Tigabelas // Air Mata

388 51 15
                                    

"Kalian berlima," panggil Viny. Mata mereka semua tertuju pada Viny yang hendak mengatakan sesuatu.

"Kalian yang mati di sekolah waktu mau nyelamatin seseorang, kan?"

Shani yang tengah berjalan berdampingan dengan Viny terus terdiam saat mengingat penjelasan Viny tadi.

Dalam genggamannya, Shani sesekali melirik tangannya yang terus digenggam oleh Viny. Hembusan nafas kasar keluar begitu saja.

" Itulah kenapa kalian harus ketemu," ucap Yona. Kini, gadis itu berdiri di hadapan Viny juga Shani untuk menjelaskan sesuatu. "Dari tadi, Shani dituntun ke sini sama Nadse juga Gracia. Tapi, apa lo bisa lihat sekitar lo?" tanya Yona.

Shani jelas saja menggelengkan kepalanya. Memang sejak tadi dia tidak bisa melihat sekitarnya. Yang dia lihat hanya sebuah tempat gelap dan gelap. Semuanya sama.

" Begitu juga sama Viny.." sambung Melody.

" Tadi dia hampir ketauan sama Jinan. Untungnya kita bertiga yang kebetulan lagi cari Viny, liat Viny lagi berusaha kabur," lanjut ucap Melody. "Posisinya sama, kamu.. Gak bisa lihat sekitar. Yang kamu lihat cuma ruangan gelap,"

Mereka berdua mengangguk mengerti. Viny dan Shani pun saling pandang. Seolah tengah menyalurkan sesuatu. Suatu hal yang tidak bisa mereka jelaskan.

"Sebenernya, Jinan itu siapa?" tanya Shani.

"Dia orang yang paling dipercaya Yori," ucap Lidya.

"Betul. Dia juga punya kemampuan yang kuat. Makanya, Yori bener-bener percayain semuanya sama dia. Kalau kalian ketemu sama dia, hati-hati.." jelas Nadse.

Viny berkerut bingung. "Menurut gue, dia gak begitu kuat. Gue sama Shani pernah ketemu sama dia di rooftop sekolah.." Nadse yang mendengar itu menghembuskan napas kasar. Dia kemudian menatap Gracia. "Itu dunia kalian. Ini dunia mereka. Jangan pernah main-main sama mereka,"

Brak!

Tatapan mereka semua tertuju pada sebuah suara. Suara itu berasal dari pintu yang dapat Viny lihat. Di luar sana nampak ada seseorang yang tengah baku hantam. Karena Shani bisa merasakan aura mereka semua dari  dalam sana.

Shani pun menggengam tangan Viny.

Benar saja!

Shani dapat melihat asap berwarna hitam dari sela-sela bawah pintu. Dia pun mengalihkan pandangannya pada mereka berlima yang sudah beranjak bangun.

"Biar kita yang urus. Kalian pergi ke tempat Yori, cepet!"

"Lewat pintu belakang sana!"

Kini, mereka berdua sedang menuju ke tempat Yori untuk mengakhiri semua yang telah terjadi. Mereka berdua tidak melepaskan genggaman tangan mereka  begitu saja. Karena, genggaman itu dapat membantu mereka melihat ruangan ini.

Jika di deskripsikan, ruangan ini bukan seperti yang kita pikirkan. Bukan seperti labyrinth atau tempat-tempat menyusahkan lainnya. Tempat ini mirip seperti lorong sekolah mereka. Namun, bedanya tidak ada lapangan dan ruang kelas bagian atas.

"Kamu capek?" tanya Viny saat Shani tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Shani tidak menggubris pertanyaan Viny. Dia terus menatap ke depan sana. Jalanan yang tidak ada ujungnya.

"Indira.. Kenapa?"

"Kak Viny,"

Detik berikutnya bola asap hitam terbang begitu cepat mengarah pada Viny. Segera Shani membiarkan asap biru miliknya keluar, kemudian memeluk Viny dengan erat. Membuat tameng di belakang punggungnya. Saat bola asap itu menghantam tameng di punggungnya, Shani memejamkan matanya. Dia mengeratkan pelukannya pada Viny.

Enigma // [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang