Nanda
Namun lama-kelamaan ia jengah, ada rasa sesak menghambatnya."Nan," panggil April
Fernanda tetap fokus pada soal-soal dihadapannya.
"Coba sini, ah! Liat tugas kamu." April menariknya kencang sampai alat tulis Fernanda ikut berserakan.
Fernanda terdiam, rasa sesaknya memuncak menjadi amarah.
"Gak pernah diajarin sopan santun ya di rumah?" sindir Fernanda
April, Vian dan Alin terkejut dengan apa yang mereka dengar.
"Aku kan udah panggilin kamu dari tadi, kamu nya yang ga dengar," bela April.
"Gak ngerasa bersalah ya, sudah mengganggu orang lain?"
Fernanda berdiri, tingginya yang menjulang mengintimidasi mereka.
Fernanda melirik ketiga temannya-- ralat --ketiga makhluk pengganggu.
"Ambil."
Satu kata itu mampu membuat ketiganya bergidik.
"M-maksudnya?" Alin memberanikan diri menatap Fernanda
"Selain gapunya sopan santun ternyata otak kalian gak digunakan dengan baik, ya? Gue bilang ambil!"
Vian tidak tahan dengan perilaku Fernanda yang mendadak berubah, "Lo kenapa sih? Kalau gamau ngasih liat ya bilang gaperlu gini caranya!"
Fernanda tersenyum miring, rasa ini, rasa yg sudah lama ia kubur dalam dalam.
_*Brak*_
Bangku yang semula di duduki Vian melayang kearah pintu, menimbulkan suara gaduh.
Hanya dengan tendangan kaki kiri..
Siswa siswi yang sudah ada dikelas berteriak ketakutan, beberapa mengambil video, beberapa melapor keluar.
"Astaga, jadi gini rasanya? Cih-"
Fernanda berjalan sambil memojokkan Vian, sedangkan April dan Alin? Mereka sudah melapor terlebih dahulu, cih- dasar culun.
"Lo tau kenapa gue gapunya teman?"
Vian berhenti melangkah mundur, tepatnya terpaksa berhenti. Ia berhasil terpojokkan.
"Yup, karena gue pembully. Dan berani-beraninya kalian manfaatin gue?"
"ADA APA INI? KENAPA KELAS INI BERANTAKAN?"
Bu Nia selaku wali kelas berteriak lantang.
Dan dengan santainya Fernanda berkata, "Iya bu, tadi Vian, April, sama Alin mau nyontek tugas Nanda. Nanda gamau, makanya jadi gini."
___dewi a & ratnadewi__
Gadis tomboy itu, dengan tenang mengerjakan PR Matematikanya.
Meskipun waktunya masih lama, yaitu lima hari tapi Fernanda lebih memilih mengerjakan sekarang. Baginya menunda-nunda waktu itu tidak baik dan mungkin, bisa mengacaukan semua jadwal yang telah dia susun rapih.
Fernanda menghala nafas panjang, lalu menutup bukunya. Sebulan bersekolah di sini membuatnya lebih fokus pada prestasinya. Mengikuti setiap lomba yang diadakan di sekolah, mendapat peringkat satu di kelas, itulah kegiatannya selama ini.
Meskipun Fernanda lebih fokus pada pelajaran sekarang, dan seakan dia bersikap bodo amat terhadap pertemanannya, tapi meskipun begitu Fernanda masih ingin memiliki seorang teman. Namun, yang menjadi masalahnya sekarang, dia terlalu takut untuk memulai pertemanan itu dan bagaimana caranya. Fernanda takut, kejadian lalu kembali terulang.