∆^^∆Riaknya air gemericik hujan menjadi satu-satunya lagu yang menyapa rungu. Mengalun merdu, hingga membuat bibir yang dijatuhi rintik hujan itu mengulas senyum. Senyum yang tak terdapat emosi didalamnya.
Pada akhirnya tubuh yang terbaring tak berdaya di atas trotoar basah itu digerakkan sekuat tenaga, agar setidaknya bisa bangkit mencari tempat teduh. Luka lebam dan sayatan yang baru saja di dapat masih mengalirkan darah segar, meski telah dibasuh oleh air langit.
Dengan susah payah akhirnya tubuh jangkung itu bangkit, rambut yang hampir jarang dipangkas dan memang sengaja di panjangkan itu basah kuyup, begitupun pakaian murahan yang ia kenakan.
Terseok-seok kaki jenjang itu melangkah, hingga pada akhirnya sampai pada sebuah halte kosong yang begitu sunyi, jalanan pun sepi. Tidak ada tanda-tanda bahwa akan ada orang yang lewat di sana, selain dirinya yang malang.
Ia duduk di atas tanah aspal yang kering, terlindungi dari tangisan langit. Kemudian meluruskan ke dua kakinya setelah menyandarkan tubuh nyaman pada bangku halte tersebut. Pria itu merogoh saku jaket kulit hitam yang ia kenakan, mengambil ponsel yang beruntungnya masih menyala.
Ia menghubungi seseorang.
"Heii, it's so fun. I almost died."
∆^^∆
Lidahnya menjulur bak seekor anjing, dengan mata merah yang berair menatap seseorang yang kini berada di hadapannya, berdiri dengan rahang mengeras menahan gejolak saat salah satu tangannya mengurut cepat kemaluan yang hampir memuntahkan semennya.
Netra itu memerah bukan karena menanti orgasme yang membawanya ke neraka dengan kedok surga, melainkan menangisi dirinya sendiri yang terlihat begitu menyedihkan. Namun ia tak ada pilihan, bertindak seperti anjing memang jadi pilihan terakhir.
"Aahhh---fuck!"
Ketika lenguhan berat dan panjang yang keluar dari pria paruh baya buncit itu, ia otomatis memejamkan mata. Mengepal erat kedua tangannya saat cairan putih yang pekat itu membasahi wajahnya, beberapa mampir di lidahnya, dan lainnya mendarat di rambut.
"Yahh, fuck. Swallow it, slutty."
Pria itu menampar kecil wajahnya, kemudian ambruk ke atas kasur yang juga di penuhi cairan sperma. Tidak peduli, ia hanya kelelahan setelah mencapai klimaksnya, lelaki tua itu terlalu cepat ejakulasi.
Sedangkan yang lainnya, yang semula masih berlutut dengan wajah penuh cairan putih pekat, segera berlari menuju toilet kamar hotel yang disewa tersebut. Dan tanpa aba-aba memuntahkan semua isi perutnya termasuk cairan menjijikkan itu. Sepelan mungkin, agar uang yang ia dapat tidak berkurang.
"Brengsek, itu orang makan apasih."
Rasanya melelahkan, ususnya terasa mengeras setelah mengeluarkan seluruh isinya. Dan ketika ia akan membersihkan diri, ponsel di dalam saku celana berdering. Cukup nyaring hingga ia tersentak.
Seseorang menghubunginya, tanpa perlu melihat siapa ia sudah sangat hapal diluar kepala.
"Heii, it's so funny. I almost died."
Suara seseorang di seberang sana saling bersahutan dengan riak hujan, terdengar serak dan kelelahan.
"Lo dimana?"
"Tempat biasa."
"Bentar lagi gue selesai, tunggu bentar."
Sosok itu terkekeh mendengarnya, dan ia pun turut melakukan hal yang sama. Meski keduanya tahu betul, tawa itu hanya sebatas kesarkasan mereka pada diri masing-masing.
"How's that? Disgusting?"
"Try it yourself."
"No, shit."
Dan percakapan itu terhenti. Tepat ketika beberapa lembar uang jatuh ke wajahnya. Dan ia tetap tersenyum, meski gamang.
∆^^∆
"Don't love me, I am a monster." - Hwang Hyunjin
"If you're a monster, then who am I?" - Seo Changbin
Start : 19 Juli 2020
End : 09 Agustus 2020*Notes : untuk warning sila baca deskripsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER | H.Hyunjin & S.Changbin| 1 |19+ [✓]
FanfictionHyunjin adalah seorang berandal jalanan, sedangkan Changbin hanya seorang pria panggilan. Keduanya memiliki kesamaan, dimana hati telah mati dan air mata sudah kering. Mereka menjuluki diri sendiri sebagai monster. "Don't love me, I am a monster." "...