Byeongari 14 : Tulang Belikat

330 56 6
                                    

Biasanya pagi hari seperti ini Hari pasti sudah bangun dan dengan setengah mengantuk pergi ke dapur dan membuat santapan pagi untuk dirinya dan Sang Suami.
Biasanya juga, pagi hari seperti ini selalu terdengar suara nyaring Hari yang dengan kekuatan supernya membangunkan Byungchan dengan segala cara ketika laki-laki itu tidak juga beranjak dari ranjang nyaman mereka.
Biasanya waktu sarapan mereka diselipi senda gurau serta tawa renyah dari dua orang itu, sambil sesekali melempar guyonan, menggoda satu sama lain, saling menertawakan, saling ejek dan berakhir dengan Byungchan yg memberi kecupan sebelum mereka beraktifitas sehari-hari.

Ya, biasanya.

Tapi tidak hari ini.

Terhitung sejak 24 jam setelah mereka kehilangan. Maka, selama itulah Hari menjadi lebih pendiam dan emosional, tidak mau menyahuti jika ada yang memanggilnya. Jatuh sedalam-dalamnya penyesalan dan rasa bersalah. Bahkan suasana kamar rawatnya yang senyap dan tenang pun tidak bisa memberikan ketenangan pada benaknya.

Byungchan kembali setelah membeli sarapan di kantin rumah sakit, tangannya menenteng 2 bungkus makanan kesukaan Hari. Byungcham sadar betul Hari benar-benar terpuruk atas keadaan mereka. Tapi satu yang Hari hampir lupa, Byungchan sama terpuruknya seperti dirinya.

Tapi Byungchan memutuskan untuk tegar, jika dia ikut sedih berlarut-larut maka siapa yang akan menopang kerapuhan istrinya?

"Ri, maam yuk kan kemarin malem lo belum maam"
Byungchan tersenyum tipis, tangannya membuka container makanan yang tadi dibelinya. Byungchan pikir, makanan rumah sakit yang hambar menjadi penyebab istrinya tidak mau menyentuh makanan sejak kemarin jadi ia berinisiatif untuk membelikan makanan yang sekiranya akan disukai Istrinya.

"Gak laper chan" jawan Hari singkat, wanita itu menarik selimut dan berbaring membelakangi Byungchan.

"Ri, jangan gini ya sayang.. gue khawatir lo jadi sakit hm?"

Hari tidak bergeming, tapi samar-samar mulai terdengar isakan dari bibirnya dan getaran di bahunya yang rapuh. Byungchan menghela nafas, sejak kemarin Hari selalu seperti ini san hanya tenang bila Byungchan memeluknya sambil mengelus surainya.

"Sayang.." Byungchan menarik pelan bahu Hari sehingga menghadap ke arahnya yang tengah berdiri si samping ranjang rawat.

"Kok nangis lagi hm? Yok semangat yok sayang gak boleh nangis-nangis lagi tuh kasian udah belel banget sayangnya gue gak apa-apa sayang" Byungchan tersenyum sambil berusaha memeluk wanita itu.

"Gimana mau makan kalo setiap gue liat lo gue rasa gak pantes"

"Hush, gak boleh ngomong gitu Ri ayok kita move on aja ya sayang si adek juga gak bakalan seneng kalo mama nya nangisin dia terus"

"Tapi chan.."

"Ri, kita manusia enggak bisa menentang kuasa-Nya percaya deh Tuhan punya rencana yang lebih bagus buat kita ya sayang, gak ada yang nyalahin lo di sini kita bisa coba lagi nanti ya, mungkin adek cuman mampir sebentar buat ngasi tau kalo Mama sama Ayah nya adek orang tua yang kuat ayo kita move on Ri gak apa-apa sayang"

Hari makin kejer, semua kata-kata Byungchan seakan menjadi nyanyian yang membawa damai di hatinya. Sebenarnya Hari merasa bahwa Byungchan mendiami nya semenjak kemarin tapi setelah dipikir-pikir ia pun tidak serta merta meninggalkan Hari sendirian berjuang dengan gundahnya.

"Ri, just in case you forgot gue udah mengikat lo di tulang belikat gue Ri, semua yang lo rasain gue rasain juga semua sedih nya lo, semua nangis nya lo gue rasain gue tau kok gue juga belum bisa jadi yang terbaik buat lo. Tapi setidaknya gue mau coba berdiri kokoh buat bahagia lo dan keluarga kita nantinya dengan anak-anak kita nanti sampai kita menua bareng, Ri gue udah berjanji buat selalu jagain lo, nemenin lo di keadaan apapun janji gue pada Tuhan dan diri gue sendiri saat gue berusaha menjadikan  Hambanya menjadi milik gue. Kita udah janji bakalan selalu nemuin jalan pulang ke rumah kita, rumah gue yaitu lo jadi please kuat demi gue ya demi anak-anak kita nanti hm?"

Yailah chan itu istrinya jadi tambah nangis kan...

"Uchaan.. hiks maafin gue ya hiks maaf do i deserve you? Gue rasa gak berhak nerima baiknya lo hiks" Hari terisak.

"You deserve all the love sayang, percaya sama gue semuanya bakalan berlalu dan kita bisa kembali kayak awal please jadi tegar demi gue ya Ri, kalo lo gini gue sedih banget sampe mau mukulin orang rasanya"

"Makasi chan, dengan semua kekurangan gue makasi udah nemenin gue di sini makasi udah ngertiin gue banget selama ini lo satu-satunya orang yang bener-bener selalu ada di setiap momen hidup gue, gue sadar gue juga bukan manusia yang sempurna gue banyak salah sama lo, gue pun masih belajar buat memantaskan diri gue tolong chan.. jangan pernah nyerah sama gue ya?"

"Never"

Gimana gue mau nyerah kalo gue bahkan udah mengkultuskan lo di hati gue Ri? Bahkan gak ada yang bisa nyaingin even cuman seperempat diri lo di hati gue? Gak ada Ri. 

"Ri, lo tau betul gue sayang banget sama lo. I love you more than i love myself Ri gue gak akan menyerah gak ada niatan sedikitpun gak ada Ri"
"I love you sayang"

"Hiks, love y-you t-too" Hari membalas dengan sedikit teebata karena harus mengatus nafasnya yang terputus-putus akibat menangis. Byungchan tersenyum, memeluk mengusap dan mencium puncak kepala Hari dengan sayang. Ya, bucin.

Dengan begitu, pagi itu mereka mulai belajar dan pelan-pelan mengiklhaskan.

Menetaplah lebih lama
Dari matahari
Akan kekal semua bahagia
Dalam rangkum adanya rupamu

Dengan cerdiknya siasat kita
Kan larung semua perasaan yang jahat

Ikat aku di tulang belikatmu
Biar kurebah dan teduh
Sambil dengar ceritamu, ceritaku
Tentang bagaimana kutemukan
Rasi bintang di matamu
Agar aku tau kemana
Aku harus pulang

.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vote comment and like nya ya eperibadeehhh 🌟😭💜
Lupa mau bilang when you read this chapter i recommanded you to play song : Sal Priadi - Ikat Aku Di Tulang Belikatmu 😀👍

Byeongari ; Choi Byungchan [PAUSED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang