Pembelajaran berlangsung seperti biasanya kini Pak Bima mengajarkan matematika di kelas beasiswa itu. Para siswa sangat tenang memperhatikan Pak Bima yang menerangkan Trigonometri didepan kelas, mata mereka tidak terlepas dari tulisan-tulisan di papan tulis itu. Namun tidak bagi Gyna dan juga teman sebangkunya yaitu Juli.
Gyna sedari tadi memegang perutnya, bahkan sejak setengah jam terakhir dirinya tidak memperhatikan atau menulis materi yang diajarkan. Melihat temannya yang seperti itu, Juli menanyakan keadaan Gyna dan dijawab baik-baik saja padahal Juli melihata keringat bercucuran dari kening Gyna dan suasana kelas juga tidak panas.
Kringggg.
Bel berbunyi menandakan waktunya jam istirahat. Pak Bima menutup pembelajaran dan pergi meninggalkan kelas. Tak berselang lama, Gyna beranjak dari tempat duduknya melangkah pergi meninggalkan tempat duduknya. Juli yang agak khawatir memutuskan untuk mengikuti Gyna, takut terjadi sesuatu dengannya.
Gyna melangkahkan kakinya yang lemas, baru saja menuruni tangga, dirinya tidak sanggup. Memegang erat pegangan tangga itu, badannya sudah tidak seimbang.
Seseorang datang menuruni tangga, lalu berhadapan dengan Gyna, "Mau kemana, Gyn? Gua anter," ucap Juli.
Gyna yang sudah sangat pucat hanya bisa mengucapkan satu kata, "UKS". Juli mengangguk dan menopang tubuh Gyna menuruni tangga lalu pergi ke arah UKS terdekat. Sky High School memiliki lebih dari satu ruangan UKS jadi Juli mengarahkan yang lebih dekat. Di dekat perpustakaan lantai satu.
Beberapa siswa melihat mereka berdua tanpa menolongnya, Gyna semakin lemas. "Lo gapapa, Gyn? Bentar lagi,"
Gyna hanya mengangguk.
Hanya butuh waktu lima menit mereka sampai di UKS tersebut. Seorang siswa yang bertugas di UKS bergegas membantu Juli untuk membaringkan Gyna di tempat tidur itu.
"Dimana dokternya?" tanya Juli kepada siswa tersebut.
"Tidak ada, dokternya tidak bisa datang hari ini." jawab siswa itu sambil membuatkan minuman hangat untuk Gyna.
Juli melihat Gyna yang kesakitan memegang perutnya, "Apa kita ke rumah sakit saja?" tanya Juli khawatir.
Gyna menggeleng, "Ng.. ngga usah. Gua minum obat aja," ucapnya.
Juli menatap heran mengapa tidak sedari tadi di minum obatnya?
"Dimana obatnya? Apa ada disini?" tanya Juli mencari obat-obatan di setiap bagian rak berwarna cokelat tersebut.
"Bukan. A..ada di orang lain," ucap Gyna membuat Juli menoleh dan berjalan ke arahnya.
"Di siapa?" tanya Juli.
"Edward. Lo mau ngambilin?" tanya Gyna lalu dijawab dengan anggukan oleh Juli meskipun dia tidak tahu siapa Edward.
"Kelas berapa?" tanya Juli.
"XI Kelas Utama." Jawab Gyna dengan tangannya yang masih memegang perutnya dan keringat terus bercucuran melewati wajahnya.
"Oke. Gua akan minta, lo tunggu sini," ucap Juli beranjak pergi.
"Ju, kalo lo tahu geng Romeo, salah satu gengnya adalah Edward." ucap Gyna lemas.
"Apa? Edward anak geng Romeo?" Juli memastikan sekali lagi.
Gyna mengangguk.
Juli langsung pergi meninggalkan Gyna di ruangan UKS. Dia tahu harus menuju kemana, apalagi kalau bukan base camp mereka. Juli menaiki tangga dengan cepat dan berlari ke arah ruangan itu, untung saja lantai dua daerah ini sangat sepi.

KAMU SEDANG MEMBACA
R & J
Teen FictionRomeo Alianta Esgaskar, seorang anak laki-laki muda yang sangat beruntung karena terlahir sebagai anak CEO kaya yang sangat terkenal. Romeo nama panggilannya itu juga tidak kalah terkenal dengan orang tuanya, 'pangeran' itulah sebutan yang diberikan...