Cinta yang hilang
Part 1
Suara adzan berkumandang memenuhi pendengaranku. Aku mengucek mata ku sebentar untuk memperjelas perlihatanku. Sesekali aku menguap karena masih menahan rasa kantuk ini. Dirasa sudah cukup sadar ku coba untuk bangkit, berniat untuk mengambil air wudhu.
like your eyes you look away when you pretend not to care
Namun belum sempat aku bangkit, tiba tiba terdengar lagu I like you so much, you'll know it mengalun, menandakan ada telepon masuk. Aku ambil HPku, ku lihat siapa yang subuh subuh gini nelpon. Dan betapa terkejutnya aku melihat nama yang tertera di atas layar.
Future husband💛
Aku tersenyum melihat nama kontaknya. Itu dia yang buat, bukan aku. Aku terima telepon dia.
"Halo," sapa dia di seberang sana.
"Hmmm," gumamku.
"Kenapa malah hmmm hmmm hmmm? kaya Nisya Sabyan aja"
Aku cuma diam menanggapi candaan nya di pagi buta seperti ini.
"Kenapa diam by? Baru bangun ya?" tebak dia yang 100% benar banget.
"Iya," jawabku sambil nyengir yang sama sekali gak akan bisa dia lihat.
"Astaga. Pasti belum shalat kan?" lagi lagi tebakan dia benar banget._
"Ya udah sana, shalat dulu. Terus jangan lupa sarapan ya"
"Siap captain" balasku.
"Ya udah telepon nya aku tutup. See you baby. I love you"
"I love you too"
Tutt
Dia mematikan teleponnya. Aku tersenyum. Aku bangga punya dia. Dia selalu meneleponku di kala Subuh hanya untuk menanyakan apa aku sudah shalat atau belum. Begitu pula dengan waktu shalat yang lainnya.
Aku menggeleng. Aku sampai lupa mau shalat karena terlalu memuji dia. Aku pun bergegas pergi ke Kamar mandi. Dan segera menunaikan kewajibanku.
***
Hari minggu. Hari libur. Hari untuk bermalas-malasan. Seperti aku saat ini yang tengah rebahan di atas kasur. Dari tadi aku belum juga bangkit. Setelah shalat tadi, ku lanjutkan lagi tidurku. Dan beginilah akhirnya bermalas malasan.
Ku intip HP ku siapa tahu ada notif chat dari dia. Tapi sama sekali gak ada. Aku menghela nafas pasrah.
Tok tok
Ku buka pintu kamarku, dan nampaklah seorang wanita paruh baya kesayanganku.
"Ada apa, mah?" tanyaku pada Mamah.
"Di bawah ada nak Gibran"
"Terus?"
"Kamu samperin lah dek"
"Eh iya Mah"
Mamah pun turun ke bawah yang langsung ku ikuti. Ku lihat Gibran tengah duduk di sofa Ruang Keluarga. Ku hampiri dia.
"Udah lama?" tanya ku basa basi.
"Enggak kok," balas dia sambil tersenyum.
Aku cuma ngangguk doang. Ku lihat dia sambil menyodorkan kantong plastik berwarna putih.
"Ini apa?"
"Buka aja"
Ku ambil dan ku lihat apa isi dari kantong plastik itu. Dan ternyata isinya bubur ayam.