Empatbelas // Tebak~

305 50 13
                                    

Viny terus menundukan kepalanya. Kedua tangannya mengepal kuat. Sesekali dia memukulnya ke lantai. Meluapkan semua amarah yang tidak bisa dia salurkan. Tangan kananya terangkat perlahan.

Walaupun Viny sudah memiliki lingkaran berwarna ungu dijari manisnya dengan cukup lama, dia masih belum mengerti apa fungsi dari lingkaran tersebut.

Dia pun mengepalkan tangannya kuat. Dalam hitungan detik, semua benda yang ada di sekitar Viny hancur lebur. Shania yang berada tidak jauh dari Viny pun terkejut. Veranda mundur beberapa langkah. Sedangkan Shani, dia hanya terdiam melihat hal yang baru saja terjadi.

"Viny.." panggil Shania.

Viny tidak menoleh. Perlahan dia bangkit. Asap ungu miliknya terlihat cukup tebal. Raut wajah Shani seketika berubah saat merasakan aura Viny. Dia terlihat sangat shock. Viny benar-benar mengejutkannya.

Segera Viny menghilangkan tubuhnya. Tak lama kemudian, dia menarik tubuh mungil Yori menggunakan asap miliknya. Mengikatnya dengan kencang. Dia kemudian melayangkan tubuh Yori ke atas, melemparnya ke arah dinding yang di sana terdapat sebuah gantungan dengan ujung runcing.

Namun, semua itu tidak membuat amarah Viny tersalurkan. Karena saat itu, tubuh Yori tiba-tiba saja menghilang. Gadis mungil itu kembali berdiri dibelakang tubuh Shani.

"Jangan emosi, Kak Viny~"

Viny mulai berdiri disamping Shania. Dia menggenggam tangan Shania kuat.

"Harusnya Kak Viny tuh berterimakasih sama aku, karena Kak Viny aku pertemukan lagi sama Tante Shania dan Om Boby.." Yori berjalan pelan mendekati Veranda yang sedang bersandar pada dinding. "Keluarga aku juga berkumpul kok. Tuh liat, ada Mama Veranda, Papa Keenan dan Kakak aku tersayang," Yori tersenyum penuh arti saat tatap matanya berhenti tepat pada Shani.

"Kakak?"

"Ah~ Kak Viny gak tau ya kalau ternyata aku ini diangkat sama keluarga Higuno sebagai seorang anak?" Yori tersenyum lebar.

Manik mata Yori perlahan membawanya pada Christy. Dari jarak yang cukup jauh, Yori merentangkan tangannya. Dia membuka telapak tangannya. Asap merah miliknya tersebar, masuk ke dalam tubuh Christy.

Perlahan, Christy membuka matanya. Tubuhnya langsung memberontak kala mendapatkan sentuhan dari asap merah milik Yori.

Christy meringis pelan. Dia berusaha menahan sesuatu yang membuat tubuhnya merasa sedang dicabik-cabik. Christy pun beranjak bangun. Gadis mungil itu berjalan tertatih mendekati Viny, Shania juga Boby.

Namun, tiba-tiba saja tubuhnya kembali terlempar ke atas. Menghantam langit-langit ruangan tersebut. Viny memejamkam matanya enggan melihat kejadian dihadapannya.

"Kak Viny.."

Christy terus berjalan mendekati keluarganya. Dia jelas membutuhkan banyak perjuangan untuk mendekati keluarganya, walaupun jaraknya tidak begitu jauh. Yori tidak akan mempermudah apapun.

Melihat Christy yang terus memaksakan langkahnya, Viny menghela napas kasar. Tangannya yang menggenggam Shania perlahan terlepas.

"Kamu mau ngapain?!" tanya Shania begitu panik saat Viny menjaga jarak dengannya.

Langkahnya membawa dirinya berada ditengah ruangan. Yori yang melihat itu tersenyum miring.

Tatap mata Viny mengitari sekitar. Kemudian dia hentikan pada Christy dan Shani yang sudah dilumuri darah dibeberapa bagian tubuhnya.

Viny merasa ngilu melihatnya. Dia pun memberanikan diri untuk menatap gadis kecil tidak beradab seperti Yori.

"Bunuh aku kalau itu bisa menyelesaikan semuanya," dingin Viny.

"Mungkin..." Yori berjalan mendekati Viny. Dia kemudian berdiri dihadapan Viny. Sedikit mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Viny yang cukup menggemaskan baginya.

"... Tapi, kalo aku bunuh Kak Viny, akan ada banyak orang yang merasa kehilangan. Ada dia, dia, dan dia," tunjuk Yori pada Christy, Shani kemudian pada Shania. "Cuma tiga orang kok yang akan ngerasa kehilangan kalau Kak Viny aku bunuh," lanjut ucap Yori.

Viny mengerutkan keningnya bingung. Dia tersadar bahwa di sini keluarganya sedang berkumpul. Lantas, apa yang terjadi pada Boby?

Seketika Viny menyadari sesuatu.

Segera dia berbalik, menoleh ke arah tempat dimana Boby berada. Viny terkejut saat dia melihat tubuh Boby sudah melayang. Dia tahu betul apa yang akan dilakukan oleh Yori pada Ayah kesayangannya itu. Yori tidak akan membiarkan siapapun hidup dengan aman dan damai.

"Papah!"

Viny pun berlari, mencoba mendekati Boby namun tubuhnya terpental jauh. Dia tidak tinggal diam, kembali Viny berlari, tapi tiba-tiba saja sebuah pisau melayang mengarah padanya. Mengiris bagian pundaknya sedikit, membuat baju yang dipakainya robek.

Viny memejamkan matanya. Bola matanya berubah menjadi ungu, kemudian dia menghilang dan berdiri tepat dibawah Boby.

Srt—

"Kak Viny gak bisa kemana-mana," ucap Yori yang sudah berada dibelakang Viny.

Sebuah tangan tiba-tiba saja melingkar diperut Viny. Tangan mungil milik seorang Christy. Viny yang melihat itu tersenyum tipis kemudian mengusap lembut tangan Christy.

Viny pun melepaskan tangan Christy, berbalik menatap lembut wajah Christy yang terlihat cukup pucat.

"Kamu aman sama Kakak.." ucap Viny. Dia kemudian menarik Christy masuk ke dalam dekapannya.

Tidak berlangsung lama, Viny mundur beberapa langkah. Pinggangnya terasa sangat perih. Dia pun memegangnya pelan, darah pun mengalir begitu saja.

Tatap matanya pun mengarah pada sosok Christy yang berada dihadapannya, tapi bukannya Christy yang dia lihat, melainkan sosok Yori yang sangat dia benci.

Gadis mungil itu tersenyum tipis. Ditangannya terdapat sebuah pisau kecil yang tidak begitu terlihat. Viny tersenyum kecut.

"Aku ngerti sekarang.." ucap Viny.

Tangannya dikepuli asap berwarna ungu, kemudian Viny mengarahkannya pada luka dipinggangnya. Luka itu perlahan tertutup.

Viny beranjak bangun kemudian berdiri tegap. Dia memiringkan kepalanya menatap Yori. Gadis mungil dihadapannya benar-benar merepotkannya.

Dan Viny merasa terselamatlam karena dia sadar akan sesuatu. Dia juga mulai mengingat tentang kemampuan lingkaran dijari manisnya itu. Viny mulai bisa menggunakannya.

"Gimana caranya aku bisa selesaiin ini?" tanya Viny. Dia berjalan mendekati Yori.

"Gimana ya.."

"Apa aku harus ngebunuh kamu?" tanya Viny lagi. Dia semakin mendekatkan dirinya pada Yori.

Yori mengangguk-anggukan kepalanya, seolah menyetujui ucapan Viny tadi, "Bisa aja," ucap Yori. Dia kemudian menyilangkan kedua tangannya, "Tapi untuk nyentuh aku aja Kak Viny gak bisa, jadi kemungkinan membunuh hanya 0,1%"

"Hmm, terus gimana?" tanya Viny.

Tak terasa dirinya sudah berdiri dihadapan Yori. Wajahnya sedikit tertunduk untuk melihat Yori yang tengah berpikir.

"Bunuh salah satu dari mereka semua maka aku akan hilang,"

"Siapa?" tanya Viny.





"Tebak saja~"



¢¢¢

Ada satu lagi. Publish hari ini atau besok?

Enigma // [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang