Arena 25

1.4K 117 5
                                    

Kemana lo?

Fajar ngedengus waktu denger suara kakaknya di seberang. Dia pasti tau Fajar gak masuk pagi ini. Keasikan di rumah Rian sih, apalagi mereka sekarang lagi tidur sambil pelukan. "Di rumah Rian."

Ngapain?

"Gua juga gak tau ngapain disini. Di peluk sampe gak bisa gerak kemana-mana."

Rian yang tadi lagi meluk Fajar sekarang ngejauhin mukanya, benturin dada Fajar sama kepalanya keras sampe bunyi 'Bug' kedenger dan Fajar ngaduh kesakitan.

"Sakit, Baby."

"Bodo amat."

Jar, lo harus pulang hari ini, Mama marah.

"Marah kenapa?" Rian yang mau ngejauhin mukanya lagi gagal karena Fajar yang narik kepalanya buat tetep sandaran di dada Fajar.

Dia tau hubungan lo sama Rian.

"Kok bisa?"

Nanti aja kita ngobrolinnya, lo masih ada kelas kan sore?

"Iya. Sore gue ikut kelas."

Oke. Ketemu nanti.

"Aww!" Bukannya jawab kakaknya, Fajar malah ngaduh kesakitan gara-gara Rian gigit dadanya. "Gue di siksa terus deh, heran."

"Mati juga bodo amat."

"Yakin?"

Rian ngerengut. "Gak juga, elah." dia bangun dari tidurnya buat ngejauh dari Fajar. "Siapa yang marah?"

"Burung tetangga."

"Gila," dumelnya.

"Di taro di kandang terus sih, gak punya babu yang ngurus burung kayak gua."

Rian ngambil guling, sekuat tenaga ngehantam Fajar pake gulingnya. "Teranjing emang."

"Tersayangnya kapan?"

"Bodo ah, emosi jiwa mulu gua ngadepin lo."

"Galak banget sih, baby." Fajar pura-pura sedih. "Untung sayang."

"Kalo gak sayang gua mau di apain?"

"Gue cium sampe abis nafas lu."

"Mati gua, bego."

"Becanda, baby."

"Bodo amat."

"Ini cuddle-nya udahan? Mau pelukan lagi. Kayaknya sampe besok gue gak bisa pulang ke tempat kita."

"Kenapa?"

"Bosen liat lo."

"Anjing."

Fajar ketawa liat muka Rian yang merah, marah ceritanya. "Mama marah gua gak pulang-pulang kayak anak ilang."

"Oh."

"Padahal gua lagi usaha nyari istri."

"Istri." Rian ngedecak. "Emang gua cewek?"

"Emang gua bilang lo istrinya?"

"Taik lo." Rian jalan keluar kamarnya, ke dapur buat nemuin si Babah sama Kevin yang berkutat di dapur.

"Lagi apa, Bah?"

"Ngitung beras."

Iya, Kevin yang jawab. Rian ngelengos. "Gua tanya Babah, boncel."

"Biarin boncel. Enak di peluk. Dari pada lo, badan tinggi, bagus, tetep aja bottom."

"Anjing."

"Rian!"

Arena (FAJRI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang