∆^^∆
Sebuah mobil butut dengan suara bisingnya itu masuk kedalam lingkungan gedung kepolisian yang tampak sepi, sebab waktu telah menuju ke sepertiga malam, sudah barang tentu para pekerjanya sedang istirahat setelah seharian bekerja keras dan menguras tenaga.
Dan si pemilik mobil usang tanpa plat nomor itu pun tak mau ambil pusing akan kebisingan yang ia perbuat, yang ia lakukan hanya mengitari halaman parkir yang luar biasa luas itu dengan asap mengepul keluar dari knalpotnya. Sembari tangan kanannya yang memakai sarung tangan hitam itu menjatuhkan benda berbentuk dadu berukuran segenggaman tangan orang dewasa, bercak merah langsung tercetak ketika benda yang basah itu menyentuh aspal.
Ia melakukan itu sampai akhirnya plastik sampah warna hitam yang sebelumnya digunakan untuk menampung benda-benda yang disebar sembarangan, turut dilemparkan pula. Setelah itu mobil buruk rupa itu meninggalkan tempat dengan tenang, tanpa takut jika perbuatannya membuat para pekerja negerinya murka.
Karena memang itulah tujuan utamanya.
∆^^∆
Mobil yang sama memasuki hutan yang sudah dianggap sebagai karibnya sendiri. Yang telah menjadi saksi bisu setiap tindakan bengis yang ia lakukan. Meski menurut pengertiannya, tak sebengis apa yang orang-orang itu lakukan pada temannya.Mesin mobil itu dimatikan, hutan yang hanya bertemakan angin malam itu kembali sunyi, bahkan suara tegukan ludah mungkin dapat terdengar dengan jelas saking sepinya.
Hyunjin, si pengemudi keluar dari dalam sana. Menatap kosong kearah benda yang berbau anyir begitu pekat tersebut. Sebelum akhirnya ia melepaskan sarung tangan yang juga berlumur darah ke arah si mobil, dan juga kupluk hitam yang menutupinya rambut panjangnya.
Seperkian detik selanjutnya, mobil yang masih utuh dan bertahan kokoh meskipun telah lapuk tersebut mengeluarkan nyala merah yang begitu terang, membuat maniknya yang temaram itu memantulkan kobaran nyalang. Hyunjin membakar mobilnya saat itu juga.
Kemudian pria itu mengeluarkan sebatang rokok yang setengah basah dari denim usangnya, mengulurkan ujung gulungan tembakau itu ke arah kobaran api. Setelahnya ia menghisap lintingan itu tenang, tanpa emosi.
Langkahnya menjauh. Meninggalkan mobil yang telah habis dilahap oleh sijago merah itu hancur. Tungkainya berjalan keluar dari hutan tersebut.
Hyunjin kembali teringat hari dimana Changbin mengatakan bahwa pemuda itu mencintainya. Dua kata yang lolos setelah keduanya memadu cinta yang entah terdapat perasaan itu atau tidak disana.
Barangkali ada. Memang ada.
Bibirnya menipis, kala mengingat bagaimana cantiknya Changbin saat mengatakan itu padanya. Dengan napas terputus dan wajah penuh keringat, temannya itu tampak tak nyata. Ia ingin melihat wajah itu sekali lagi.
Dan Hyunjin berjanji akan membawa Changbin kembali, dengan segala macam cara yang mungkin.
∆^^∆
Lima hari berlalu begitu cepat, dalam sekejap mata datanglah masa dimana dirinya harus diadili, akan sesuatu yang bukan perbuatannya, namun harus tetap ia pertanggungjawabkan karena sekian alasan.Changbin makan dengan baik, melakukan apapun yang pada Detektif itu perintahkan padanya tanpa perlawanan. Dan di hari kelima ia dikurung dalam sel penjara yang berbeda dengan yang lain, Changbin akhirnya dibawa keluar.
Sepengetahuannya hari ini dirinya diajak untuk menghadiri sidang yang tentu saja digunakan untuk menjatuhinya hukuman. Seumur hidup? Atau hukuman mati? Entahlah, Changbin tak begitu mau memusingkan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER | H.Hyunjin & S.Changbin| 1 |19+ [✓]
FanficHyunjin adalah seorang berandal jalanan, sedangkan Changbin hanya seorang pria panggilan. Keduanya memiliki kesamaan, dimana hati telah mati dan air mata sudah kering. Mereka menjuluki diri sendiri sebagai monster. "Don't love me, I am a monster." "...