Ten

163 103 62
                                    

Warning typo bertebaran!!!!!

╔════ ≪ •❈• ≫ ════╗
ANGEL
╚════ ≪ •❈• ≫ ════╝

↬↬↬↬↬
Seorang lelaki sedang berjalan bolak-balik layaknya setrikaan yang sedang merapihkan baju agar terlihat rapih bila di pakai.

Lelaki itu terus bolak-balik di lorong rumah sakit yang sepi di karenakan hari sudah malam dan tidak ada jadwalnya orang untuk menjenguk pasien.

Bodoh bodoh bodoh seharusnya aku mengizinkannya semua ini pasti tidak akan terjadi.

Dengan rambut yang sudah berantakan, pakaian yang sudah kusut dan noda darah dimana-mana. Walaupun rumah sakit ini ber AC keringat terus mengucur di pelipisnya.

Sedari tadi lelaki itu hanya sendirian di lorong rumah sakit sembari menunggu keadaan seseorang di IGD. Saat sedang menunggu dengan hati yang gelisah dan rasa khawatir yang begitu dalam, datanglah tiga pasangan suami-istri yang berbeda usia menghampiri lelaki itu.

"Vano, bagaimana keadaan Angel?." Yup lelaki yang di panggil namanya itu adalah Vano, suami Angel.

Vano menjawab pertanyaan Elina yaitu mertuanya dengan menggelengkan kepalanya menandakan dia juga tidak tau bagaimana keadaan Angel di dalam.

"AA bagaimana ini semua bisa terjadi?" Kini giliran Jovita, ibu kandungnya yang bertanya.

Flashback

Angel berbaring di sofa sambil menunggu Vano pulang dari kantor. Dengan uring-uringan karna lapar dan kesal di campur jadi satu.

"Kenapa dia belum pulang juga? Aku sudah lapar sekali" meremas perutnya supaya meredakan rasa laparnya tetapi itu tidak berhasil.

"Kemana dia? Apakah dia tidak akan pulang? Bagaimana kalau aku mati di sini karena kelaparan? Aku tidak mau mati, aku masih ingin hidup" membayangkan dia mati, terlintas semua wajah orang-orang yang dia sayang menangisi dia.

Tidak, itu tidak boleh terjadi. Angel harus tetap hidup, agar semua orang yang dia sayang tidak sedih. Angel harus kuat, dia tidak akan mati hanya karena rasa lapar menggerogoti perutnya.

Tapi Angel tidak kuat menahan rasa laparnya, dia ingin pasrah. Sepertinya dia benar-benar akan mati di sini.

Ceklek

Secercah harapan muncul, orang yang dia tunggu-tunggu akhirnya datang. Dia tidak akan mati, berarti kehidupan Angel masih panjang.

Dilihatnya tangan Vano, dia tidak membawa makanan. Dia berpikir Vano membawakan makanan untuknya, setelah berulang kali di pikir-pikir Vano tidak mungkin membawakan makanan untuknya.

Selama ini belum pernah sekalipun Vano pulang membawa buah tangan untuknya. Karena rasa lapar yang yang sudah menjadi-jadi, rasanya dia ingin meledak-ledak melampiaskan ke Vano karena dia pulang terlambat tetapi semua itu di tahannya.

"Kenapa lo baru pulang" tanyanya dengan nada yang sedikit kurang bersahabat.

"Habis makan malam bersama klien" jawabnya santai sambil berjalan. Baru beberapa langkah, Vano sudah di hadang dengan tubuh Angel.

"Lo tau tidak, gue kelaparan di sini dan lo dengan santainya pulang terlambat."

"Lo itu manusia apa bukan? Di sini tidak ada makanan yang bisa di makan, semua bahan makanan habis. Hanya tersisa dua lembar roti dan selai, itu pun rotinya sudah gue makan tetapi itu belum membuat perut gue kenyang."

"Gue minta uang belanja, dan uang makan. Gue ingin makan di luar."

"Pesan makanan saja tidak perlu keluar" dengan santainya berkata seperti itu, sepertinya Vano tidak pernah merasakan rasa kelaparan yang begitu menyiksa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Angel ✓✓[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang