Arena 11

1.6K 128 4
                                    

"Kirain gak bakal dateng," sambut Panji begitu Rian sama Reza sampai di tempat mereka. Rian sih ogah bales, paling cuman duduk di samping Rinov yang lagi asik main tamagochi.

Mereka kumpul di salah satu restoran dan nyewa satu ruangan khusus. Imbas dari hujan yang gak berenti, jadi akses ke tempat pribadi mereka jadi susah.

"Makasih, gua emang ganteng."

Gak nyambung si Rinov.

Dia cuman mau cairin suasana aja sih, dari tadi udah tegang soalnya. Kayak satu jam foreplay tapi laharnya gak mau keluar.

"Gua gak bisa pulang lebih dari jam 10 malem."

Panji ngedengus denger kalimat Rian. "Nurut amat sih."

"Namanya juga budak. Kan lo yang nyaranin."

Panji ngedecak. "Iya iya, sorry."

Rian angkat bahu gak terlalu peduli. Matanya gak sengaja nangkep luka di tangan sama kaki Rinov yang beberapa di balut kasa. "Kenapa lo?"

"Gulat."

"Serius, anjing."

"Beneran." Rinov ngelempar tamagochi ke arah Anthony yang asik main hp. "Gulat sama aspal. Kurang kece apa gua?"

"Kecebong." dumel Anthony. "Jatoh dia kemarin waktu balapan."

"Kok bisa?"

"Bisa. Gua manusia biasa, Kak." jawabnya dramatis.

"Kasian banget motornya." Anthony lagi. Sekarang udah senyum-senyum sendiri baca chat di hp. "Sok-sok jadi Rossi sih."

"Gua emang Rossi, kalo Kak Panji baru roda motor Rossi."

Panji yang ngedenger ngecemikin muka gak suka. "Kanan apa kiri?" tapi tetep bales.

"Rossi motor, bego, bukan gerobak." saut Rinov.

"Motor kan waktu balapan aja."

"Terus di luar balapan dia jadi kang cendol?"

"Ya selama bukan kang Fajar."

"Apaan sih bawa-bawa Fajar." dumel Rian di tengah kemelut Rinov dan Panji.

Temennya yang lain sih bales senyum aja. Rinov yang ada di sampingnya ngerangkul Rian, ngegesek pipi mereka berdua yang diiringin suara kamera. Gak tau kamera siapa.

"Minggu depan ada balapan lagi Kak, lu mau ikut atau ganti lagi?"

"Gak yakin, gue gak tau si tuan ngijinin atau nggak. Tapi gua usahain deh," sautnya.

"Gua udah jatoh gara-gara gantiin lo kemarin, ya minimal lu kecengklak lah."

"Sialan emang. Doa tuh."

"Nanti Reza aja." Firman buka suara. "Clinton yang turun."

"Kalo mereka menang lagi gimana? Clinton gak bakal nyuruh Reza jadi budaknya, kan?" tanya Anthony.

"Bentar." sela Panji "Clinton itu siapa? Sejak kapan jadi anggota mereka? Gue gak pernah liat mereka bareng Clinton sebelumnya."

"Clinton itu dari dulu udah gabung sama mereka, pindah ke Bandung terus putus sama pacarnya dan vakum sama gengnya. Sekarang lagi praktek kerja di Jakarta, jadi balik lagi."

"Balik lagi ngapain, Kak?" Reza nyambut ucapan Anthony. Kompak ngelirik Rian buat ngejailin sahabatnya itu.

"Balik lagi sama gengnya, kalo balik ke mantan sih gak tau."

"Mantannya udah jadi bekas temennya sih."

"Bacot lo berdua," protes Rian.

.

Fajar berdiri di depan Akbar yang nundukin kepalanya takut. "Suruh siapa kamu bohongin Kakak?"

"Akbar takut kakak marah kalo Akbar bilang naik motor."

"Ya, jelaslah. Bahaya tau gak?"

"Tapi Kakak sendiri pake motor." cicit Akbar. "Akbar kan pengen rasain juga di bonceng selain sama Kakak."

"Pokoknya nggak. Kalo Kakak bilang nggak, berarti nggak."

"Kenapa gak boleh?" Akbar milin baju bagian bawah Fajar. "Naik motor gak boleh, pacaran sama cowok gak boleh."

Fajar nautin alisnya bingung. Gak biasanya Akbar berani kayak gini ke dia. Apalagi mereka lagi mode serius. "Kakak kenapa pacaran sama cowok terus kebut-kebutan?"

"Kok kamu jadi ngelawan Kakak sih?"

"Maaf, Kak." jawab Akbar lagi. "Akbar gak bohong lagi."

"Terus?"

"Gak naik motor lagi."

"Terus?"

"Akbar gak mau janji yang satunya."

Fajar ngusap mukanya kasar. Ngacak rambut caramelnya yang semula rapi jadi gak beraturan. "Kodratnya gitu, Bar. Akhirnya, cowok emang harus sama cewek."

"Kakak sama Kak Rian?"

"Karena itu." Fajar ngusak rambut Akbar. "Jangan pernah coba. Berat. Biar Kakak aja."

.

"Ujan ya?" tanya Rian gak tau sama siapa. Siapa ajalah yang ikhlas ngejawab.

"Gede kayaknya." jawab Rinov.

"Apanya yang gede?" ganti Anthony nanya tanpa ngalihin pandangan dari layar hpnya.

Maafin pikiran Rian yang ngeres. Tapi dia gak bisa bersih kalo yang tanya begituan Anthony. Dia mau bekep mulutnya, tapi yang lain malah santai-santai aja.

Firman ngalihin pandangan ke Panji. "Helm kamu di luar ya, Yang?"

"Iya."

"Basah dong?"

"Apanya basah?"

"Ony!" bentak Rian. "Ngeres gua kalo lu yang ngomong."

Yang lain sih gak peduli. Apalagi pasangan yang lagi sender-senderan. "Gak mau di ambil?"

"Nggak, Sayang, ujan, nanti aja kalo udah reda. Aku ngambil helm di motor yang baru dateng."

Rinov yang jawab. Sambil merhatiin keluar jendela yang sedikit di buka.

Tbc.

Arena (FAJRI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang