03. Clover and Clover

158 24 0
                                    

Siders jerawatan
.
.
.

Heyo! Are you ready?

Jeno sudah siap, how about you?

.
.
.
.

"Ayolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayolah... Clov.. lihat deh Jeno, dia sendirian disana.. orang tuanya lagi pergi keluar.."

Mama Clover berjongkok menyamakan tingginya pada anak perempuannya itu. Ia mencoba mengajak anaknya untuk menemani anak lelaki yang ada didalam ruangan sana. Anak lelaki itu nampak kesepian, dia terduduk dipinggiran ranjang rumah sakit ini.

Aku masih ragu sedari tadi-ah maksudnya sejak kemarin-kemarin. Lantas aku menyilang tangan ku didada. Aku menolak ajakan mama yang sangat memaksa itu.. Walaupun tidak menutup kemungkinan kalau aku ingin bermain dengannya juga.

"Nggak ah" tolakku.

Kami berada didepan ruangan anak lelaki itu. Pintu ruangan nya sedikit terbuka, jadi kami bisa melihat anak lelaki itu dari dalam sedang melakukan apa.

"Kamu yakin nih??" Rayu mama sembari menaik-turunkan alisnya.

Aku menghela nafas gusar, sebagai anak baik aku akan menuruti ajakan-ah paksaan mama ku ini. Rasanya menjengkelkan jika dia terus melakukan hal yang sama setiap harinya. Aku benar-benar muak.

"Fighting!" Bisik mama ditelinga anaknya ini.

Kemudian perempuan 35 tahunan itu pergi, berjalan mundur berlagak seperti seorang anak yang masih dibawah 12 tahun. Oh rasanya mama seperti seorang bocah yang sudah melahirkan seorang bocah.

Aku langsung melangkah dan membuka pintu menyelinap masuk dengan perlahan agar anak lelaki tersebut tidak mengetahuiku. Aku benar merutuki diri sendiri karena kebodohanmu sekarang.

1 langkah...

2 langkah...

3 langkah...

4 langkah...

Dan saat itupun aku mengeluarkan suara. Suara kaleng soda yang baru saja ku tendang. Dan ya!, Anak lelaki itu menoleh ke arah ku dengan sedikit terkejut.

"Siapa??!!" Teriak lelaki itu dengan alis nya yang menyatu.

Sedangkan aku? Hanya bisa tersenyum kuda menanggapi pertanyaan yang tidak santuy itu. Bukan hanya kebodohan ku sekarang, tapi juga kecerobohan yang harus ku rutuki sendiri.

Anak lelaki itu sudah turun dari ranjang nya. Mimik wajah yang penuh pertanyaan itu, dia menatap mata anak perempuan didepannya yang seenaknya masuk. Oh ayolah, seandainya dia tau tujuanku.

Aku berlari kecil kearahnya. Jarak kami hanya beberapa centi saja sekarang. Kemudian aku menjulurkan tangan untuk berjabatan tangan.

"A-aku..." Sungguh aku benar-benar ragu. Selontar katapun rasanya sulit diucapkan.

❲✓❳Clover HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang