Juli bersama Juna menunggu bis yang biasa mereka naiki untuk pulang di halte dekat sekolah. Mereka mengobrol mengenai sekolah SMP mereka masing-masing terkadang Juna membuat gurauan agar tidak canggung satu sama lain. Juna sangat mengemas hal itu dengan baik, tanpa membuat Juli risih karena didekati dan mengobrol dengan Juna.
Laki-laki ini memang sedang menyukai Juli semenjak pertama kali perempuan itu memasuki kelas dan memperkenalkan diri. Wajah Juli
membuat laki-laki terpesona kepadanya termasuk Juna apalagi ketika tahu gadis itu berperilaku sangat baik."Itu bis gua udah dateng, duluan ya," ucap Juli melangkah duluan kedepan
menaiki bis tersebut ketika kendaraan yang cukup panjang itu berhenti dihadapannya. Juna tidak membalas jawaban Juli, melainkan dirinya ikut menaiki bis tersebut. Lalu mengambil tempat duduk disamping Juli."Loh Juna kok lo naik bis ini? Bukannya ini ga searah rumah lo?" ucap Juli, tadi Juna sempat memberitahu daerah rumahnya begitupun Juli.
"Hmm.. gua mau ke suatu tempat, jadi naik ini," bohong Juna, laki-laki
itu menaiki bis ini karena ingin bersama Juli."Oh,"
Seseorang memperhatikan Juna dan Juli dari kejauhan semenjak mereka mengobrol bersama di halte hingga duduk bersampingan di dalam bis. "Udah jalan, Pak," ucapnya menjatuhkan badannya ke kursi mobil tersebut. Sopir tersebut menjalankan mobilnya sambil memperhatikan dari kaca dalam mobil tersebut. "Ada apa, Tuan? Apa anda memerlukan sesuatu?" tanyanya.
"Jangan terus bersamanya." ucap Tuannya dalam hati.
"Ah, tidak." ucapnya.
👑💫
"Ibu, ada yang perlu dibantu?" tanya Juli yang sudah mengganti seragam sekolahnya dengan kaus berwarna hitam dengan lengan pendek, ia memeluk ibunya dari belakang yang kini sedang menjaga di kasir. Pembeli hari ini cukup ramai."Tidak, kau baru pulang?" ucap Ibunya lalu memilih untuk duduk karena belum ada pembeli yang harus dia layani. Juli mengangguk dan ikut duduk disamping Ibunya.
"Apa tangan Ibu pegal? Sini ku urut,"
Juli memberikan pijatan di tangan kanan Ibunya dari lengannya sampai
jari-jari tangan yang sudah sedikit berkeriput, "Kenapa tanganmu?"
tanya Ibu Juli melihat punggung tangannya di plester, "Ah, ini tergores,""Kenapa bisa?"
"Kena rak besi," ucap Juli kepada Ibunya.
"Apa plester ini dari sekolahmu? Tidak pernah Ibu liat plester seperti
ini. Apa plester ini mahal? Kan sekolahmu sangat elit, kemungkinan
barang-barangnya juga elit salah satunya plester ini, wahhh," ucap Ibunya yang membuat Juli membulatkan matanya melihat tingkah laku Ibunya itu. "Bagaimana bisa Ibu mengatakan ini barang elit? Ini hanya plester biasa, Ibu,""Kau tahu dari mana? Memangnya ini dari mana?" tanya Ibunya.
Juli diam.
"Dari mana?" tanya Ibunya kembali.
Juli menggigit bibirnya, "Dari Ro,-"
Tiinnggg!!
Suara lonceng pintu terdengar menandakan seseorang memasuki tempat makan tersebut, Ibu Juli langsung sigap menghampiri meja kasirnya, "Selamat sore, ingin memesan apa?"Juli menghembuskan nafasnya lega. Tidak mungkin ia beritahu plester
itu dari seorang laki-laki, akan banyak pertanyaan yang dilontarkan Ibunya. Ia memandangi plester yang menutupi lukanya. "Cepat sembuh," ucapnya mengelus plester tersebut, entah ia mengatakan itu untuk luka yang ada dibalik plester atau untuk yang memberikan plester kepadanya karena orang itu juga sedang terluka.

KAMU SEDANG MEMBACA
R & J
Teen FictionRomeo Alianta Esgaskar, seorang anak laki-laki muda yang sangat beruntung karena terlahir sebagai anak CEO kaya yang sangat terkenal. Romeo nama panggilannya itu juga tidak kalah terkenal dengan orang tuanya, 'pangeran' itulah sebutan yang diberikan...