THE DRUG
BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH
Kata orang-orang Septian Bara Bramantyo adalah anak yang tampan, dengan kulit putih, rambut yang kecoklatan itu menambah ketampanan asli dalam dirinya, banyak para wanita yang mengagumi sosoknya itu. Mereka mudah terhipnotis akan ketampanan Bara. Ia terlahir dari sesosok pangeran yang sangat ia kagumi dan hormati, Daniel Bramantyo dia adalah ayahnya, dan sosok Malaikat tercantik menurutnya Renata Anindya, dialah ibunya. Memiliki 2 adik yang sangat Bara cintai dan sayangi, Galih Dika Bramantyo dan Anindya Nita Bramantyo.
Bara terlahir dari keluarga yang sempurna,keluarga yang penuh dengan kebahagiaan yang selalu mengiringi mereka. Terlahir dari keluarga kaya raya tak membuat Bara sombong, dia tetap menjadi anak yang sangat baik hati. Bara pun hanya menunjukan sifat asli seorang Bara ketika dia berada didalam rumah dan hanya dengan orang yang benar-benar telah ia percayai. Namun sisi terburuk dari bara bangkit, dikala itu seluruh keluarganya meninggal dalam kecelakaan yang merenggut semua kebahagiaan dalam diri Bara.
Bara menjadi anak yang pemurung disaat didalam rumah dan selalu menyembunyikan semua luka yang ada didalam dirinya pada saat berada diluar rumah. Bara pun menjadi sosok yang ambisius untuk membunuh dan membalaskan dendam pada siapapun yang telah merenggut nyawa seluruh keluarganya. Ia menjadi sosok yang sangat kejam dan dan tidak punya hati (psikopat).
Oleh : 1.Muhamad Khuzaini
2. Rachmat Rizqa Rusli
BAB II
KEJADIAN MEMILUKAN
"Ibu...," lirih amat lirih suara anak laki-laki itu. Tubuhnya sangat memilukan dengan berbagai macam luka yang mengiris hati. Bahkan yang melihat pemandangan ini tak kuasa menghentikan air mata yang turun dengan begitu derasnya.
Sekuat tenaga dia menyalurkan energi yang tersisa untuk menyelamatkan diri diantara puing yang hancur berantakan. Dengan pelupuk mata yang basah dengan air mata pandangan amat terasa kabur, namun ia tetap berusaha menyalurkan tenaganya.
"Bara....Baraa, kamu tak apa-apa, Sayang?".
Dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, namun naluri seorang ibu tak akan bisa ia hilangkan melihat satu-satunya anggota keluarga yang tinggal ia punyai. Meski dalan posisi yang amat memilukan dari balik kemudi ia berusaha menenangkan dirinya dan anaknya itu.
"Ibu ... Ini sangat sakit," dengan suara lemah yang keluar dari bibir lelaki itu. Tangannya sambil memegangi dahi yang penuh dengan darah segar terus mengalir dengan penuh sebuah harapan agar darah ini akan berhenti.
"Sabar, Sayang. Ibu akan berusaha sekuat tenaga Bara, menepilah terlebih dahulu Ibu akan berusaha mengeluarkan diri dari dalam mobil ini."
Menuruti perkataan wanita yang amat ia sayangi, seorang anak manis berambut sedikit coklat kehitam-hitaman itu dengan tertatih-tatih berusaha untuk terus merayap dan menepi. Sampailah ia di bahu jalan. Dengan nafas yang amat menderu ia menyenderkan dirinya di bahu jalan tersebut.