan?"
"Ikut sih."
"Yaudah lah bareng Reza aja. Lu kan gak ada kendaraan, masa gua yang anter jemput kayak supir?"
"Siapa juga yang mau di anter jemput sama lo, kunyuk?"
"Oh, nggak."
"Ya, nggak lah."
"Bagus deh, males gua di ribetin."
"Gua minta anter Clinton gimana? Dia bawa mobil nggak?"
Fajar muter bola matanya males, terus lanjut ngusap muka Rian kasar. "Gua perkosa juga lo sekarang."
"Terus ngapain gua disini? Ngitung semut?"
"Makan kaca." saut Fajar. "Pokoknya kalo gua gak minta keluar jangan keluar."
*
Tiga puluh menit kemudian Akbar sama Reza sampe di tempat mereka. Waktu yang sama disaat temen-temen Fajar pamit keluar rumah, tinggal nunggu Clinton yang lagi di kamar mandi.
"Baby, Reza dateng nih!" teriak Fajar. Tapi gak ada jawaban dari Rian. "Lu masih idup nggak?!"
Clinton yang baru aja keluar ngernyitin dahinya bingung. "Lu teriak ke siapa sih?"
"Udah mati!" saut Rian dari dalam kamar.
"Tuh, ketauan kan suaranya?"
Rian keluar sambil rapihin jaketnya. Dia senyum lebar ke arah Clinton sekedar nyapa 'hai' yang di bales senyuman dari Clinton juga. Rian jalan ke arah Fajar. Nyium bibirnya dan pamit sama temen-temen Fajar buat keluar.
"Kak Fajar sama Kak Rian ciuman terus deh."
"Akbar mau ciuman?" goda Kenas yang di bales lemparan bantal kursi dari Fajar.
"Gua las bibir lo berani nyentuh adek gua."
"Ngomong doang, Jar, anjir galak banget."
"Kamu taruh makanan di dapur terus ke kamar. Kakak mau ngomong."
"Iya kak." Akbar mandang Reza ragu-ragu. Udah ketebak apa yang mau di bahas Fajar jadi dia patuh aja. Nyiapin banyak alesan juga pasti bakal kalah kalo Fajar udah marah, beda sama Praveen. Kakak pertamanya itu malah lebih bisa ngendaliin diri walaupun mukanya lebih sangar dari Fajar.
"Jar?" suara Clinton ngalihin perhatian mereka. "Gua mau ngomong sama Rian sebentar ya?"
Fajar ngalihin padangan ke Rian yang keliatan bingung.
"Gak masalah." jawabnya. "Asal nggak bawa kabur aja."
Clinton narik tangan Rian ke luar diikutin Reza di belakangnya.
"Kirain asal kau bahagia." celetuk Jonatan. "Drama banget kalo gitu."
"Kayak lo sama Anthony ya?" tanya Bayu.
"Gue sama Anthony gak pake asal kau bahagia asal kau bahagiaan, udah sama-sama bahagia."
"Alay banget najis."
"Para jomblo gak bakal ngerti."
"Bodo." Bayu abis kata buat bales, terus beralih ke Fajar. "Kita juga pamit ya, Jar. Mandi salju dulu gih, panas lu lumer kayaknya."
"Iya gila negatif banget kayak baru masuk ke tempat dukun." saut Vito.
Marcus geleng-geleng. "Lu beneran ke dukun, Vit?"
"Dia jatoh dari motor aja di kira di guna-guna." Kenas nyaut.
"Ya siapa tau kan? Lawan kita kan banyak, siapa tau ada yang pake ilmu mistis biar gua gak bisa ikut balapan."
Mereka liat-liatan. Pengen bales takut di kira sama begonya, gak bales juga gemes banget.
Fajar akhirnya buka suara. "Diemin aja, ntar kalo tidur kita buang ke tempat sampah."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arena (FAJRI)
Fanfiction[REMAKE] Original story: 'Arena (Ongniel)' by Key Keyla @Kaevi_ Just Fajri!!! 18+++ Warning! Cerita ini mengandung unsur boyxboy, bagi yang tidak suka boyxboy atau homophobic, silakan menyingkir!