Perjalanan panjang”
Oleh : Kelompok 8“Seluruh siswa kelas 11 menuju ke lapangan segera terima kasih.”
Begitulah bunyi bel pemberitahuan dari Pak Bambang selaku kepala sekolah di SMA Garuda. Jadi, sekolah kami mengadakan studytour ke wisata pendakian Gunung Lawu Karang anyar, Jawa tengah. Sebenarnya banyak siswa yang tidak setuju tempat studytour kita tahun ini. Mengingat pendakian bukanlah suatu hal yang mudah, ditambah lagi cuaca yang kadang tidak menentu.
“Jadi kalian bisa melihat bus yang akan kalian tempati satu hari ke depan di mading. Untuk OSIS dan dewan guru sudah saya pisahkan dengan Siswa-siswi. Saya harap nanti di sana kalian enjoy, yang paling penting menjaga etika atau sopan santun ya murid-muridku tercinta,” tutur pak Bambang.
Semua siswa-siswi sangat bersemangat terutama bagian pemilihan bus. “Silakan,” titah pak Bambang. Dengan semangat 45, siswa kelas 11 berjalan menuju mading.
Ali POV
Perkenalkan nama gua Ali, gua ketua OSIS di sini. Gua punya sahabat dari kecil yang selalu menemani suka duka, mensupport apa pun yang gua pilih. Mereka nggak mengekang gua, kalau kata Gabriella 'kalau Allah meridhoi jalani, kalau Allah melarang jangan putus asa.’ Kata-kata itu selalu terngiang-ngiang diotak gua, sekaligus penyemangat. Sahabat gua Gabriella dan Intan, gua lebih suka sifat Gabriella yang dewasa daripada Intan yang childish.
Studytour tahun ini gua kecewa banget, kenapa? Lokasi kita terbilang ekstrem dan angker. Selagi kita jaga sopan-santun pasti selamat. Tapi entah kenapa sedikit gelisah tentang acara studytour, sebelum berangkat malamnya gua tahajud meminta pertolongan, keselamatan ke gusti Allah. Semoga Acara Studytour kami lancar, amin.
“Make up sudah, Hoodie sudah, Tissa basah sudah, parfum sudah, Snack, power bank, earphone sudah. Yes lengkap! Oke saatnya naik bus! Brem brem!” ucap Intan seraya mengabsen seluruh bawaannya.
Dari arah belakang tampak Ali dan Gabriella, kedua sejoli itu baru saja selesai rapat OSIS. Memang mereka bertiga termasuk OSIS tetapi bus Ali, Gabriella, Intan berbeda.
Suara mesin bus terdengar nyaring ditambah bau knalpot yang khas.
Perjalanan pun dimulai. Kami sangat bahagia ketika di perjalanan. Tetapi, kesenangan itu hanya sesaat. Kenapa? Karena setibanya kami di sana, kita semua sudah takut hanya dengan memandangnya. Pepohonan dan semak belukar semakin menambah suasana mencekam menuju perjalanan mendaki gunung. Namun kini, saking banyaknya siswa-siswi yang mendaki gunung membuat gunung tak lagi memiliki kesan yang menyeramkan.
"Ali asli, Aku takut banget. Ini seram banget loh," kata Intan.
“Iya benar. Tapi kita perginya bareng-bareng kok. Jadi jangan takut ya"
Sebelum mendaki, pak Bambang memulai pembukaannya seraya memberikan informasi.
"Alhamdulillah, kita semua sudah sampai dengan keadaan selamat. Di sini saya juga akan memberi tahu, jika satu kelompok dipimpin oleh satu guru, dan satu anggota OSIS. Untuk anggota OSIS yang bertugas membawa alat kesehatan silakan berdiri dipaling belakang barisan."
Kebetulan, anggota yang membawa alat kesehatan itu Ali, Intan, dan Gabriella. Jadi mereka berjalan setelah yang lain berjalan terlebih dahulu.
Karena kondisi semakin malam kami berencana istirahat di basecamp semalam dan besok paginya mulai mendaki. Malam itu udara terasa dingin seperti biasanya.
"Ayo siapa yang mau menunjukkan bakat nya?" tanya Bu Ani, guru seni budaya yang kebetulan ikut mendaki.
"Gabriella bisa nih Bu," tunjuk Intan
"Ih apaan sih tan, lu aja dulu baru gua!" Seru Gabriella tak mau.
"Oh ayo Gabriella silakan maju," sahut Bu Ani
Dengan malu-malu ia pun maju. Dan dia menyanyikan lagu All i ask- Adele. Semua bertepuk tangan. Memang karena suaranya sungguh bagus seperti penciptanya
"Terima kasih," kata Gabriella dengan malu.
"Selanjutnya siapa hayo!?" Kata Bu Ani dengan gaya bicara sedikit meledek.
"Ucup tuh Bu, katanya dia mau stand up comedy!" Seru Rian mengompor-ngompori.
HAHAHA
HAHAHAHA
Dan beberapa menit ketika Ucup di atas panggung, Ucup dapat membuat semua orang tertawa sampai terbahak-bahak. Guru pun ada yang menangis saking lucunya.
Setelah Ucup turun kami semua makan dan sedikit mengobrol ringan dengan teman-teman lain. Api unggun yang menyala pun mengantar mereka beristirahat.
***
Paginya kita memulai pendakian. Awalnya cukup menyenangkan, dengan saling bercanda gurau, menyanyi bersama seraya terus menanjak sampai tiba di jalur cemara sewu. Salah satu jalur pendakian favorit untuk mencapai Puncak Gunung Lawu adalah Cemara Sewu yang ada di Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Jalur ini berada tepat di samping jalan utama Karanganyar-Magetan. Hal itu membuat Basecamp Cemara Sewu mudah dijangkau.
Pendaki yang naik melalui jalur Cemara Sewu akan disuguhkan dengan panorama indah ke arah selatan berupa hamparan Bukit Mongkrang dan Lawu Selatan. Pemandangan itu bisa dinikmati menjelang tiba saatnya di Pos IV.
Baru di tengah perjalanan sudah banyak sekali yang mengeluh, maklum anak kota.
"Ali perut aku sakit banget." Kata salah satu siswa yang memang berada tidak jauh dari Ali, bisa juga ditambahkan bubuk caper, hihi.
"Apanya yang sakit?"
"Dari tadi nahan pipis," ucap gadis itu seraya tangannya menahan area perut.
"Aduh gimana sih? Tadi kan sudah ditawari siapa yang mau BAK atau BAB dulu. Kalau di sini sudah nggak boleh sembarangan loh pipisnya!" Tegas Ali memperingati semua murid, bukan hanya gadis itu saja.
“Memangnya kenapa Li?” Tanya Ucup ikut-ikutan.
“Pamali kalau kata orang Jawa!” Sahut Gabriella, Ali mengangguk singkat.
“Oh,” paham Ucup.
“Terus kenapa kalau pamali?” Tanya Ucup penasaran lagi dan lagi.
“Aduh berisik kamu Cup! Udah tutup mulut aja!” Ketus Josh, yang ditatap tak suka oleh Ucup.
“Udah Cup, pokoknya nggak ada yang boleh melanggar kalau nggak mau celaka!” Terang Gabriella yang diangguki anak-anak kelas 11.
Sama seperti di lingkungan masyarakat pada umumnya, buang air kecil di gunung juga ada adabnya. Kita tidak boleh asal membuang hajat kita sembarangan. Gunung adalah milik bersama. Milik para pendaki dan milik para makhluk hidup lain. Untuk itu perhatikan tempat-tempat di mana kamu hendak buang air kecil.
"Aduh Ali! Aku udah nggak tahan serius! Apa nggak ada botol?"
"Eitss, itu malah pantangan bagi kita"
Sering sekali ditemukan botol Aqua berisi air kencing yang tergeletak begitu saja di gunung. Ini adalah tindakan sangat tidak terpuji. Jangan terbalik. Membuang air seni di dalam botol tidak ada manfaatnya sama sekali. Mungkin kamu sepintas berpikiran membuang air di botol lebih simpel dan aman. Tapi itu justru pemikiran yang salah. Botol kosong bisa dimanfaatkan untuk air bersih. Lantas memasukkan air seni ke dalam botol tujuannya apa? kemudian dibuang begitu saja, itu maksudnya apa? Apakah supaya pendaki lain mengambil lalu meminumnya? Jelas dosa besar bagi seorang pendaki.
"Lebih baik cari tempat yang berjauhan dari jalur pendakian atau tempat camping. Kamu bisa buang air kecil di semak-semak atau di tanah atau di mana pun asal tempat itu tidak dilewati pendaki lain dan bisa menyerap air seni kamu." kata Ali menasihati gadis lugu itu.
***
Kami terus naik dan akhirnya tiba di pos 4. Sambil beristirahat Intan mulai memainkan handphone miliknya. Dia sengaja mengabadikan momen kegiatan istirahat kita kali ini.
"Bagus banget nih cuacanya. Direkam pun kelihatan terang banget!" ucap Intan men-zoom salah satu foto yang ia ambil.
"Eh tunggu, ada yang aneh. Ini siapa ya bayangan hitam gitu. Kayak nenek-nenek!" Ucap Intan kembali, kali ini di dalam hati. Tapi dia tidak berani bercerita ke siapa pun. Karena memang jika melihat atau mengalami kejadian mistis, tidak boleh diceritakan. Boleh saja diceritakan, tetapi setelah sampai di rumah.
“Intan lo ngapain di sini? Ayo kita lanjut mendaki, tuh ditunggu Gabriella di pos 4!" Tutur Marsya Anak kelas sebelah.
"Ah nggak ngapa-ngapain kok, oke siap intan meluncur! Brem brem!" Jawab Intan sedikit gelisah.
“Haha kaya anak kecil aja!” Batin Marsya.
Tiba-tiba Intan mendapat bisikan misterius saat ingin kembali ke pos 4.
Intan
Intan
Intan
Intan sangat terkejut bukan main! Dia hanya bisa meneguk salivanya dengan rasa gusar, cepat-cepat berlari ke arah Gabriella. Dengan sangat cepat sampai ketika ia sampai nafasnya memburu.
“Lu kenapa Intan! Kaya habis dikejar setan aja!” Ledek Ucup.
Intan termenung, benar kata Ucup dirinya seperti habis dikejar setan. Jantung Intan semakin berdegup kencang, keringat nya mulai bercucuran.
Ali mulai menyadari keadaan. Dia yakin ada sesuatu yang tidak beres kali ini. Tapi dirinya bahkan tidak tahu menahu, jadi Ali memutuskan bungkam.
Waktu semakin sore, dan malam pun datang kembali. Karena belum sampai puncak kita pun membuka tenda di daerah pos 5. Memang area ini sebenarnya dilarang untuk dibuat kemah. Tetapi karena tidak mungkin melanjutkan perjalanan, kita memutuskan untuk kemah di sini.
Ali satu tenda dengan anak kelasnya yang tadi ikut serta organisasi OSIS, namanya Didi dan Risky temannya. Juga temannya Ali, Rey, Tio, dan Mahesa. Kami mengobrol tidak jelas untuk mengisi keheningan. Sambil menyedu kopi dan berbincang hangat.
"Iya.. Itu si Siska mantan gua, yang gua baperin tapi nggak gua tembak Haha." kata Rey diakhiri gelak tawa khasnya.
"Duh jahat banget lu, ati-ati dah karma!"
"Mane ada... Dia aja ke baperan! Gue mah biasa aja Haha!"
"Gue ingati aja, ati-ati lu dijahatinya Siska atau nyai gendit yang konon katanya adalah penghuni gunung ini!" Ucap mahesa menakut-nakuti.
"Mana bisa dia jahatin gua! lu kira setan sini bisa jahatin orang Haha!" Hina Rey tak menjaga ucapannya.
"Apaan sih omongan lu nggak bisa dijaga banget!" Murka Ali.
"Haha baperan amat lu! santai aja kali," balas Rey santai.
Tiba-tiba resleting tenda terbuka, bunyi nya sangat terdengar jelas. Mereka pun terbungkam seketika.
Srett srett
"He siapa yang buka! Jangan-jangan nyai gen-“ ucap Tik terpotong ketika tangan Ali berusaha membungkam mulutnya.
"Buka sana Rey! Katanya lu nggak takut kan?" Sindir Didi yang mendapat senyum semirk dari Rey.
"Ck!” Decak Rey malas.
Pada saat Rey membuka tenda, di luar sangat sunyi bahkan seperti tidak ada kehidupan.
"Mana? Gak ada orang cuy!" Seru Rey dengan lagak berani.
"Ah paling ada yang iseng!" Kata Ali berusaha mencairkan suasana.
"Ya udah Haha!"
Srett srett
Rey kembali menutup pintu tenda. Tetapi ketika Rey membalikkan badan resleting itu kembali terbuka setengah.
Sontak membuat anak tenda Ali gusar, dengan rasa takut Rey membalikkan badan
“nggak ada siapa-siapa lagi! Sialan siapa sih yang berani ganggu kita!” Kata Rey yang mulai naik pitam.
"Jaga mulutmu Mr. Reynald!” Tegas Ali mulai terbawa suasana.
Srett srett
Resleting itu bahkan terbuka lagi, sontak emosi Rey memuncak.
Dan saat Rey yang membuka. Dia melihat seorang perempuan dengan baju berwarna merah terangnya. Ralat, bukan hanya baju tetapi seluruh badannya ditambah lagi bau amis yang khas dari darah.
"Hati-hati dengan ucapan kamu. Saya bisa saja langsung membuatmu mati di sini!" Ucap setan itu serak dan penuh penekanan.
Setelah mengucapkan itu sang wanita menghilang tertiup angin, dan Rey diam secara mendadak.
"Jangan diulangi lagi ya Rey! Nyawa lu taruhannya bos!" Kata Ali menasihati.
Kebanyakan gunung di Indonesia, merupakan kawasan yang dipercaya sebagai tempat keramat. Kearifan masyarakat sekitar sebenarnya bermanfaat untuk menjaga gunung tetap lestari dan mengajarkan bagaimana kita menghargai alam.
Salah satu bentuk kearifan lokal yang masih sering disepelekan para pendaki adalah larangan berkata kotor ketika berada di gunung.
***
Semakin banyak kejadian mistis yang Ali ketahui. Seperti tadi, sehabis Shalat subuh, Ali diceritakan bahwa, Riri teman satu tenda Intan kemarin malam kesurupan.
Kondisi Riri saat itu lagi datang bulan. Dan dia membuang pembalutnya sembarang, membuat penunggu Gunung Lawu marah besar. Tidak lama cerita itu selesai, kabar bahwa Gabriella kesurupan. Kami semua pun kaget.
"Ali tolong sekarang kita ke tendanya Gabriella!" Titah pak Bambang memberikan instruksi.
"Oke baik pak!"
Sebelum tibanya di tenda Gabriella, Ali sudah lebih dulu mendengar jeritan-jeritan Gabriella ditambah lagi siswi yang berlari bertolak belakang dengan arah Ali.
"Kalian mengganggu tempat saya. Kalian merusak dan mencemari tempat saya, akan saya bunuh kalian semua! Hihihi!"
Salah satu sosok, yang kesal karena tempatnya dijadikan area mendirikan tenda. Karena yang sudah diketahui di pos ini memang tidak boleh ditempati.
"Maaf sebelumnya mbah. Kami tidak ada niatan sengaja mendirikan tenda di sini. Ini karena keadaan mendesak. Dan maaf sekali bila kami semua berbuat semena-mena kepada mbah, kami akan segera pergi mbah, ngampurane nggih mbah." Kata pak Asep kepada arwah yang ada ditubuh Gabriella.
Setelah mengatakan itu, kami semua membacakan doa untuk mengusir arwah itu.
“ARGHH HENTIKAN! PANAS PANAS ARGH!”
Brukk
Tubuh Gabriella terjatuh menghantam tanah, pertanda sosok itu sudah kembali ke asalnya. Setelah arwah itu sudah keluar, kami menunggu Riri dan Gabriella pulih dan segera melanjutkan perjalanan ke puncak.
***
Tadinya kita berpikir tidak akan ke puncak. Karena setelah kejadian itu semua orang ketakutan. Tetapi karena beberapa orang sangat ingin mencapai puncak, maka pak Bambang menyemangati semuanya dan akhirnya semuanya setuju menuju puncak.
Melupakan semua masalah yang sudah terjadi kami mulai naik menuju puncak. Dengan senandung riang kita mendaki. Oh iya sebenarnya puncak adalah tujuan kami berlibur kesini tetapi mungkin ambisi yang bikin Kamu harus banget menggapai puncak . Tapi percaya deh, seiring Kamu tambah sering mendaki, puncak bukan lagi segalanya. Sama kayak rasa penasaran Kamu waktu jatuh cinta, Kamu kepikiran si dia lagi ngapain, sama siapa, udah makan belum. Sama juga rasa penasaran Kamu ke puncak gunung. Seindah apa, seekstrem apa, menakjubkan apa. Dan ini belum bisa terjawab kalau Kamu belum sampai puncak.
Intinya sih, puncak itu memang penting tapi bukan segalanya. Masih ada banyak hal yang lebih membahagiakan dari sekadar puncak. Seperti melakukan hal gila bareng teman pendakian, masak-masak dan ngopi di gunung, atau justru menyendiri untuk mencari ketenangan. Safety first, itu lebih penting. Selalu ada cara untuk menjadi bahagia saat mendaki meski Kamu gagal mencapai puncak.
Kamu bisa melihat betapa eloknya pemandangan dari matahari terbit yang bisa membuat Anda berdecak kagum.