DJS❤

840 53 9
                                    


Beginilah hari-hari Haluna. Bersekolah, menuntut ilmu untuk masa depannya. Ia sangat ingin menjadi orang sukses, supaya kelak Rassya meminatinya.

"Pak Didi kenapa sih? Serem amat kayak guru botak yang di film Dari Jendela SMP itu," bisik Haluna pada Aneska sahabatnya.

"Husss!"

Memang benar, sedari tadi guru botak yang mirip guru di film Jendela SMP itu tidak memberikan materi apa-apa. Ia hanya berdiri dengan memperhatikan seluruh murid-murid di kelas yang jantungnya rasa mau copot.

"Baik anak-anak," ucapnya.

"Huhhhh." Haluna menghembuskan nafas lega seraya memegangi dadanya.

"Kamu ngapain megangin dada? Kamu terkejut dengan ketampanan saya?" tanya guru itu. Setiap ucapan ia iringu dengan mata bulatnya.

"Engg...enggak kok Pak,"

"Jadi anak-anak, berhubung pandemi ini belum juga berakhir. Pemerintah menganjurkan kita untuk tetap dirumah dan menjaga kesehatan. Oleh sebab itu, mulai besok sekolah kita diliburkan sampai pemberitahuan selanjutnya," ucap Pak Guru.

"Bapak pamit keluar, kalian boleh pulang setelah bell berbunyi," sambungnya, kemudian keluar dari kelas.

Semua siswa dan siswi di kelas berteriak gembira. Teriakan demi teriakan ricuh terdengar. Bahkan ada yang menari-nari di atas meja dan melompat-lompat.
Kecuali Haluna, ia tampak tak senang.

"Berisikkk!" teriaknya seraya menutup kedua telinganya.

"Lo kenapa Lun? Lo gak suka libur?" tanya Hana yang merupakan sahabat Haluna juga.

"Kalo gue libur, artinya gue gak sekolah. Kalo gue gak sekolah, artinya gue gak bisa belajar. Kalo gue gak belajar, gue bisa bodoh. Kalo gue bodoh, gue gak bisa sukses. Kalo gue gak sukses, gimana gue mau ketemu Rassya? Kalo gue gak ketemu Rassya, gimana dia mau sama gue? Oh yaampun, God. Pertemukanlah kami berdua!" jawab Haluna panjang lebar.

Aneska dan Hana saling memandang. Aneh sekali temannya ini.

"Eh Lun, lo itu keliling kota Medan aja belum pernah. Gak usah sok-sok mau pergi ke Jakarta dehh, ketemu Rassya," saran Aneska.

"Rumahnya di Depok!" jawab Haluna tak terima.

"Iya itu maksudnya,"

"Bener tuh kata Aneska. Mending lo kubur aja--"

"Kubur? Siapa yang mati? Hatersnya Rassya?" tanya Haluna terkejut.

"Maksud gue, lo kubur aja mimpi lo yang gak akan pernah terwujud itu," sambung Hana.

"Ihh Hana kok gitu sih. Dukung gue kek," ucap Haluna.

Tiba-tiba, bell pulang sekolah berbunyi. Mereka bertiha dan seluruh siswa-siswi merapikan peralatan sekolah mereka dan segera pulang.

||Rassya, Jakarta||

"Broo," panggil Alif. Alif adalah teman Rassya.

"Apaan?" tanya Rassya, masih fokus dengan ponsel miring didepannya.

"Foto yuk!" ajak Alif.

"Bentarr, gue lagi nge-gamee nihh!" jawab Rassya.

"Benar doang Syaa!" pinta Alif.

"Aaahhhh!" Rassya membanting ponselnya ke kasur.

"Lo ngapa dah?" tanya Alif.

"Gara-gara lo nih, kalah deh gue," jawab Rassya kesal.

"Nahh, bagus dong. Kalo gitu kita fotbar ya," ajak Alif.

"Ck!" Rassya berdecak kesal.

"Skuyyy!" Alif mengambil ponselnya.

"Gak usah pake Handphone loh. Pake kamera gue aja. Baru beli nih. Kalo pake Handphone loh ntar buriq kek epep," ucap Rassya.

"Dihh, sok amat lu!"

"Nohh, senyum tuh ngarah ke kaca!" perintah Rassya.

Alif pun tersenyum. Cisssss!!

"Mana-mana?" tanya Alif tak sabar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mana-mana?" tanya Alif tak sabar.

"Nihh!" Rassya menyodorkan kameranya.

"Njirr keren amatt! Kirim buruan, mau gue posting!" pinta Alif.

"Iyyaaa!"

Beberapa menit kemudian....

"Gue posting ya!" ucap Alif.

"Tag gue!" pinta Rassya.

"Ashiapp!"

Tuhh Ig Alif! Follow juga yee! Votee dong, semangatin author😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuhh Ig Alif! Follow juga yee!
Votee dong, semangatin author😍

About Rassya [Aku, kamu dan Mimpi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang