Selembut Ikhlas || 05

2.1K 199 30
                                    

°°°

"Semua sudah diatur sama Allah. Sekuat apapun kita berusaha, tapi kalau kata Allah tidak, ya itu semua tidak akan terjadi."

°°Selembut Ikhlas°°

°°°

Satu bulan ke depan, Gemi mendapat tugas di kantor cabang yang berada di luar kota. Setidaknya, aku aman untuk sekarang. Aku bisa menenangkan pikiranku sejenak.

Suasana kantor juga sedang tidak begitu sibuk. Hanya mengerjakan beberapa pembukuan yang jatuh deadline pada akhir bulan nanti. Masih ada sekitar tiga pekan lagi menuju deadline.

Pak Bagus juga sedang tidak dalam mode pms hari pertama. Beberapa hari ini beliau sangat santai dan humble pada karyawannya. Aku berharap bahwa sikap beliau tetap seperti itu sampai nanti.

"Fi, doain Kak Rizki, ya," kata Fillah yang sudah berada di depan kubikelku.

Aku mengernyit. "Emang Kakak kamu kenapa?" tanyaku heran. Rizki alias Bang Iki ini adalah Kakak dari Fillah.

"Kak Iki mau ngelamar anak gadis orang."

Mataku membola. Wah, berita hot ini mah. "Serius?! Yah, stok cogan saleh berkurang satu, dong."

Fillah terkekeh mendengar ucapanku. "Serius. Iya, doakan aja biar semuanya lancar."

Aku mengangguk semangat. "Pasti. Kamu ikut lamarannya nanti?"

"Nggak. Dia minta diantar sama Abang sepupu."

"Siapa?"

"Bang Hijri."

Aku mengangguk paham. "Ada Mas Ganteng juga ternyata," gumamku yang masih terdengar oleh Fillah.

Keluarganya Fillah itu good looking semua. Yang perempuan pada cantik dan bisa masak. Apalagi cuma masak mie instan doang, kecil itu mah. Terus yang lelaki pada ganteng semua. Mirip Oppa versi lokal. Pada bisa masak juga lagi. Untung luar dalam itu mah.

"Perempuannya siapa emang, La?" tanyaku penasaran.

"Temannya saat kuliah di ITB dulu." Aku mengangguk mengerti.

- s e l e m b u t i k h l a s -

Pulang kerja, aku langsung menculik Fillah untuk pergi ke mall sebentar. Refreshing sebentar nggak salah, kan?

"La, makan, yuk. Laper, nih," kataku.

Fillah untungnya hari ini nurut banget. Tidak rewel. Saat aku tanya alasannya, dia jawab "Daripada di rumah, yang ada aku penasaran terus sama jawaban dari khitbahnya Kak Rizki. Mending pergi sama kamu." Begitu, dan aku senang dong, ada teman haha-hihi.

Sambil menunggu pesanan datang, aku dan Fillah duduk di sebuah meja yang kosong. Saat kita sedang mengobrol, aku mendengar seorang lelaki tengah berbicara 'katakan peta', tetapi telinganya disumpal oleh ear-phone.

"Lagi nonton kartun si Dora kayaknya," ujarku pada Fillah karena mendengar suara lelaki itu. Fillah mengangguk setuju.

"Katakan Peta!" seru lelaki itu.

Dengan iseng, aku mengikutinya dengan mengisi suara dora. "Lebih keras," sahutku.

"Katakan Peta!"

"Sekali lagi."

"KATAKAN PETA!! Dora budek banget, gila."

Sontak aku dan Fillah tertawa saat mendengar ucapan terakhir lelaki itu.

Selembut Ikhlas ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang