21. The truth?

12 1 0
                                    


Yang dimulmed gemesh bgt kan huhu😭🥺🥰

---

Dua orang didalam kamar temaram itu saling terdiam. Padahal dalam hatinya sedang menyusun kalimat untuk diutarakan.

Salah satu orang itu, Jimin. Dia duduk di sofa panjang mewah warna putih berbahan karet, menghadap kearah ranjang berjarak empat meteran. Bola matanya mengarah pada sesosok wanita yang duduk ditepi ranjang, ya wanita itu adalah Putri Carren. Anak dari Raja Carl. Raja di Cordist Kingdom. Raja yang tak tahu menahu soal keadilan, sepertinya.

Sang Putri menunduk sembari memainkan jari-jari nya. Jari itu harusnya lentik. Tapi seluruh penghuni kerajaan tahu, sangat tahu. Salah satu Putri mereka sangat lain. Dia cantik, tapi dia punya kekurangan. Ya, dia layaknya seorang autis. Dia tidak bisa anggun, dan dia seperti anak kecil. Putri cantik itu bahkan selalu menggigit gigit kecil kukunya yang harusnya lentik.

Carren sedang menyusun kalimat untuk menjawab pertanyaan Jimin yang sebelumnya mengenai anak berumur 7 tahun itu. Carren ingin sekali berbohong. Tapi dia tak bisa dan tak tega pada Jimin.

Melihat Carren yang gelisah. Jimin pun bertanya lagi untuk mepercepat waktu.

Jimin menegapkan badan lalu berdiri. Berjalan kearah Carren. Hingga sampai didepan sang Putri. Jimin berjongkok dengan menumpukan satu lututnya kelantai. Mendongak menatap Carren.

"Tatap aku Carren," perintah Jimin lembut.

Carren pun menatap Jimin pelan-pelan sepertinya dia takut. Pasalnya saat didepan anak itu dan sang Ayah atau Raja Carl, dia sudah berbohong dengan meng-iya-kan kalau anak itu adalah anaknya dan Jimin yang baru diperkenalkan pada Jimin.

"Aku tahu kau berbohong tadi siang, bukankan aku benar?" Alis Jimin terangkat sebelah saat menanyakan itu. Sementara dapat dilihat bagaimana Carren menelan ludah seolah terjebak oleh pertanyaan Jimin.

Carren mengangguk pelan dua kali.

"Anggukan untuk apa itu?" Jimin nampaknya sedang mempertanyakan kejelasan.

"Anak itu bukan anakku dan kau."

Jimin membuang napas lega setelah jawaban itu keluar dari mulut sang Putri.

"Baiklah aku sudah dengar. Sebenarnya aku sudah tahu kalau itu bukan anakku karena aku sudah bertanya kepada kakekmu," ucap Jimin sembari berdiri dan berjalan kearah jendela besar dengan tirai berlapis emas itu. Hidung mancung itu menghirup udara segar malam hari. Udara segar setelah hujan angin. Dan rintikan hujan pun masih ada dan terdengar menenangkan.

"Sudah kuduga kau kesana."

Mendengar itu, Jimin menoleh kebelakang.

"Kau pasti sangat tahu kakekmu. Hingga kau tidak bisa berbohong lagi padaku," ucap Jimin setelah menghadap kearah jendela.

Disini hujan, bagaimana disana. Di Seoul. Tempat Hyera berada? Batin Jimin terus teringat istrinya. Pasti perut itu sudah mulai membuncit lucu. Jimin ingin sekali melihatnya. Tapi dia terjebak disini. Jimin harus melakukan segala rencana yang ia susun rapi-rapi dalam otaknya. Dengan memanfaatkan segalanya yang ada, termasuk sifat atau perilaku seseorang yang buruk dan tentu saja akan menjadi boomerang untuk orang itu.

"Kau sungguh tak mempunyai ponsel?" Jimin bertanya dan masih dalam posisinya.

Carren yang mendengar itu pun menoleh kesamping, melihat pria itu masih menghadap jendela.

"Tidak," jawab Carren seadanya.

Jimin mengangguk mengerti. Dia tahu kalau itu adalah kebijakan Raja Carl yang ingin menutup rapat-rapat identitas putri Carren dari siapapun, terutama rakyatnya. Lantas tubuh gagah itu berbalik lalu berjalan kearah sofa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REAL HUNK [ PJM ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang